하나

3.2K 116 11
                                    

Seoul, 2015

"Sayang? Kau sudah siapkan berkasku?" terdengar teriakan seorang pria menggema dirumah ini, dengan tergesa ia memakai kemejanya dan berjalan kesana kemari guna mencari map yang berisi berkas-berkas penting itu.

"Aku menaruhnya diatas meja kerjamu" jawab seorang wanita.

"Eomma, bisakah kau ikat rambutku. Aku tidak suka melihat mereka tergerai" lalu disusul oleh teriakan gadis kecil yang berdiri didepan kaca, ia tengah memegang sisir dan mencoba untuk mengikat rambut ikal panjangnya. Inilah kesulitan paginya, merapikan rambutnya yang begitu kusut.

"Sudah kukatakan untuk belajar mengikat rambut-mu sendiri sayang" balas wanita itu.

"Eomma, lusa adalah hari penting. Tolong izinkan aku untuk pergi kesana." Rengek seorang laki-laki yang telah rapih mengenakan seragam SMP nya. Ia menarik-narik baju wanita itu, merengek seakan usianya masih tiga tahun.

"Sudah kukatakan, meminta izinlah pada ayahmu. Jangan padaku" wanita itu berusaha mengabaikan rengekan laki-laki itu. Ia terus saja berjalan mondar-mandir memasukkan bahan-bahan yang diperlukan kedalam panci berwarna merah itu.

"Aish dia pasti tak akan mengizinkan" laki-laki itu melipat tangannya, mencoba berfikir adakah cara yang mampu membuat orang tuanya luluh akan acara camping sekolah yang akan diadakan lusa.

Gadis kecil yang masih memegang sisir itu keluar kamarnya menghampiri kedua orang itu didapur, memang sejak tadi ia mendengar apa yang mereka bicarakan. "Oppa, usiamu bahkan jauh diatasku, tapi mengapa merengek seperti itu? Bahkan Chansoo saja tidak merengek seperti mu" ucap gadis kecil itu sambil membandingkannya dengan Jung Chansoo tetangga mereka yang baru menginjak usia 4 tahun.

"Aish, diamlah. Seharusnya kau bantu aku." Ucap laki-laki itu, sedangkan gadis kecil itu hanya mengedikkan bahunya tak acuh, lalu beralih kearah Eommanya. "Eomma, kapan rambutku disisir?"

"Sebentar sayang" jawab wanita itu.

"Jiae-ya, biar Appa yang menyisir rambutmu" ucap seorang pria yang baru saja keluar dari kamarnya menghampiri mereka bertiga atau lebih tepat nya kearah Jiae yang tengah berlari menghampirinya. "Appa!"

"Aigoo, my princess" ucapnya setelah ia menangkap Jiae kepelukannya. Sedangkan lelaki muda tadi hanya memperhatikan mereka dalam keterdiamannya, masih takut jika Appa nya mendengar pembicaraan rahasia tadi.

"Appa, Appa tahu bahwa...Jino Oppa..." gadis kecil itu melirik kearah Jino-lelaki yang lebih muda tadi-dengan tatapan mengancam. "Yak! Jiae!!" pekik Jino, ia tahu apa yang akan dibicarakan gadis kecil itu. Jino paham sekali, dibalik tubuh kecilnya, Jiae selalu punya rencana fantastik yang tak pernah terbayangkan. Termasuk selalu merencanakan hal untuk mengancam Jino.

"Apa sayang?" jawab pria itu, ia menggiring Jiae untuk duduk dikursi didepan meja makan, lalu mulai menyisiri rambutnya. "Anni-ya, Appa. Jiae tidak ingin mengatakan apapun." Jawab Jino cepat, ia segera mendekati mereka berdua lalu mengambil alih tugas Appanya yang tengah menyisiri rambut Jiae.

"Eoh? Mengapa?" tanya pria itu bingung.

Jino memasang senyum tak berdosa, lalu sambil membekap mulut Jiae. "Dengar, aku akan mengrimkan suratmu pada Lee Jiyong, tapi kumohon tutup mulutmu." Bisik Jino pada telinga Jiae, setelah itu ia melepaskan bekapan mulutnya dan melanjutkan menyisiri rambut adiknya itu.

"Assa!" pekik Jiae membuat pria yang sejak tadi memperhatikan kedua anaknya bertambah bingung.

Ia menggeleng frustasi, "Yeobo, sebenarnya ada apa dengan mereka?" tanya pria itu pada wanita yang masih sibuk memasak.

[KYU✔] But, I Love YouWhere stories live. Discover now