Back to School

63.8K 2.3K 41
                                    

Kriingg... kringg... kriiingg..
sudah satu jam lebih suara alarm milik pemuda yang saat ini masih bergelung dengan bantal guling ini berbunyi. Seakan tak terjadi apa-apa tak sedikitpun ia mengubah letak posisi tidurnya.

Ini merupakan hal yang biasa bagi pemuda bernama Gavin Aldebaran Abraham. Putra tunggal almarhum Reynand Abraham dan Ayleen ini. Hanya satu cara yang dapat membangunkan ia dari alam mimpi yaitu suara lembut dari seorang wanita yang sangat berharga baginya.

"Gavin ... bangun. Sudah setengah tujuh." Wanita itu masuk dan mengusap lembut rambut Gavin. Anehnya Gavin langsung bangun hanya dengan sekali usapan. Wanita itu adalah Ayleen Abraham, ibu yang sangat di cintainya.

Sambil tersenyum Gavin duduk dan mencium pipi ibunya. "Mama ga kerja?" tanya Gavin

"Emang kamu bisa bangun kalau ga mama bangunin?" Ayleen bicara sok galak. Bukannya takut, gavin malah tertawa.

"Hahaha, ya enggak. suara mama adalah alarm yang paling ampuh," Gavin berbicara masih sambil ketawa yang langsung mendapatkan pelototan Ayleen.

"Jadi kamu pikir suara mamah kaya toa. makanya kamu bangun?" Ayleen berdiri hendak menjewer telinga Gavin.

"Aduh, semua cewek sama aja. dimana-mana selalu nyalahin cowok!" Gavin berlari menghindari serangan Ayleen. Ia langsung masuk ke kamar mandi masih dengan tertawa.

"Gavin ... pintar ya kamu sekarang?" Ayleen pura-pura kesal. Namun sebenarnya ia tersenyum. Ia sangat bahagia memiliki Gavin. Anak yang dikirim Tuhan untuk mengembalikan kebahagiaannya yang dulu pernah terenggut. Walaupun sekarang ia telah sibuk dengan urusan pekerjaan peninggalan suaminya, ia tetap memprioritaskan Gavin. Biar bagaimanapun Gavin adalah hidupnya.

***

"Ini kelas gue dimana sih?"

Seorang gadis yang sejak tadi begitu kesal karena tak kunjung menemukan kelasnya.

"Sabar min. nyari tu harus pakai perasaan." Temannya berusaha menenangkannya yang dari tadi seperti cacing kepanasan.

"Min Min, Min Min, lo pikir nama gue Amin. Nama Gue Jasmine." Ia melotot ke arah temannya. Temannya ini memang suka melihat jasmin kesal. Merupakan sebuah hobi baginya.

"Ini, gue nemu. Kita sekelas. Tapi tunggu," ucapan temannya terpotong.

"Oh my ...bjangan bilang ... ga mau ... gue sekelas sama dia lagi!" Jasmine histeris. ini mimpi buruk baginya. sejak kelas satu smp ia sekelas sama cowok yang ia anggap selalu menghalangi keinginannya.

"Hai cantik ... Hai atha," tiba-tiba orang yang di bicarakan datang. "Sekelas lagi kita. seneng deh." cowok itu mengedipkan sebelah matanya kearah Jasmine.

"Hai Gavin. Iya, kita sekelas lagi." Atha bicara dengan nada centil. memang benar teman Jasmine yang satu ini agak centil. tapi jangan salah, ia merupakan sahabat terbaik yang Jasmine miliki.

"Huekk, mati aja lo sana. Males gue liat lo lagi lo lagi." Jasmine menjulurkan lidahnya ke arah Gavin. Ia sangat kesal dengan pemuda di hadapannya itu.

"Jangan gitu dong. Gue tau gue ganteng. Lo aja yang gengsi ngakuinnya." Gavin berbicara tidak nyambung.

Ini adalah suatu hobinya. mengganggu Jasmin merupakan hal wajib bagi Gavin. Sebenarnya ia juga tak tahu kenapa Jasmine begitu kesal dengannya. Tapi ia tak peduli. Yang penting baginya adalah mengganggu Jasmine.

