TRIIIIIIING.
Suara bel berkumandang di seluruh penjuru sekolah, menandai bahwa jam pertama telah selesai.
Kagami sendiri sudah terenggok lemas dengan setengah nyawa di mejanya, akibat menahan kantuk pelajaran yang bisa dibilang hampir mempermalukannya.
"Terima kasih kami-sama... akhirnya selesai..." Gumamnya dengan nada teraniaya.
"Oi, Taiga."
Pluk.
Sebuah gumpalan kertas mendarat di kepalanya diiringi panggilan khas yang dikenalnya. Dengan setengah hati ia menengok kedepan, kearah sang sepupu yang menatapnya dengan pandangan yang seolah berucap Apa-kau-baik-baik-saja-?.
Kagami hanya bisa mengangguk setengah niat. Kemudian berdiri dan mengambil pakaian olahraganya. Setidaknya ia bisa sedikit bersantai dalam pelajaran ini.
"Kau tidak ganti baju, Sophia?" Tanyanya. Sedikit merenggangkan tubuhnya dan melepas kemejanya. Murid perempuan sudah pergi ke ruang ganti beberapa menit yang lalu, menyisakan para lelaki yang sedang berganti pakaian untuk pelajaran selanjutnya.
"Ah, pelajaran olahraga ya?"
Kagami mengangguk.
Sophia berbalik, mengambil pakaian yang memang masih terbungkus plastik itu dan berlari menuju kamar mandi.
Skip time~~~
Kening Sophia mendadak mengkerut ketika selesai berganti baju. Kini ia menggunakan seragam olahraganya, berupa sebuah kaos berlengan pendek dan sebuah celana pendek selutut. Bukan masalah sih, kalau saja kau tidak memiliki bekas luka yang tak bisa dibilang normal disana.
Maksudku, apa yang kalian harapkan dari seorang agen rahasia yang hampir mati sebanyak tiga kali?
Sophia sendiri melirik sebuah cermin besar di dalam ruang ganti, tersenyum miris ketika melihat pantulan dirinya disana.
Mungkin bagi orang lain, ia terlihat seperti gadis biasa. Surai biru keunguan yang halus, sepasang iris Sapphire yang indah dan kulit putih yang terkadang membuat iri. Ia sempurna.
Tapi baginya, apa yang dipantulkan cermin itu tak lebih dari cerminan diri seorang pembunuh berdarah dingin.
Ia adalah penyebab kematian orang tuanya, dan itu lebih dari cukup untuk mebuatnya menjadi orang yang tak berbelas kasihan.
Tak terhitung berapa banyak nyawa yang dibunuhnya. Tangan yang nampak putih itu sudah terlumur oleh darah.
Dengan topeng yang sempurna dan bakat peran yang tak dapat diragukan, ia bisa menyusup seperti air. Alasan utama mengapa ia di beri Code Name 'Sea'.
Tapi setidaknya ia masih memiliki nurani.
Ia masih memiliki kasih sayang kepada orang orang disekitarnya dan masih memiliki keinginan untuk melindungi.
Mengawasi dan bertindak dari balik layar adalah caranya. Tanpa jejak, tanpa suara. Menghabisi siapapun yang membahayakan keluarganya.
Walaupun itu membuat dirinya tak sempurna baik secara fisik maupun mentalnya.
Sophia menghela nafas. Menggelengkan kepalanya dengan pelan. Ini bukan waktunya untuk mengkhayal hal hal itu.
~CNS~
'Siapapun, tolong tampar aku sekarang.'
Sophia menatap tak percaya kearah pemandangan di depan matanya. Green, lengkap dengan seragam khas guru olahraga SMA Seirin dan peluit terkalung di lehernya.
YOU ARE READING
Code Name : Sea! [SLOW-UPDATE]
RandomSea. Itulah nama sandi seorang agen FBI berbakat. Ia tak terdeteksi dan mudah beradaptasi. Berada dalam team khusus yang disembunyikan membuat hampir tidak ada yang tahu siapa dirinya. Namun dibalik segala popularitas dan prestasinya, ia sebenarny...
I'm not Perfect.
Start from the beginning
![Code Name : Sea! [SLOW-UPDATE]](https://img.wattpad.com/cover/36900989-64-k9154.jpg)