TIGA

1K 90 3
                                    

Naruto milik MK
...

Naruto melangkah keluar dari flatnya di Le Marais (salah satu perumahan yang terkenal elit di Paris) dan ia menarik napas dalam-dalam. Ia mengeluarkan iPod dan memasang earphone ke telinga, lalu berjalan ke stasiun kereta bawah tanah.

Suasana hatinya saat itu sangat bertolak belakang dengan langit yang cerah. Wajar saja. Ia baru saja berbicara dengan ayahnya di telepon. Setiap kali ia selesai berbicara dengan ayahnya, dadanya selalu terasa berat.

Tadi ia menelpon keluarganya mengabarkan kalau ia sudah kembali dari London setelah syuting sebuah iklan bermerk di sana. Sebenarnya ia malas menerima tawaran dari studio Jepang untuk membintangi video klipnya yang bertema gay? Bukanya ia jijik, ia sudah terbiasa dengan fenomena itu, tapi karena pikirannya lagi kusut dan ia juga sangat capek.

Tapi seminggu yang lalu John Spiker secara khusus meminta kesediannya. Ia merasa tidak enak menolak lelaki yang ikut berjasa melambungkan kepopularitasnya. Jadi karena itu ia mengiyakan dan hatinya pun ikut berantakan, apalagi...

Ayahnya selalu menuntutnya untuk meneruskan perusahan turun-menurun keluarga besarnya, bukannya ia ingin membantah kedua orang tuanya tapi ia hanya ingin ayahnya memberi kebebasan untuknya sedikit lebih luas, ia sadar ia pewaris satu-satunya. Naruto juga tidak akan melepaskan tanggung jawabnya.

Tapi untuk waktu sedikit saja, ia juga ingin mewujudkan cita-citanya sejak kecil.

"Usiamu sudah lebih cukup sayang, kau menghabiskan umur remajamu untuk menjadi artis, sekarang apa yang kau tunggu? Jangan bikin ayahmu khawatir apalagi sampai mencemaskan masalah ini." Kata ibunya ketika ia pertama kali menyampaikan alasannya pas ketika ia sudah menyelesaikan bidang studynya.

Saat itu Naruto hanya diam, tidak tahu harus berkata apa.

Kereta berhenti di stasiun champ de mars, menyentakkan Naruto kembali ke alam sadar. Ia menarik napas panjang. Waktunya meninggalkan masalah pribadi dan mulai bersikap profesional.

Ya, Naruto memang artis yang banyak di kasih jempol saat namanya mulai di kenal di dunia hiburan, ia bukan artis yang berbakat tapi perjuangannya untuk sampai diatas bukanlah main-main.

Keberhasilannya bukanlah karena keluarganya yang terpandang, atau karena ia berotot dan punya wajah tampan, tapi semua karena kegigihannya sendiri.

...

Ketika Naruto tiba di lokasi syuting, ia melihat para staf produksi sibuk bersiap-siap memulai proses syuting. Ia menyapa beberapa staf yang dikenalnya dan pergi mencari John Spiker.

"Mr. John," panggilnya ketika ia melihat si sutradara sedang mengobrol dengan salah seorang kamerawan. John Spiker yang berusia empat puluhan terlihat seperti penampilan sutradara pada umumnya. Ia bertubuh kurus, agak bungkuk karena terbiasa duduk membungkuk menatap monitor, berkacamata, bertopi, dan tidak ada ciri khusus di wajahnya yang ramah.

Mendengar panggilan Naruto, ia menoleh dan tersenyum lebar. "Naruto boy, senang bertemu denganmu lagi," sahutnya ramah dan mengulurkan tangan. "Kau baru tiba kemarin, bukan? Kuharap kau tidak jet-lag karena bolak balik Paris-London, Kita hanya punya waktu tiga hari untuk syuting. Seharusnya itu bukan masalah besar, tapi jadwal kita akan sangat padat." Naruto menjabat tangan Jonh Spiker yang terulur. "Aku baik-baik saja," kata Naruto "Anda tidak perlu khawatir."

"Bagus." John Spiker mengangguk-angguk. "Ngomong-ngomong, lawan mainmu sudah datang. Kurasa dia sedang dirias. Kau bisa memperkenalkan diri nanti. Dia orang Jepang, jadi kau bisa berceloteh dengannya, kau tidak lupa bahasa ibumu, kan?" katanya sambil tertawa yang disambut kekehan dari Naruto. "Sebaiknya kau juga bersiap-siap. Kita akan mulai setengah jam lagi."

Naruto pergi menyapa beberapa staf produksi yang sudah dikenalnya. Tiba-tiba ia mendengar seseorang berseru memanggilnya. Ia menoleh ke arah salah satu tenda dan melihat Jack, penata rias selebriti yang sudah dikenalnya, ia berlari kearahnya dan langsung mencium pipinya. Naruto memaklumi kalau pria ini fansnya ia juga membalas pelukan pria itu. ia emang sangat ramah pada fansnya, tanpa peduli kalau fansnya gay ataupun bencon begini.

Kemudian ia melirik ke dalam tenda, seorang cameramen bersama seorang pria berambut hitam dengan model yang mempesona yang belum pernah dilihatnya. Gaya rambut yang cukup berani dan menarik perhatian . Nah, pria itu pasti lawan mainnya.

"Selamat pagi" sapa Naruto sambil menghampiri keduannya. Ia berhenti di depan Gemma dan menatap laki-laki bertumbuh pendek itu, lalu tersenyum ramah membuat Gemma ikut larut dengan keramahannya. "Pagi juga," balasnya senang.

Kemudian Naruto mengalihkan perhatian kepada pria yang satu lagi, yang duduk diam sambil menggenggam cangkir kertas dengan kedua tangan. Naruto mengulurkan tangan dan berkata, "Dan kau pasti lelaki yang membuatku jatuh cinta."

Pria itu tersentak, mendongak dan menatap langsung kearah Naruto. Hal pertama yang terlintas di kepala Naruto saat melihat wajahnya dengan jelas adalah pria ini begitu menawan, kata teman-temannya pria korea itu imut dan berwajah mirip gadis, ia tidak tahu kalau pria Jepang juga memiliki wajah se manis ini, begitu mempesona.

Dan lelaki tampan itu menatapnya dengan ekpresi yang Naruto sendiri tidak yakin untuk memikirkanya, terlihat menyembunyikan sesuatu. Dan... takut?

...

Sasuke menatap laki-laki berambut pirang yag menatapnya dengan mata birunya, yang tidak berkedip. Naruto Uzumaki memang sangat terlihat cocok untuk model video ini, tubuhnya sangat bagus ia juga sangat tampan dan mempesona.

Sebelum sasuke sempat membuka mulut, Naruto cepat-cepat berkata, "Dalam video musik ini, maksudku. Kau akan berperan menjadi pria yang membuatku jatuh cinta, kan?" Ia berhenti sejenak, lalu bertanya lagi dengan ragu, "Kau yang akan menjadi lawan mainku, bukan?"

Sasuke mengerjap satu kali, seolah-olah baru tersadar dari lamunan. Perlahan lahan ia mengembuskan napas yang ternyata ditahannya sejak tadi dan bergumam, "Hn." Naruto tersenyum. "Namaku Naruto. Uzumaki Naruto," katanya sambil menggerakkan tangannya yang masih terulur, mengundang Sasuke menjabatnya.

Sasuke menatap tangan Naruto, kemudian ia meletakkan cangkir kertasnya di atas meja dan berdiri dari kursi. Ia membungkuk sedikit sebelum menjabat tangan Naruto-itu salah satu kebiasannya sebagai orang Jepang yang tidak bisa dihilangkannya-dan bergumam, "Sasuke Uchiha."

"Uchiha-san," kata Naruto, senyumnya melebar, "Senang berkenalan denganmu."

Tepat pada saat itu terdengar seseorang berseru memanggil Naruto dan mengatakan sesuatu dalam bahasanya. Naruto menoleh ke belakang dan balas menyerukan sesuatu. Kemudian ia kembali menatap Sasuke. Matanya bersinar geli. "Itu penata riasku," jelasnya dalam bahasa Inggris. "Dia menyuruhku segera bersiap-siap karena kita akan segera mulai syuting. Aku tidak mengerti kenapa aku harus dirias kalau wajahku sudah tampan begini." Sasuke rasanya ingin tertawa dengan kenarsisan lelaki itu. "Tapi sebaiknya aku menurutinya. Percayalah padaku, kau tidak mau melihat penata riasku mengamuk. Aku pernah melihatnya dan itu bukan pemandangan yang bagus."

"Dia baik, ya" kata Gemma ketika Naruto sudah pergi menghampiri penata riasnya. Sasuke mengremas jari-jari tangannya, "Hn," jawabnya yang hanya bisa ia dengar sendiri.

Entah berapa lama Sasuke duduk di sana dan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ia baru tersadar dari lamunannya ketika seseorang berseru menyuruh para model berkumpul karena syuting akan segera dimulai. Sasuke mendongak dan menarik napas. Saatnya meninggalkan masalah pribadi dan mulai bersikap profesional, pikir Sasuke dalam hati. Ini adalah pekerjaannya dan ia tahu ia bisa melakukannya. Lakukan dan selesaikan. Hanya tiga hari. Ia hanya perlu bertahan tiga hari. Lalu semua ini akan segera berakhir.

tbc

Love In ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang