PART 4

12.6K 384 8
                                    

-Part 4-

Aku menggeliat malas di atas tempat tidur nyamanku. Aku lirik jendela yang sudah terang oleh sinar matahari. "Sudah pagi ternyata." Batinku. Samar-samar aku mendengar suara berisik di luar. Sebelum beranjak dari tempat tidur aku melirik tempat kosong di samping tubuhku berbaring. Kosong. Ternyata Kayra sudah bangun.

Suara berisik yang terdengar menuntun langkahku menuju dapur. Ternyata benar suara berisik itu berasal dari dapur.

"Kayra?" Panggilku keheranan melihat dia ikut memasak bersama mbok Surti.

"Hai." Balasnya. Senyum manis tersungging di bibir mungilnya.

"Eh den Ando sudah bangun. Non Kayra ternyata pinter masak ya den. Ini  mbok lagi diajarin masak pake resepnya non Kayra."

"Bukan resep Kayra mbok, tapi resep bibik di rumah. Kayra emang suka bantuin bibik masak kalau di rumah." Kayra menginterupsi penjelasan mbok Surti.

"Hhmm.. dari baunya si enak mbok." Aku ikut bergabung di dapur bersama dua wanita berbeda usia ini. "Ando bantu apa nih?" tawarku.

"Duduk manis aja. Cicipin aja nanti kalau udah mateng." Kayra mengedipkan satu mata ke arahku. Mbok Surti hanya tersenyum melihat adegan itu.

"Hei! Kau sedang marayuku?" sebelah alisku terangkat melihat tingkah genitnya.

"Aku bukan perayu ulung. Kau sendiri yang bilang kalau aku lebih cocok menjadi adik kecilmu." Jawabnya tanpa mengalihkan perhatiannya dari masakan yang sedang ia buat.

"Anak jaman sekarang pintar sekali menjawab." Dengusku. "Yaudah Ando mandi dulu mbok. Masak yang enak, Kay!"

Selama melakukan ritual mandi, tak henti-hentinya aku memikirkan Kayra. Dia anak yang manis. Pandai bergaul. Terlihat dari mudahnya dia akrab denganku dan mbok Surti, orang yang baru pertama kali ia temui. Bahkan dia tidak takut untuk tidur bersamaku tadi malam. Mangingatnya, kembali aku diselimuti rasa keheranan. Apa dia tidak takut kalau aku memperkosanya? Walaupun sebenarnya aku juga tidak memiliki pikiran untuk memperkosanya. Apa aku tidak terlihat sebagai seorang laki-laki di matanya? Spontan aku pandangi tubuh polosku yang terguyur air shower. Aku geleng-gelengkan kepalaku menyadari pikiran konyolku.

Sayup-sayup terdengar ringtone handphone dari luar kamar mandi. Buru-buru aku menyelesaikan mandiku dan keluar kamar mandi. Sebelum sambungan terputus segera aku sambar handphone  yang aku letakkan di atas nakas samping tempat tidur. Untung saja aku menggunakan kamar mandi yang berada di kamar, sehingga bisa cepat menjangkau handphone yang aku tinggalkan di sana dari tadi malam.

Monic calling..

"Pagi princess." Senyum sumringah mengembang menerima panggilan dari Monic. Mengingat kesibukkan Monic yang sedang menjalani pemotretan di Sinney membuat komunikasi dengannya sempat terputus

"Kemana aja kamu Ndo? Kenapa nggak jemput aku di airport?"

Astaga! Karena sibuk dengan Kayra semalam aku sampai melupakan Monic yang pulang hari ini.

"Princess maaf. Sekarang aku sedang di Garut. Ada sedikit masalah di sini." Dalam hati aku merutuki diri sendiri karena keteledoranku.

"Hhhh.. sudahlah. Ada masalah apa di sana? Apa sangat buruk sampai kau lupa jika harus menjemputku hari ini?" Terdengar jelas nada kesal dalam suara Monic.

"Princess, aku minta maaf. Nanti kalau kita bertemu akan aku ceritakan. Kamu sudah sampai rumah? tadi pulang naik apa?"

"Ini masih di taksi. Aku capek Ndo. Kalau kamu sudah pulang telfon ya. I love you." Belum sempat aku membalasnya, sambungan telfon sudah terputus. Kebiasaan Monic jika sedang marah.

Guardian AngelDonde viven las historias. Descúbrelo ahora