RAIHAN

16.8K 398 24
                                    

First update: july 1, 2013

Reupdate: january 2, 2016

matahari telah mencapai titik kulminasinya, sinarnya seolah merupakan dalil akan kedudukan yang ia miliki terhadap bumi. LANGIT INDAH KHODIJAH, bersama motor maticnya membelah jalanan Surabaya. panasnya matahari mampu meredupkan minatnya pada semesta di sekililingnya, ia ingin segera sampai di rumah. bahkan, ia tidak terusik adanya barisan polisi yang sedang berjajar di ambang salah satu jalan protocol kota Surabaya. ia langsung mengambil jalur kanan masuk di bawah jembatan layang mengambil jalan kecil yang sebelum membelok masih sejajar dengan jalan protocol yang hanya di batasi sebuah pagar besi yang membelah taman dibawah jembatan layang. sebagaimana tiap hari ia selalu memelankan motornya dijalan ini, bukan karena macet namun karena kagum dengan semarak hijau yang memanfaatkan lahan - lahan kritis kota yang rawan menjadi lahan kumuh dikota - kota besar, seperti kolong jembatan layang serta lahan dekat rel kereta api. Surabaya begitu berganti rupa dalam beberapa tahun terakhir.

sampai akhirnya ia mengerem mendadak karena tiga orang pemuda memakai seragam putih abu - abu muncul tiba - tiba dari dalam rimbunnya taman di sebelah kiri jalan bermaksud untuk menyebrang. seorang pemuda bangkit menghampirinya.

"mbak tolongin teman saya!!" katanya seraya tangannya memegang bagian depan motor matic.

Icha baru menyadari sedang berlangsung tawuran di jalan protocol sebelahnya. tanpa menunggu jawaban persetujuan dari Icha pemuda tadi memanggil temannya.

"masyaallah !!" , ia terlonjak kaget menyadari salah satu dari pemuda tadi terluka cukup parah, bahkan seragam putihnya hampir berganti warna merah darah.

"mbak tolongin teman saya, segera bawa ke rumah sakit yah mbak yah...." pemuda yang tadi mencegatnya memohon, sementara pemuda yang lainnya sudah mendudukan temannya yang terluka di boncengan motor matic Icha. otaknya seolah berhenti bekerja sejenak, bukan hanya panasnya matahari yang hamper saja membuatnya kena heat stroke namun kini ia merasa hampir terkena serangan jantung, bagaimana tidak, jika ada seseorang yang sedang berjuang mempertahankan nyawa ada di atas boncengan motornya.

"tapi gimana kalo dia pingsan trus jatuh dari motor?" tanya Icha panik.

"Bro, masih kuat kan bro sampek rumah sakit?" tanya pemuda tadi pada temannya yang sudah terlihat sangat pucat, mungkin karena terlalu banyak mengeluarkan darah. ia mengangguk lemah.

"mbak gimana kalo diiket aja?" tanya pemuda yang satunya mengeluarkan tampar ukuran sedang dari dalam tasnya.

"apa?" tanya icha kaget. buat apa nih bocah bawa tali tampar di dalam tasnya?

lagi - lagi tanpa persetujuan Icha pemuda tadi sudah melingkarkan tampar yang dibawanya ke punggung temennya dan badan Icha, setelah memaksa Icha untuk tetep duduk diatas motor maticnya, saat ia hampir berdiri karena kaget, kemudian menalikan tampar tadi disisi kiri tubuh Icha.

"begini sudah aman mbak, ..." seru pemuda yang satunya. karena panic, Icha langsung mengegas motornya, ia sempat berpikir hendak berbalik arah menuju rumah sakit tempatnya bekerja namun ia berhitung jarak yang lumayan jauh dari sini, belum lagi teriakan - teriakan beringas dari massa yang sedang tawuran membuatnya merinding. ia sempat heran kenapa tadi ia tidak menyadari apa yang sedang terjadi. akhirnya Ia memutuskan untuk berjalan lurus dan memutar kekanan menuju jalan yang lain dan kemudian melarikan pemuda yang terluka tadi ke sebuah rumah sakit yang jaraknya lebih dekat. ia berharap pemuda di belakangnya masih bernapas.

"tolong jangan pingsan dulu .." gumamnya pelan.

saat tiba di sebuah rumah sakit swasta Icha langsung berhenti di depan UGD dan setengah berteriak memanggil petugas agar membawakan brankar (kereta dorong). ia melepas tali tampar yang mengikat dirinya dan pemuda tadi. sempat ia menyadari, ia bukan muhrim namun sesaat kemudian ia bergumam ini kondisi darurat. ia ikut mendorong sampai depan ruang UGD

halalkan AKU untuk MUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang