1

44 3 0
                                    

Pada suatu kerajaan, hiduplah sepasang kakak-adik. Yaitu aku Malicean, dan adikku Carmella. Aku sangat diagungkan& adikku sangat disayang. Aku terkadang iri padanya. Ia sangat diperhatikan. Aku memang memiliki segalanya karena aku ditemani oleh seorang peri, Falaery. Ia akan mewujudkan barang& jasa apapun yg kuinginkan. Tapi ayah& ibuku tak memberiku sesuatu yg sangat kuinginkan.

Perhatian.

Maksudku, aku bisa saja meminta kesehatan seumur hidup agar mereka tak khawatir padaku. Tapi mereka tak tau perkembanganku. Mereka tak tau detail dariku. Hingga akhirnya, aku tau mengapa diriku diperlakukan begitu, dari liburan kerajaan ke pantai.
Aku sangat menyesal pernah membenci.

-
Aku diam di balkon kamar sendirian. Mencoba menyesuaikan tubuh dg kedinginan malam. Aku melihat ibuku sedang naik sekoci. Ia ada ditengah laut. Ternyata ia sedang bicara dg seekor ikan, berambut? Ah itu Putri duyung. Rambutnya sama denganku, berkelip ombre biru-hijau. Ibuku terlihat sangat sedih. Dia diberi suatu barang. Ketika duyung itu melihatku, seketika ia menyelam yg membuat ibuku kaget. Ibuku pun kembali ke darat, memeluk ayahku smbil menangis. Apa ini?

--

   "Mal, ibu punya hadiah untukmu" Sorak ibuku ketika masuk kamar. Iapun memberikanku wadah perhiasan berbentuk kerang putih. Isinya kalung mutiara.
   "Sayang, tampilah secantik mungkin. Kita akan menyambut kerajaan Paevens" Kata ibu.
   "Atas apa?"
   "Pelamaran"
   "Aku? Dilamar?"
   "Adikmu juga"
Oh yeah. Seketika itu, aku yg ingin memeluk ibu menyurutkan niatku. Entahlah, sekarang jika aku mendengar kata 'adik' atau 'Carmella' aku muak mendengarnya.
"Baiklah, Falaery pasti membantuku" Ucapku. Setelah ibu keluar, seberkas cahaya masuk& berubah menjadi manusia. Dia Falaery, peri pendampingku.
   "Kenapa ibumu?" Tanyanya
   "Memang kenapa?"
   "Ia menangis"
   "Apa?!"
   "Sepertinya ia akan kehilangan sesuatu"
   "Oh, dia akan kehilangan aku"
   "Maksudmu?" Kagetnya
   "Aku akan dilamar oleh pangeran Paevens" aku menyombongkan diri sambil menunjukkan kalung. "Hebat kan?"

---

Acarapun dimulai. Paevens datang menggunakan perahu merah. Mereka turun diawali dari Sang Raja.
   "Tampan sekali" Ujar Carmella
   "Siapa? Raja?"
   "Bukan, Pangeran" Ucapnya. Akupun melirik sang pangeran. Seketika nafasku serasa tertahan. Ia tampan sekali.
Keluargaku keluarga Paevens berhadapan. Kami membungkuk hormat. Pangeran didepanku mengulurkan tangannya& berkata                      
"Derwalion Paevens"
Aku menerima tangannya& berkata        "Malicean Seryoli"
Kamipun berjalan jalan, sambil mengobrol
   "Kau siap hidup denganku?" Tanyanya
   "Aku tak punya pilihan" aku mengatakannya seolah itulah takdirku, yang memang itu kebenarnnya.
   "Tenanglah, aku akan setia padamu. Aku telah berjanji didepan semua keluargaku" Aku berhenti.
"Jadi, kau menikahiku karena terikat janji?" Perkataanku tenang, tapi menuntut.
   "Awalnya memang karena janji, tapi aku akan mencintaimu. Aku sudah mengetahui apa-apa tentangmu" Iapun mencium tanganku. "Mal, aku pasti akan mencintaimu"
   "Maukah kau berdansa?" Ucapnya. Aku tersenyum lalu dibawanya ke ruangan tempat keluarga berdansa. Setelah beberapa menit berdansa, Carmella meninggalkan Daniel menuju ayah. Awalnya aku tak peduli, tapi ia memohon sampai menangis sehingga aku tak mungkin tak memperhatikannya.
Akhirnya ayah memberinya peti emas, dan Carmella berlari keluar. Ayah& ibu mengejar sambil meneriaki Carmella. Aku ingin mengejar namun tangan Derwalion masih dipinggangku.
   "Ada apa ini?" Tanyanya
   "Ayo kita lihat" Ucapku. Kamipun keluar. Aku mendapati Carmella memakai mahkota hitam yg sangat indah. Ia berdiri diatas air. Ibuku bertekuk lutut ditepi air.
   "Tidak sayang. Biarkan dia tau yang sebenarnya" Ucap ibuku. "Sudah kukatakan seharusnya kita tak pergi ke pantai ini!" Dia menangis. Hal sedramatis ini, aku tak tau apa-apa? Sesuatu dari tengah laut muncul. Seperti ikan, berambut?
   "Selamat tinggal" Seketika ikan itu menyambur Carmella kurang dari sedetik, dan Carmella meleleh ikut bersamanya.
   "Carmella!!" Teriakku. Meski aku membencinya, tapi jauh dari lubuk hatiku.. entah kenapa aku menyayanginya. Perlahan aku lemas, dan hampir jatuh namun pangeran menopangku. Kulihat Falaery memucat, bahkan seperti mayat. Ia tersenyum, lalu ia hilang dibawa angin.

   "Fale.." Rintihku
   "Derwalion, bawa Malicean kekamarnya" Ucap Raja Paevens. Iapun membawaku ke kamarku.

Dark CrownWhere stories live. Discover now