"Udahlah, gue mau ke kelas." Jasmine mendorong bahu Gavin keras dan langsung pergi meninggalkan Gavin menuju kelas.

"Dah Gavin." Atha menyusul Jasmine sambil dadah dadah centil kearah Gavin.

Tak lama sepeninggal Jasmine dan Atha, tiba-tiba datang tiga orang cowok menghampiri Gavin. Mereka adalah kembar devan davin juga ronald. Mereka adalah sahabat Gavin sejak masih tk.

"Hallo bro. Sekelas lagi kita." Ronald langsung memeluk Gavin ala cowok dan ber highfive ria.

"Iya bro. Ga nyangka gue lo naik kelas. Otak lo kan rada-rada pentium satu." Gavin membalas pelukan ronald sambil mengejek ronald.

"Sialan lo." ucap Ronald kesal.

"Tau lo. gue pikir lo bakal betah di kelas sepuluh," timpal davin. Sementara devan hanya senyum.
Memang antara Davin dan Devan mempunyai sifat bertolak belakang. Davin orangnya ekspresif. Ia terkenal playboy dan suka main perempuan. Sementa Devan sifatnya dingin. Ia seperti mempunyai dunia sendiri dan begitu sulit di gapai. tapi tidak bagi sahabat-sahabatnya, mereka sudah kenal luar dan dalam.

Lain lagi Ronald. Ia terkenal suka melucu. Ia juga jadi bahan bully-an bagi teman-temannya. Tapi, walau begitu, ia sangat setia kawan. Ia akan berada dibarisan paling depan kalau temannya kena masalah.

Setelah selesai acara kangen-kangenan, mereka langsung menuju kelas. Mereka berjalan berdampingan yang membuat seisi sekolah langsung terpusat kepada mereka. Ada yang histeris, terutama bagi perempuan. Sedangkan yang laki-laki hanya bisa mengusap dada mengingat mereka berempat adalah orang yang di hormati di sekolah. Mereka adalah anak dari orang-orang penting dan penyumbang di sekolah. Terutama Gavin yang merupakan anak pemilik sekolah ini.

Tapi mereka tak sama dengan orang yang sering kita temui di film-film. Kalau ada yang memberi hadiah, mereka akan menerima dengan senang hati karena mereka tak ingin menyakiti orang yang sudah perhatian. Mereka baik pada semua orang. Kecuali kalau orang tersebut mencari gara-gara. Mereka tak akan segan menghajar bahkan mem-blacklist orang tersebut sampai ke mimpi buruknya sekaligus.

***
Hari ini sekolah pulang cepat karena ini merupakan hari pertama sekolah. Jasmine berdiri di halte depan sekolah sambil menunggu taxi karena hari ini supirnya tidak bisa jemput karena sakit.

Tiba-tiba sebuah motor berhenti di depannya.

"Sendirian aja neng. Sini pulang bareng abang!" pengendara motor tersebut membuka kaca helmnya sambil nyengir.

"Apaan sih lo! Gue ga mau pulang bareng lo!" Jasmine mengalihkan pandangannya dari arah cowok yang merupakan Gavin itu.

"Yakin ga mau? di sini rawan lo. Juga ga bakal ada taxi yang lewat," Gavin menakut-nakuti Jasmine.

"Yaakin," ucap Jasmine ragu.

"Ya udah. Gue tinggal ya," Gavin menutup kaca helmnya dan mulai menggas motor besar merahnya.

"Tungguu!" Jasmine menarik kemeja belakang Gavin. "Gue ikut sama lo!" Ia langsung naik ke jok belakang motor Gavin.

Senyum kemenangan terukir di mulut Gavin."Pegangan yang erat." ucap Gavin sambil menjalankan motornya.

Jasmin hanya berpegangan di ujung kemeja Gavin. Karena tak kunjung berpegangan, Gavin lalu menggas motornya kencang hingga Jasmine dengan refleks memeluknya erat.

"Gitu dong! kan enak ga jatuh!" ucap Gavin.

"Modus lo." Jasmine memukul helm Gavin keras hingga cowok itu mengaduh kesakitan.

tbc...

Revisi ya

Mungkin semua cerita akan aku edit!

Hallo Gavin (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang