PART 1

6K 519 91
                                    

10 TAHUN KEMUDIAN (Yama Widura Salim 17 tahun, Narayana Salim 10 tahun)

Yama terbangun ketika mendengar bunyi alarm ponselnya yang dia letakkan di nakas sebelah tempat tidurnya. Pemuda itu baru akan bergerak bangkit ketika menyadari ada yang mengganjal di sebelah kiri dan kanan juga kakinya. Sesaat Yama yang masih setengah sadar mengerutkan keningnya bingung sebelum kemudian, setelah kesadarannya terkumpul sepenuhnya, tahu apa-lebih tepatnya siapa- yang bersembunyi di balik selimut. Biasanya dia akan menyadari jika ada penyusup di kamarnya namun semalam dia benar-benar kelelahan sehabis latihan kick boxing.

"Hitungan ke tiga...satu, ....."

Tidak ada gerakan sama sekali di balik selimut lebar yang menutupi tubuhnya, Yama menguap. Sial, dia harus segera ke toilet, gerutu lelaki muda itu dalam hati.

"Dua...."

Ada gerakan samar dari bawah ketiaknya sebelah kanan.

"Ti...."

Ucapan Yama terpotong oleh wajah mengantuk seorang bocah yang menyeruak dari balik selimut.

"Pagi, mas Yama," ucap si bocah lelaki seraya menguap, wajahnya tampak tenang tanpa rasa bersalah. Alih-alih menjawab, Yama menatap gundukan yang masih belum bergerak di bawah ketiak sebelah kirinya.

"Ga....bangun atau aku lempar ke jendela," ancam Yama yang tentu saja tidak serius.

"Om Dewa akan menghajarmu kalau kamu melempar dia keluar jendela, Papaku juga, Tante Yayang juga, dan Mister Jek akan memusuhimu, aku juga" cerocos bocah yang tadinya adalah gundukan penghuni bawah ketiak kanan Yama, seraya membuka selimut di kaki Yama dan menepuk makluk berbulu lebat yang tertidur dengan kepala berbantalkan kaki Yama.

"Bangun Mister Jek atau Mas Yama akan menjadikanmu tongseng untuk sarapan," bisik bocah itu ke telinga anjing besar yang langsung membuka mata. Keduanya lalu turun dari kasur dan berjalan dengan masih mengantuk keluar dari kamar Yama.

Tinggalah Yama yang memandangi gundukan yang bukannya bangun malah mendengkur halus.

"Nara....kalau kamu tidak juga bangun, aku akan..."

Dengkuran terdengar makin keras, menyadarkan Yama bahwa gundukan bernama Nara itu sebenarnya sudah bangun. Dengan sigap, Yama bangun lalu tanpa aba-aba menggerakan kakinya, menendang gundukan itu hingga terguling jatuh dari tempat tidur.

"Aduuuuh..."

Yama tidak menggubris teriakan mengaduh si gundukan yang sudah menjelma menjadi sosok bocah yang menatap kesal ke arah Yama.

"Aku sudah memperingatkan," ucap Yama tidak peduli seraya segera bangkit dan beranjak menuju ke toilet.

Benar-benar pagi yang sedikit ribut, seperti biasa. Ya, seperti biasa.

~*~

"Dia melakukan kekerasan kepadaku, Pa. Mas Yama menendangku dari tempat tidur."

Dewabrata Salim yang baru memasuki ruang makan, bergabung dengan keluarganya yang sudah siap untuk sarapan, menoleh dan menatap ke arah putra bungsunya, si pelapor, lalu ke arah putra sulungnya, pihak tertuduh pelaku kekerasan kepada saudara kandung, istilah yang sering dipakai Nara.

"Dia," balas Yama seraya menunjuk ke muka Nara yang duduk di sebelah kanannya, "dan dia," kali ini Yama menunjuk Jared, sepupu yang seumuran dengan Nara, yang duduk di sebelah kirinya, "dan dia," lanjut Yama seraya menunjuk ke arah anjing keluarga mereka, mister Jek, yang tampak nyaman bergelung di samping kaki Nara, "mereka bertiga menguasai kasurku tanpa ijin."

Kali ini pandangan Dewa, yang sudah mengambil tempat duduk di sebelah istrinya, beralih ke arah Nara dan Jared.

"Itu ada alasannya. Kami berada dalam kondisi darurat," Nara mengelak.

AdikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang