"Pagi Aska..." sapa Irman dan Heru yang sedang mengobrol di depan kelas.
"Pagi juga...." jawabku sambil hendak masuk kelas.
"Aska, sini dulu deh," Irman.
"Apaan?" aku menghampirinya.
"Dari situ kesini berapa langkah?"
"-_-" aku gak ngejawab dan langsung masuk saja ke kelas.
"Aska, udah ngerjain tugas bahasa Indonesia belom?" Viska.
"Belom," padahal udah sih, cuman males aja nanti pasti dicontekin sama yang lain. Tas Lian dan Rara sudah ada di kursinya, tapi orangnya gak ada. Mungkin udah ke kantin.
"Her, liat Rara sama Lian?" tanyaku ke Heru tanpa peduliin si Irman yang lagi ngomong dengannya.
"Mereka ke kantin," jawab Irman.
"Aku nanya ke Heru kok! Bukan ke kamu," aku sinis.
"Iya, mereka ke kantin, beberapa detik sebelum kamu datang tadi." Heru.
"Yaudah, makasih infonya Her:)," aku pergi ke kantin untuk nyusul mereka.
"Aska!" panggil Irman, aku gak langsung nyamperin, takut dikerjain lagi.
"Apaan?"
"Jangan lupa nafas!" aku berbalik dan lanjut jalan ke kantin dengan muka kesal plus ngumpat dalam hati 'Irman nyebelin! kalo gak ada HAM, udah aku mutilasi dan bakar deh tuh anak kampret -_-!" sisi psikopatku mulai muncul ●0●.
Baru nyampe perpustakaan aku ketemu dua orang yang kucari.
"Hei Aska, cemberut aja pagi-pagi, napa sih?" Lian mulai kepo.
"Gak, gak papa," aku senyum munafik.
"Kamu tahu hot gosip kelas kita gak?" bisik Rara di telingaku(masa di hati, yaelah :v)
"Hah? Aku mah bukan ibu-ibu yang suka gosip-gosipan, -_-" aku hendak pergi namun si Rara nahan tanganku.
"Oi dengerin dulu!"
"Se~" Tuing lewat tengah lapang baru datang ﹋o﹋.
"Irman jadian sama Nasya kelas sebelah loh!" bisik Rara cepat, si Tuing udah sampai di kelasnya dengan bahagia dan selamat sentosa (o^^)o.
*Nyawaku balik lagi.
"Apa?!" tanyaku karena tak fokus ke bisikan Rara tadi.
"Ir-man-dan-Na-sya-ja-di-an.."
Deg!
Entah kenapa saat mendengarnya jantungku mendadak berhenti namun untungnya bergerak lagi :).
"Minta pj yu!" ajak Lian dan disetujui Rara pergi ke Irman nampaknya. Aku ngikut aja dengan hati tak sedap dan detak jantung yang tak seperti biasanya.
Apa benar mereka jadian?
Pikirku di tengah pelajaran sejarah kala itu.
Eh, apa peduliku sama si Irman, dia itu nyebelin biarin ajja! Aku gak peduliii!!
Tak terasa tiba-tiba suara merdu bel istirahat berbunyi mengakhiri Perang Paregreg, (abis belajar sejarah:)
Irman nampak keluar kelas, aku membuntutinya diam-diam, masa terang-terangan, nanti ketahuan loh:). Ia ngintip ke kelas sebelah. Tak lama Nasyapun datang dengan wajah berseri-seri menyapa Irman dan jalan ke kantin berduaan. Entah kenapa hatiku ngutruk terus pengen bunuh si Irman, aku mendadak benci amat sama tuh anak orang padahal aku emang dah benci sama tuh anak ∪ˍ∪.
YOU ARE READING
Go Move On!
Teen FictionHanya sebuah cerita seseorang yang galon (gagal move on) dan berusaha untuk move on meskipun galon-nya malah semakin menjadi-jadi dan semakin banyak.
