Life 0: MIMPI

168 10 1
                                    

Ari menatap ruang disekelilingnya tanpa berhenti mengejapkan matanya seakan tak percaya denagn apa yang ditunjukkan penglihatannya. Semuanya putih, bersih, tak ada apa apa. Ari bahkan tidak bisa mengingat kapan dan bagaimana dia bisa berada di tempat ini.

"Hai, akhirnya kau datang kesini, aku sudah menunggumu." Sebuah suara yang lembut dan cukup merdu menyapanya. Ari menoleh kearah sumber suara dan menemukan sesosok wanita muda sedang duduk dengan anggun diatas batu besar ditepi sungai yang memgalir. Ehh... sejak kapan ada batu dan sungai disini, dan wanita itu...

"Gak usah terkejut seperti itu, kemari dan duduklah, aku sudah lama menunggumu, kau tau." Ucap wanita itu sambil menepuk pelan batu disebelahnya.

Ari sedikit terkejut, namun dia tetap berjalan mendekat. Setelah dekat, Ari menatap wanita itu, usianya sekitar akhir 20-an atau akhir 30-an. Memakai pakaian putri jawa kuno atau semacamnya karena sejujurnya dia sendiri tidak tahu bagaimana fashion seorang putri di jaman kerajaan dulu. Rambutnya yang hitam panjang dibiarkan terurai menambah elok wajah yg sudah ayu. Tatapan matanya tenang namun tajam menatap Ari. Senyum yang merekah dibibirnya membawa aura klasik tersendiri. Ari mencoba mengingat-ingat apakah mereka pernah bertemu dalam.suatu kesempatan?

"Ini adalah pertama kalinya kita bertemu, ehmm... lebih tepatnya bertatap muka karena sebenarnya aku telah lama mengenalmu, ya.. meskipun kau mungkin tidak menyadarinya." Kata wanita itu seakan mengerti apa yg sesang dipikirkan oleh Ari. "Tapi aku telah menunggu pertemuan ini cukup lama."

"Siapa kau?"

"Pada akhirnya kau akan tahu tapi tidak untuk saat ini." jawab wanita sambil tersenyum, senyum yg sempat membuat hati Ari melompat dari tempatnya. Sangat manis. Wanita itu kemudian berdiri lalu berjalan mendekati Ari yang masih terpaku ditempatnya. "Yang terpentung saat ini, lakukanlah tugasmu dengan baik, dan kita pasti akan bertemu lagi.... nanti, saat waktunya tiba."

Wanita semakin mendekatkan wajahnya ke Ari, terlalu dekat bahkan karena hidung mereka kini hanya terpisah 1 digit cm saja. Ari hanya terpaku menatap sang wanita yang kembali tersenyum seakan seluruh tubuhnya menolak perintah otaknya, seakan terhipnotis dalam pesona yang menghanyutkan. Ari merasakan sebuah telapak tangan yang lembut membelai pipi kirinya sementara wajah sang wanita semakin mendekat, dekat dan terus mendekat sampai akhirnya bibir lembut itu hanya berjarak beberapa centi dari telinganya

Kemudian berkata
"Aku menunggumu..."

***

Saat Ari membuka mata, cahaya lampu dan langit langit ruang tengah adalah pemandangan pertama yang menyambutnya. Cukup menyilaukan. Sementara pikiran ari masih terombang ambing diantara alam sadar dan mimpinya yang barusan. Dia mencoba untuk mengingat kembali setiap detil mimpi itu, tapi semakin dia mencoba untuk mengingatnya, semakin bayangan mimpi itu mengabur dalam pikirannya, tidak benar benar hilang nemang, hanya meninggalkan bekas yang membuat pikirannya tak nyaman. Otak manusia memang aneh. Terkadang, semakin berusaha mengingat sesuatu, semakin hal itu menjadi samar, apalagi jika itu hanya sebuah mimpi.

Ari hanya bisa menghela napas pelan,

Mimpi dini hari itu bisa dikatakan adalah mimpi teraneh sepanjang lebih dari 1 dekade dia hidup. Mimpi itu juga jadi semacam puncak anomali dari mimpi mimpi buruk yang terus mengusiknya beberapa hari ini. Sebuah mimpi tentang tragedi mengerikan yang terjadi pada ayah, ibu dan adiknya 7 tahun yang lalu dan hanya meninggalkan dia sendiri. Tapi....

Apakah mimpi barusan bisa disebut mimpi buruk?

Cowok 16 tahun itu kemudian bangkit, mata hitamnya menyisir seisi ruang tengah. Masih sama, tak ada yang berubah dari saat dia merebahkan diri di sofa tadi, berantakan. Laptop, tablet, smartphone, kertas bahkan gelas kopi hitam pahit yg hanya menyisakan 1/3 isinyapun masih berserakan di meja.

Ari mengambil smartphone yg tergeletak di meja dan melihat angka yang tertera dilayar. 04:32. Berarti hanya kurang dari 2 jam dia beristirahat. Masih terlalu pagi untuk mandi. pikirnya.

Ari menatap tumpukan kertas yang berserakan itu, sebuah foto gadis cantik berjilbab terselip diantaranya. Ari hanya tersenyum tipis menatap foto gadis itu.

Well, gak ada salahnya buat ngeberesin kekacauan ini.

Setelah menghabiskan sisa kopi yang telah dingin itu dalam sekali teguk. Ari memulai hari itu dengan merapikan kembali ruang tengah yang telah berubah menjadi duplikat sebuah kapal pecah itu.

Jarum menunjuk perpaduan angka 5 dan 4 pada jam dinding bergambar tim bola kesayangannya, Chelsea ketika Ari menyelasaikan pekerjaan paginya itu. Dengan santai, Ari berjalan kekamar mandi untuk bersiap siap mengawali harinya sebagai Anak Putih Abu Abu

Shadow DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang