17. Freind Or Enemy ?

2.6K 172 43
                                    

Harusnya ini udah selesai kemaren cuma gara2 konflik tulisannya iadi ilang udah dapet 1000 kta lebih mlah yg ada cuma 500 hix, itu kadang bikin males nulis lagi. Tapi semoga yg ini nggak ilang lgi deh

Oh ya ada adegan kekerasan yang tidak pantas di tiru Maaf ya kalo kesannya sinetron banget abis kaya gitu sih yg ada di pikirannya :v

Happy Reading ;-)

Hope You Enjoy

Chapter 17

Yudha mendengus malas saat Bu Zakiya menyuruhnya menaruh buku-buku paket yang di pinjam untuk di kembalikan ke perpus. Sejujurnya ia malas namun jika tak menuruti maka ia akan siap-siap kehilangan nilai A. Ibu paruh baya itu memang benar-benar menyebalkan namun meski begitu bu Zakiya salah satu guru yang baik dan ia hormati.

Yudha menghembuskan napasnya lega saat selesai menaruh buku-buku itu pada tempatnya. Pandangannya terkunci saat menangkap sesosok makhluk manis  sedang berusaha mengambil buku di rak atas yang tidak mampu di jangkau olehnya. Ia hanya geleng-geleng kepala seraya tersenyum geli dengan kelakuan lucu gadis yang mampu membuatnya senang dan kesal sekaligus itu. Ia masih betah memerhatikan gadis itu yang tengah bersusah payah mengambil buku.

Bibirnya ikut melengkung saat gadis itu hampir berhasil namun sedetik kemudian ia membelalakan matanya terkejut sekaligus cemas saat tubuh gadis itu hilang keseimbangan.
"Keisha" gumamnya pelan hampir tak terdengar. Ia segera berlari dengan kecepatan tinggi menangkap tubuh Keisha yang hampir terpelanting ke belakang.

Hupp...

Tatapannya bersirobok dengan tatapan sayu gadis cantik itu. Untuk kedua kalinya ia melihat wajah jelita itu dari dekat. Namun tiba-tiba ia merasa kesal karena gadis ini benar-benar ceroboh. Ia meneliti raut gadis itu masih termangu sepertinya masih shock dengan kejadian yang baru di alaminya. Beberapa detik kemudian ia segera membantu menegakkan kembali tubuh Keisha.

Keisha gelagapan—salah tingkah . Ia merutuki dirinya sendiri yang merasa bodoh jika di hadapan lelaki itu. Ia berusaha menormalkan debar jantungnya yang sejak tadi meloncat-loncat seakan ingin keluar dari sarangnya.

"Lo nggak pa-pakan?" tanya Yudha melihat raut gadis itu yang masih terlihat terkejut.

"Ha—eumm... Iya gue nggak pa-pa kok. Eum...makasih ya" jawab Keisha gugup setengah mati. Jantungnya tak bisa di ajak kompromi saat ini. Ia heran sendiri dengan reaksi tubuhnya yang berubah setiap berdekatan dengan Yudha.

"Lain kali kalo lo nggak bisa, lo minta bantuan sama orang lain nggak usah sok-sokan kaya tadi. Kalo gue nggak dateng lo pasti udah jatoh tadi" omel Yudha tanpa sadar karena begitu khawatir pada keselamatan gadis itu.

Keisha membelalakan matanya tak percaya dengan bibir memberengut. Lelaki itu begitu cepat berubah seperti bunglon. Tadi pagi lelaki itu bersikap begitu manis tapi sekarang sifat menyebalkannya keluar lagi.

"Apaan sih lo, gue bisa sendiri dan gue bukan tipe orang yang suka ngerepotin orang lain" jawabnya ketus.

"Kalo bisa harusnya tuh buku udah bisa lo ambil" jawab Yudha melengkungkan sudut bibirnya geli, kemudian ia mengambil dengan ringan buku yang diinginkan Keisha.

"Makanya tumbuh tuh ke atas" celetuk Yudha asal melirik jahil Keisha.

Wajah Keisha mengeras, menahan amarah karena secara tak langsung Yudha mengejeknya pendek. Mentang-mentang lelaki itu tumbuh tinggi seenaknya saja mengejeknya. Menurutnya tinggi badannya itu cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita.

"Maksud lo gue pendek gitu?" ketus Keisha menatap Yudha tajam.

"Bukan gue yang bilang ya"
Yudha menampilkan senyum jahilnya melihat reaksi Keisha saat jutek seperti itu begitu menggemaskan baginya, "nih buku yang lo mau " Yudha menyerahkan buku yang cukup tebal itu ke tangan Keisha seraya menyungging senyum semanis madu.
Sedang Keisha menerima buku itu dengan enggan. Tapi tak urung ia merasa terenyuh dengan senyum maut milik lelaki itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Becauase You Loved MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang