"Kok tau-an lo daripada gue? Gue kan adenya kak Leo" samber gue.

"Makannya jangan putus sama Tria. Lo seharusnya nyesel ga dibawa Tria kesini" celoteh Resa meledek.

"Whatever Res" ucap gue kecut.

***

Topik kali ini fokus kepada Tria. Semua teman seperjalanan Tria menganggap Tria seperti sosok yang di idam-idamkan. Mereka terus bertanya-tanya kenapa Tria memilih untuk menetapkan cinta nya ke gue. Mengejar cinta hanya kepada gue. Padahal sudah sangat jelas, sekali mata Tria memandang wanita langsung menempel tanpa aba-aba. Bahkan semenjak menjalin hubungan dengan gue hidup nya sedikit berubah katanya.

Dulu, sebelum rumahnya Tria pindah disamping rumah gue, Setiap menang balapan, hadiah seorang perempuan selalu dibawa pulang olehnya. Balapan menjadi prioritas utama baginya, namun saat mulai mendekati gue teman-temannya Tria banyak berkata bahwa Tria sedikit atau mungkin banyak perubahan. Balapan di nomor duakan, perempuan hasil balapan tak pernah dibawa pulang olehnya lagi, dan prioritas utama nya adalah gue.

Mereka bilang bahwa perubahannya ini banyak menimbulkan masalah. Mulai dari taruhan balapan yang selalu ditunda hingga perjanjiannya dengan Ray yang tak dijalankan dengan sebagaimana mestinya.

"Kasih tau gue. Kenapa harus gue yang dijadiin objek permainan?" Tanya gue kepada semua temannya Tria yang mendengar saat ini. Mereka pun menjawab bergantian.

"Sebenarnya sebelum lo dijadiin objek sama Tria-Tria udah jatoh cinta duluan sama lo tapi saat itu, saat kami masih diketuai oleh Ray-Ray menentang semua anggotanya buat pacaran. Hanya dia yang boleh pacaran saat itu, anggotanya tidak diperuntukan"

"Dan saat Ray tahu bahwa Tria lagi suka sama lo dia langsung menetapkan lo buat jadi objek balapan saat itu. Tria terus menolak dan berusaha berkata bohong kalo dia gasuka sama lo. tapi Ray tetaplah Ray, Semua keputusan yang Ray buat gabisa diganggu gugat. Semuanya terikat. Sampe akhirnya Tria memutuskan buat keluar dari kelompok Baja Rusa  dan bergabung ke gajah putih yang dulu masih diketuai oleh abang lo Le"

"Banyak yang ikut Tria buat keluar dan bergabung dengan kak Leo, Yang ngebuat Ray makin marah sama Tria saat itu. tapi kak Leo, dia ketua yang baik saat itu, kak Leo dan teman-temannya selalu ngelindungin kita dari kejahatan yang Ray buat"

"Ngebuat Tria semakin yakin bahwa kalau kakaknya baik berarti adiknya juga baik. Tria ga nyesel saat itu karena suka sama lo"

"Dan alasan kenapa gue selalu membela dan percaya sama Tria itu karena almarhum kakanya Tria. Gue punya bales budi ke kakaknya Tria Le, Tiar namanya. Dulu sebelum gue jadi ketua gajah putih Tiar ketuanya. Tapi pas dia ngerelain nyawanya buat gue dan pergi dari dunia ini Tiar mengangkat gue buat jadi ketua. Maka dari itu setelah Tria bilang bahwa dia mau masuk ke kelompok gue dia langsung gue angkat sebagai ketua sebagai penghormatan gue Tiar" ka Leo bicara.

"Jadi jangan salah berpendapat bahwa gue ga sayang sama lo. Lo adek gue. Gue selalu pengin ngasih yang terbaik buat lo" lanjut ka Leo.

"Yang ngebuat permainan itu emang Tria Le, tapi Tria ga pernah mau dan gak punya niatan buat ngelakuin itu ke lo sebenernya" kini Angga yang melanjutkan.

"Ini kenapa jadi pada melow dah? Sedih gue jadinya" ucap Resa sembari menghapus sepercik air mata yang mengalir.

"Kita setuju buat ngasih tau semua ini ke lo karena Tria bilang dia mungkin gak akan kembali dalam waktu dekat. Tria memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya disana."

"Tria juga bilang untuk menghubunginya butuh usaha. Ponsel nya akan dijual karena beberapa alasan yang ngebuat kami atapun dia tidak akan saling mengontak sama sekali"

"Ini alamatnya." Ucap salah satu temannya Tria dengan memberi selembar kertas. "Butuh usaha buat ngedapetin ini loh Le. Tria gapernah ngasih tahu kita alamat yang akan dia tinggali disana tapi lo beruntung ketemu sama sohibnya Tria yang kayak gue. Gue ga sengaja ngeliat alamat ini di ponselnya Tria. Gue yakin dia tinggal disana."

"Udah kek udah.. gue sedih tau ga si" Resa lagi-lagi berucap.

"Ah lebay lo." Ucap Vita.

"Gue lebay Angga masih tetep cinta kok. Ya kan ngga?" Resa menyikut lengan Angga. Angga hanya mengangguk dan menatap Resa lembut.

"Gue ke mobil dulu ya" ucap gue sekaligus mengarah ketempat dimana mobilnya Resa diparkirkan.

"Gue ikut Le" samber Vita.

Gue menuju mobil dan menyenderkan kepala gue. Sejenak gue termenung dan meneteskan sedikit air mata.
Membayangkan, apa yang akan dilakukan Tria jika melihat gue yang sedang seperti ini.

"Nangis aja Le kalo lo mau nangis. Gausah ditahan" ucap Vita saat mengikuti gue masuk ke dalam mobil dan duduk tepat di samping gue.

Gue pun menangis sejadi-jadinya di pelukan Vita. Tak peduli air mata yang membasahi bajunya, Vita terus mendekap gue kedalam pelukannya. Gak salah, Vita selalu ada buat gue.

***

Kami pun akhirnya pamit pulang setelah bercerita kesana-kesini. Kak Leo memutuskan untuk tetap disana beberapa waktu lagi. Gue, Resa dan Vita pun langsung menuju perjalanan pulang.

"Gue ga mau temenan sama Desi lagi Le, Res. Sekarang udah keliatan mana yang bener-bener temen mana yang bukan" ucap Vita seketika saat mobilnya Resa terhenti di tengah lampu merah.

LEA & TRIAWhere stories live. Discover now