confessions

8K 375 42
                                    

Update : october 22, 2013
Reupdate : february 2, 2016

"Icha.." panggil Bimo saat icha berjalan dari arah parkir.

"mas Bimo." Icha menghentikan langkahnya menunggu Bimo yang berjalan mendekat. Sejak bimo tahu bahwa ia adalah kakak angkat Awan ia tidak lagi memanggil icha dengan Linda. Bersama mereka melangkah masuk gedung rumah sakit.

"aku dengar kamu mengajukan surat pengunduran diri?" tanya bimo. Icha mengangguk.

"iya mas, mulai tanggal satu bulan depan saya resign.."

"kenapa? Kamu nggak betah kerja disini?" ada nada kecewa dari suara Bimo. Icha menggeleng.

"bukan begitu mas, saya ingin belajar berwirausaha. saya melihat peluang besar di bisnis food and beverage sekalian bantuin ibu ngurus catering, saya sudah buat produk baru catering sehat."

"catering sehat?"

"catering khusus untuk perseorangan setiap menunya disesuaikan asupan gizi yang dibutuhkan konsumen, sekalian mengamalkan ilmu yang udah aku pelajari. "

"udah riset pasar?"

"udah, yang paling laku catering dengan susunan menu untuk diet.."

"'kalo gitu jangan Cuma catering sehat tapi juga catering cantik dong"

"hehehehehe, mas bimo bisa aja.."

"syukur deh kalo gitu"

"huh?"

"aku kira pengunduran dirimu ada kaitannya dengan Awan." Kata Bimo pelan namun mampu menghentikan langkah kaki Icha sejenak. Ia kaget dengan perkataan bimo yang seperti tebakan tepat untuk alasan pengunduran dirinya.

Sebelum bimo menyadari kekagetannya, Icha kembali berjalan lebih cepat menjajari langkah kaki Bimo. Icha terdiam teringat kejadian beberapa minggu lalu. Saat itu Icha tidak membawa motor karena harus masuk bengkel, ketika ia menunggu angkot tiba- tiba mobil Awan berhenti di depannya. ia tidak bisa menolak ketika awan berkata ingin mengantarkannya, walaupun perasaannya tak menentu dan debar jantungnya tak karuan.

Lama ia dan awan terdiam, tak ada sepatah katapun yang mampu keluar dari mulutnya bahkan hanya sekedar untuk berbasa - basipun tidak. Lidahnya kelu berusaha meredam detak jantungnya yang meliar ketika ia memperhatikan sosok awan yang kini duduk disebelahnya. Awan telah berubah menjadi laki - laki dewasa. garis wajahnya menampakkan ketegasan yang luar biasa, kulitnya yang putih memberikan nilai plus tersendiri, matanya yang coklat dibingkai dengan alis hitam yang sedikit tebal memberikan efek dominasi yang tak terbantahkan.

Mungkin karena merasa ia memperhatikannya, awan yang sedang konsentrasi menyetir menoleh kearahnya. Ia sempat kaget saat tak sengaja bertemu mata dengan awan, Icha menunduk.

"kenapa?" Awan bertanya dengan nada datar sambil kembali mengarahkan pandangannya ke arah jalan didepannya.

"nggak pa-pa" Icha berusaha menjawab dengan nada suara senormal mungkin, walaupun ia tak yakin karena masih ada getar gugup dalam suaranya.

"safitri memintamu untuk mengurus konsumsi dalam pernikahan kami.." perkataan Awan yang tiba - tiba membuat Icha sedikit tersentak.

"iyah.." Ia mengangguk sambil tersenyum walapun ia merasakan hatinya seperti ditinju saat ini, ia menahan air matanya yang kini mendesak akan keluar dengan cara melihat langit dari jendela mobil, jemari tangannya saling meremas, menahan gejolak hatinya. Karena sibuk dengan perasaannya sendiri ia tidak tahu jika Awan memperhatikan apa yang sedang ia lakukan. Lama mereka diam.

halalkan AKU untuk MUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang