chapt 1

3K 115 12
                                    

Runa melangkah mondar-mandir didepan ruang bersalin. Pikirannya gusar melihat kondisi Meta yg tak lain adalah kakaknya yg sedang menjalani proses persalinan. Ini pengalaman pertama baginya menunggu orang melewati proses bersalin. Dan tak lama setelahnya terdengar suara tangis bayi yg memenuhi ruangan walau samar dari luar. Perasaan cemas itu sekarang berganti menjadi perasaan bahagia dan haru.

Tak lama setelahnya seorang dokter keluar menemui Runa ditemani seorang suster yg menggendong seorang bayi munyil.

"Keluarga pasien?" tanya dokter menatap Runa yg sudah berwajah pucat karna cemas.

"Iya dok, saya adiknya." jawab Runa mengangguk mantap.

"Selamat bayinya laki-laki, keadaannya sehat." kata dokter menjelaskan.

"Trimakasih Tuhan. Lalu, bagaimana keadaan kakak saya?" tanya Runa tak sabar.

"Kami mohon maaf karna tidak bisa menyelamatkan Nyonya Meta." penuturan dokter langsung membuat Runa lemas sekujur tubuhnya.

"Nggak mungkin, kak Meta gak mungkin pergi gitu aja!" pekik Runa frustasi.

"Nyonya Meta mengalami pendarahan dan iritasi saluran reproduksi. Kami turut berbelasungkawa." kata dokter sebelum kembali masuk kedalam ruang bersalin.

Kenyataan pahit yg bahkan tak pernah Runa bayangkan sebelumnya, setelah beberapa bulan lalu kakak iparnya meninggal disusul dengan kepergian ibunya dan sekarang ia harus kehilangan kakaknya. Tapi takdir Tuhan tak mungkin bisa ditolak, sepahit apapun hidupnya Runa tetap harus menjalani dengan ikhlas.

***
2 tahun kemudian.

Runa Atmadja masih menatap Al-Ayubi Mahardika, bayi yg telah dibesarkannya dengan penuh kasih sayang itu sedang terlelap dengan damai. Bayi malang yg harus kehilangan kedua orangtuanya saat ia baru saja dilahirkan kedunia. Meta meninggal saat proses persalinan dan suaminya Prasetyo Mahardika meninggal saat ditugas di Syuriah untuk tugas negara.

Runa kembali menitikan air matanya, melihat kenyataan pahit yg harus dialami keponakannya. Bagaimana bayi kecil ini akan hidup dengan cobaan seberat ini?

Sore ini Mama Wulan, Ibu Mas Pras datang berkunjung. Setiap bulan Wulan memang selalu rutin mengunjungi cucunya yg diasuh oleh Runa.

"Na, biar Mama saja yg merawat Abi." kata Tante Wulan kemudian meminum tehnya.

"Abi tetap akan tinggal dengan saya." ucap Runa tegas.

Sudah hampir dua tahun Abi dirawat sendiri oleh Runa, karna permintaan kakaknya Meta. Sebelum melahirkan Meta sering meracau tentang firasat buruk yg kemudian meminta Runa menjaga anaknya kalau sesuatu terjadi pada Meta. Dan firasat Meta benar terjadi dengan kepergian dirinya setelah proses melahirkan.

Dan hari ini Wulan kembali berkunjung seperti bulan sebelumnya. Menawarkan jasa untuk menjaga cucu dari anak kesayangannya, Pras. Wulan memang sering membujuk bahkan memaksa untuk mengambil Abi dari asuhan Runa. Tapi Runa tak pernah membiarkan Abi pergi bersama Wulan karna setahu Runa, Wulan tak pernah bersikap baik pada Meta. Runa hanya khawatir kalau Wulan hanya akan menyalahkan Abi yg tak tahu apapun.

"Tapi kamu tidak bisa membagi waktu untuk kuliah dan bekerja, belum lagi kamu harus mengurus Abi." kata Wulan sedikit kesal melihat tingkah Runa yg keras kepala.

"Maaf, tapi kuliah saya sudah selesai dan hanya menunggu wisuda. Kalau masalah pekerjaan Mama tidak perlu khawatir karna saya hanya mendesain gambarnya saja." jawab Runa tenang.

"Apa kamu tidak ingin menikah?" tanya Wulan tanpa sadar mengusik perasaan Runa. Wulan tau bagaimana cara membuatnya kesal.

"Bagaimanapun kamu masih single dan harus mencari suami, kalau kamu hanya fokus menjaga Abi Mama gak yakin akan ada pria yg ngelirik kamu!" cibir Wulan.

"Mama gak perlu khawatir masalah itu, sampai saat ini saya belum berpikir untuk menikah. Saya hanya akan fokus pada Abi--" kata Runa menahan emosi yg sedikit tersulut.

"Apa kamu berniat jadi perawan tua!" sergah Wulan melukai perasaan Runa, sontak membuatnya menatap tajam pada Wulan. "Usiamu sudah 24 tahun dan itu umur yg cukup untuk membina rumah tangga." tambah Wulan.

"Mama tidak perlu mengkhawatirkan hal yg bahkan saya sama sekali tak pernah pikirkan. Kalaupun saya akan menikah nanti, Abi tetap akan tinggal bersama saya. Abi sudah jadi anak saya, dan tak akan ada yg berubah sekalipun saya menikah." kata Runa menahan darahnya yg mendidih.

Wulan masih tak berubah dan tetap saja berkata kasar. Itulah alasan Runa tak membiarkan Abi tinggal bersama Wulan, walaupun dia adalah nenek Abi.

"Baiklah-baiklah terserah kamu saja, tapi ingat kalau merasa kerepotan untuk merawatnya kamu bisa mengandalkan Mama." kata Wulan pasrah.

"Mama tenang saja, selama ini saya masih bisa menjaganya tanpa merasa kerepotan." jawab Runa yg dibalas dengusan kesal oleh Wulan.

Wulan segera undur diri setelah melepas sedikit rindunya pada cucunya. Dia juga harus menelan rasa kecewa karna Runa tak membiarkannya mengambil alih untuk mengasuh Abi.

* * *

Jangan lupa voment yes hopefully kalian suka sama cerita yg ini..
Dan kalo ada yg penasaran kenapa fokus utamanya Runa jawabannya adalah karna dia tokoh baru jadi eike kenalin dia dulu baru nanti setelah beberapa part eike akan fokus sama abang Deni oke?

SingleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang