Chapter IV

2.3K 261 18
                                    

Mikan disini. Mikan wis mbuat akun wattpad sendiri @mikangeunsuk. Tapi untuk crita ini ndak papa dipublish dsini saja krn mmang kolaborasi dgn senpai :) maaf krn publishnya lama, Mikan sdg ad ksibukan di duta. Selamat mmbaca dan smoga thibur :)

.
.
.

Gadis itu beringsut ke sisi lain halte bus di ujung sekolah, agar sosoknya tidak terlihat oleh siswa-siswi yang berlalu-lalang. Matanya sejak tadi mengawasi ujung jalan sana, tempat sekolahnya berada. Dia sudah menunggu selama 5 menit. 5 menit yang sangat menegangkan baginya.

Sebuah chat masuk ke telepon genggamnya. Yuki langsung melihatnya dengan gerakan cepat.

IllyLatuconsina :
Gimana? Udah dateng belom?

Yukikt :
Belum

IllyLatuconsina:
Kalo 5 mnit lg blm dtg, pergi aja.

Yukikt :
Gitu ya? Oke.

IllyLatuconsina :
Udah dicatet kan Yuk alamat gue? Jgn smpe lupa

Yukikt :
Udah kok. Tenang aja

Baru saja selesai mengetikan balasan untuk Prilly, sebuah sedan sport berwarna hitam berhenti tepat di depannya. Jantung Yuki berdebar makin kencang. Bagaimana jika... ketiga kakaknya...?

Namun ketakutan Yuki sirna saat jendela mobil diturunkan dan gadis itu melihat sosok cassanova sekolah mereka di belakang kemudinya. Pemuda tampan itu menyunggingkan senyum separo-nya dan dengan gerak isyarat meminta Yuki naik ke mobil.

Gadis itu masuk ke dalam mobil dengan gerakan terburu. Seolah tidak boleh ada seorang pun yang tahu bahwa dia tengah bersama dengan pemuda tampan ini.

"Santai saja,honey. Apa lo udah sebegitu pengennya jalan sama gue?" Tanya Al dengan nada penuh percaya diri.

"Nggak usah kepedean." Seru Yuki sedikit ketus. Gara-gara cowok tukang paksa dan aneh ini dia jadi berbohong pada ketiga kakaknya. Kak Kevin, Kak Hito, Kak Gio, maafin Yuki...

Al menanggapi ketusnya Yuki dengan tertawa. Gadis ini sudah menarik perhatiannya sejak pertama melihatnya. Gadis yang sangat sesuai dengan tipe wanita kesukaannya. Sangat cantik. Kulitnya putih bersih, matanya begitu jernih, tubuhnya juga tinggi semampai. Dan pipi chubby-nya berwarna pink alami tanpa pulasan make-up. Jangan lupakan ukuran dadanya yang terlihat begitu pas di genggaman tangannya...

"Oke,honey... kita jalan sekarang." Tanpa buang waktu lagi, pemuda itu pun menjalankan mobilnya. Yuki terlihat canggung. Hal itu semakin jelas karena posisi duduknya yang tampak tidak nyaman. Ini pertama kalinya gadis itu berdua di dalam mobil bersama seorang pemuda yang bukan kakak-kakaknya.

"Kita jalan dulu ya, baru pulang." Bahkan, tanpa merasa perlu mendengar jawaban Yuki, Al sudah membawa mobilnya melesat menuju tempat tujuan mereka.

"Kita mau kemana?"

"Ke tempat yang bisa asyik berduaan." Ujar pemuda tampan itu disertai seringai nakal.

Kening gadis cantik itu kontan mengerut mendengar jawaban pemuda disebelahnya. Namun melihat reaksi Yuki, Al justru menampilkan senyuman menggoda.

"Ke tempat buat pacaran," Yuki nyaris melompat dari tempat duduknya saat satu tangan pemuda itu dengan berani dan tanpa permisi menggenggam kemudian meremas sebelah tangannya.

Refleks, gadis itu langsung menarik tangannya dari genggaman Al. Dan bukannya marah, pemuda itu justru tampak senang dengan reaksi yang Yuki berikan.

"Nggak mau! Nggak mau pokoknya !" Jerit gadis itu dengan ekspresi panik.

"Tenang. Lo tenang dong..." Al berusaha menenangkan gadis itu namun Yuki masih saja terlihat panik.

"Mau tenang atau perlu gue cium biar diem?" Sebuah pertanyaan dengan sedikit nada ancaman itu sukses membuat Yuki lebih tenang. Kali ini gadis cantik itu hanya bisa terdiam, pasrah dengan segala keinginan pemuda aneh yang membawanya itu.

Ternyata pemuda itu membawanya mampir ke sebuah kedai ice cream yang ada di bilangan Kota. Rupanya pemuda itu mentraktirnya sebuah ice cream matcha yang begitu dia inginkan sejak semalam.

Tapi tunggu... bagaimana pemuda itu bisa tahu kalau dia sedang ingin makan ice cream?

Setelah membelikan ice cream, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Al bersikeras ingin mengantar gadis itu sampai rumah. Tapi Yuki juga berhasil meyakinkan pemuda tampan blasteran Jerman itu untuk mengantarnya ke rumah Prilly. Karena besok akan ada masa Orientasi Siswa Baru, jadi gadis itu ingin mendiskusikan beberapa hal dengan Prilly.

Sepanjang perjalanan pun Yuki tampak mengacuhkan Al dan lebih berkonsentrasi melahap ice cream kesukaannya. Yuki tidak ingin terlibat masalah apapun dengan pemuda player ini. Karena itu setelah janji yang terpaksa dibuatny selesai, akan lebih baik jika dia segera menghindar, seperti saran kakak-kakaknya.

"Kalo lo bisa milih terlahir jadi apa, lo bakal milih apa?" Tanya pemuda itu. Tiba-tiba saja berbicara padanya.

"Jadi diri sendiri. Kayak sekarang. Gue suka hidup gue." Jawab gadis itu santai saja.

"Lo tau, kalo gue mau jadi apa?"

"Nggak. Dan nggak mau tau juga..."

"Gue mau jadi ice cream. Supaya bisa lo 'jilat' kayak gitu." Meskipun Yuki sudah bilang dia tidak mau tahu jawabannya, Al tetap menjawabnya. Bahkan ditambah dengan ekspresi menggoda dan mata yang mengerling manja.

Yuki bergidik jijik melihatnya. Entah kenapa pandangan Al terasa sangat aneh di matanya.

"Jangan macem-macem ya. Awas lo. Jangan macem-macem." Yuki melototkan matanya lebar-lebar. Berusaha terlihat marah dan mengancam. Namun bagi Al, wajah cantiknya justru terlihat lucu sekali.

"Pacaran yuk? Biar gue ngajarin lo 'macem-macem'." Ajak Al, enteng saja.

"Rumah Illy belok ke kanan!" Seru Yuki langsung. Dia harus segera sampai ke rumah Prilly, sebelum dia mati jantungan di mobil bersama pemuda aneh ini.

.
.
.

"Kak Kevin! Kak..." sebuah suara terdengar dari arah luar pintu kamarnya. Kevin pun bergegas membuka pintu, meninggalkan tugas kuliah yang sedang dia kerjakan.

Putra sulung keluarga Kato itu menemukan sosok Caesar Hito, adik keduanya yang mengetuk pintu. Di sebelahnya ada pula Giorgino Abraham, adik ketiganya.

"Kenapa?" Tanya Kevin saat melihat raut cemas di wajah kedua adiknya.

"Yuki belum pulang," Gio yang menjawab.

"Tadi pas jam pulang dia udah gak ada. Gue chat dan telepon gak dijawab. Gue kira dia langsung pulang." Tambah Hito.

"Oh iya, gue lupa bilang. Dia mau ke rumah Prilly. Temen sekelasnya," jawab Kevin.

"Temen sekelasnya? Kak Kevin yakin?" Hito terdengar tidak percaya.

"Ya... Yuki kan nggak pernah bohongin kita. Udahlah, bentar lagi juga pulang," Kevin selaku anak sulung mengerti benar kedua adiknya sangat mengkhawatirkan adik bungsu mereka yang merupakan satu-satunya anak perempuan dalam keluarga.

"Gue cuma khawatir, Yuki dideketin cowo nggak bener." Gumam Hito lagi.

"Maksudnya?" Tanya Kevin dengan nada tidak mengerti.

"Ya lo tau sendiri anak-anak SMA kayak gimana. Pada kelebihan hormon semua. Apalagi ngeliat cewe cantik kayak adik kita itu." Gio ikut nimbrung dengan kedua kakaknya.

"Karena itu gue udah punya cara..." ujar Hito sambil menatap adik dan kakaknya.

"Cara apa?" Sahut Kevin dan Gio, nyaris berbarengan.

"Selama di sekolah, gue akan pura-pura jadi cowonya Yuki."

Dan dua wajah dihadapannya itu tampak begitu terkejut dengan perkataan seorang Caesar Hito.

.
.
.

Bersambung-








Our Sweet Little Girl [AlKivers] [Collaboration]Место, где живут истории. Откройте их для себя