Chapter Four

996 116 32
                                    

"Akhirnya kau datang juga, Tuan Lee Seokmin. Ini sudah dua minggu lebih dan kau baru datang."

"Sebenarnya apa maumu?" tanya Seokmin dengan sengit.

Wen Junhui melirik Chan yang ada digendongan Seokmin. Ia menatap bocah itu dengan penuh minat.

"Istrimu kembali?"

"Bukan urusanmu!"

Junhui tertawa. Seokmin menutup telinga putranya dengan telapak tangannya saat Chan memeluknya terlampau erat. Pria yang duduk sok santai di depan Seokmin itu mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi tembam Chan yang mencuri pandang pada Junhui.

"Jangan sentuh anakku!"

"Kenapa? Ibunya saja tidak mau kau menyentuh Chan." Junhui menyeringai.

"Dia sudah memberiku kesempatan! Jangan ganggu kehidupan keluargaku!"

"Well..Bagaimana menurutmu setelah melihat ini? Kau pikir kau masih pantas menjadi suami Soonyoung?"

Pria itu melempar sebuah amplop yang sama seperti diterimanya semalam. Seokmin menatap amplop itu dan Junhui secara bergantian. Dengan tatapan tajam yang terlihat mengerikan. Dengan satu tangannya Seokmin meraih amplop itu dan membukanya. Lembaran foto. Mata Seokmin melebar melihat foto-foto itu.

"Bagaimana menurutmu? Kau masih pantas bersanding dengan Soonyoung?"

"Kau merekayasa foto ini!"

"Merekayasanya? Itu 100% asli, Lee Seokmin."

"Orang tuaku tidak mungkin melakukan hal seperti ini!"

"Karena kau menghormati kedua orang tuamu?" Junhui tertawa remeh. "Bahkan kedua orang tuamulah penyebab kematian kedua orang tua Soonyoung. Kau tidak pantas bersanding dengan Soonyoung. Bisa saja kau berniat membunuhnya juga."

"Tutup mulutmu, Wen Junhui!"

"Kau marah? Bukannya kau tidak pernah menganggapnya?" Junhui kembali menyeringai. "Dan panggil aku sunbae, Lee Seokmin."

.

.

Sore itu Soonyoung memutuskan untuk jalan-jalan keluar. Jenuh karena dari beberapa hari yang lalu hanya berdiam diri di dalam rumah pasangan Seungcheol dan Joshua. Pasangan yang bahagia hingga membuat Soonyoung iri sekaligus bersyukur. Joshua menikah dengan Seungcheol bahkan sebelum sekolah menengah atas namun hingga saat ini mereka belum diberi momongan. Mereka berdua tidak berniat mengadopsi anak meski mereka sudah berumur kepala tiga. Lebih tua 2 tahun daripada Seomin.

Sayangnya nasib Joshua berbanding terbalik dengan nasibnya. Hidupnya bahagia. Suami yang selalu menerima dan mencintainya. Yang membuat Soonyoung paling iri adalah Seungcheol selalu ada disaat Joshua membutuhkannya. Tidak seperti dirinya yang selalu sendirian. Ah tidak. Ia masih memiliki Channya. Channya yang lucu. Channya yang selalu berceloteh riang. Channya yang selalu berlari-lari senang. Channya yang tidak bisa diam barang sedetik saja jika sudah menonton kartun favoritnya. Soonyoung menghela napasnya. Sekarang Channya berada jauh dari jangkauannya.

Soonyoung menatap langit sore kejinggaan yang indah. Warna kesukaan Chan karena bocah itu tidak bisa menemukan warna indah itu di kapur warna warni dan krayonnya. Pemuda itu terduduk di bangku salah satu taman dan menangis. Ia merindukan Channya. Anaknya. Buah hatinya. Mutiaranya.

"Maafkan, Eomma." Soonyoung memeluk dirinya sendiri dengan air mata yang masih mengalir.

"Eomma merindukan Chan. Chan baik-baik saja dengan Appa kan?"

Pemuda manis itu menyeka air matanya dengan jari-jarinya. Teringat dengan celoteh Chan yang bergelayut manja di lengannya saat ia menangis dulu.

'Eomma menangis karena Chan nakal?'

Don't Hate MeWhere stories live. Discover now