BAB 10

16.4K 1K 24
                                    

Rumor tentang Hellion yang mengangkat seorang anak manusia cepat menyebar hingga kerajaan tetangga. Banyak desas desus baik buruk beredar bahkan hingga pelosok negeri. Hingga percobaan penculikan dirinya marak terjadi. Sejak saat itu ia seakan dikurung di dalam Hellion dan tidak diperkenankan pergi kemanapun tanpa pengwasan.

Sebelum insiden penculikan terjadi ia sering mengunjungi beberapa tempat bersama gadis pelayan pribadinya. Selain kursus pribadi Zeva juga sempat mengikuti sekolah ternama meskipun tidak lama. Banyak cacian dan juga hinaan ia terima namun tidak terlalu ia pusingkan.

Ia juga memiliki beberapa teman yang memang menerima dirinya apa adanya dan berteman baik hingga sekarang. Mereka sering melindunginya bahkan ditempat yang bahkan sulit ditemukan. Betapa beruntungnya dia memiliki teman seperti itu.

Viona Violetta Vandero gadis dari kerajaan sebrang yang pernah bersekolah dan satu kelas dengannya sudah 2 tahun menjadi teman dekatnya. Gadis bermanik Crimson itu selalu mengajaknya kemanapun ia pergi. Dia sering berkata kalau Zeva itu ibarat mutiara di dalam kerang buruk rupa. Sering diolok-olok orang namun mereka akan menyesal bila sudah melihat isinya.

Ia belajar banyak dari Vivi termasuk membaca raut wajah seseorang. Terakhir kali ia bertemu dengan nya sehari sebelum insiden penculikan ketika ia dan Vivi berusia 14 tahun. Ia merindukan sahabatnya.

" Kau dengar apa yang dikatakan kakek Zeva? " Suara berat Alexander membuyarkan lamunannya. Zeva tergagap sebelum akhirnya menggeleng pelan. Entah mengapa ia kehilangan konsentrasi nya ketika sedang membicarakan undangan pesta yang dilakukan di kerajaan Zangerus dua pekan kedepan.

" Maaf kakek, Zeva hilang konsentrasi sehingga tidak mendengarkan apa yang kakek ucapkan. " Sesal Zeva. Dalam hati ia merutuki kebodohannya dan menunduk dalam.

" Kalau begitu dengarkan baik-baik. Kau akan pergi dengan Xing sebagai perwakilan awal. Setelah itu Kazuma dan Clarissa akan menyusul setelahnya. Jaga dirimu baik-baik karena dalam sekejap kau akan menjadi pusat perhatian banyak orang " sambung Alexander kembali menjelaskan. Zeva mengangguk mengerti. Ia belum tau pesta seperti apa nanti namun sepertinya persiapan yang dilakukan tidak akan memakan banyak waktu.

Setelah jamuan makan selesai ia pamit untuk kembali ke ruangannya. Namun bukannya kembali ke kamarnya ia justru berbelok menuju taman belakang. Tanpa banyak bertanya Diana pun mengikuti kemana langkah tuan putri nya pergi. Langkah kakinya berhenti di tengah tanaman bunga amarilis. Memejamkan mata sambil menikmati semilir angin mengibaskan rambut dan membelai kulitnya.

Merasa kurang pantas ia duduk dan mendengarkan mereka berbicara mengenai hasil perang Zaver undur diri dan mengikuti kemana Zeva pergi hingga ia menemukan gadis itu dibelakang istana. Najendra yang memahami situasi memberikan kode kepada Diana untuk sejenak memberikan ruang untuk mereka berdua. Perlahan Diana undur diri dan meninggalkan dua anak muda tersebut saling berinteraksi.

Zaver mendekati gadis itu. Hal ini lebih baik meskipun ia akan di cap sebagai tamu tidak sopan. " Adakah sesuatu yang membebani pikiranmu? " Tegur Zaver. Sedikit terkejut karena seseorang menegurnya Zeva menoleh lalu tersenyum.

" Hai. " Sahutnya ramah. " Entahlah, aku hanya tidak bisa membayangkan ulang takdirku sampai sini.

Zaver menyerit " takdir? Ah maksudmu perjalanan hidupmu sampai sejauh ini? " Timpal Zaver menebak.

" Rasanya seperti mimpi saja. Kau tau betul bukan? 10 tahun itu bukan waktu yang sebentar. Bahkan saat masih sebatang kara aku tidak berani bermimpi memiliki hidup yang layak bahkan disayangi banyak orang. " Zeva bergetar, seluruh tubuhnya kembali merasakan sakit entah berasal dari mana bahkan tidak meneteskan darah.

Zaver termenung, ia paham bagaimana berat hidupnya. Meskipun pertemuan mereka terhalang jarak bahkan ia baru bisa bertemu dengan Zeva setelah 10 tahun lamanya. Baginya dia gadis yang kuat, ia berani bertaruh jika bukan dia manusia lain akan cepat mati karena tertekan.

Tangannya terulur meraih gadis tersebut dan membawanya ke dalam pelukannya. Ia tidak tau apakah tindakannya benar atau tidak. Ia hanya mengikuti naluri dan kata hatinya. " Kau berbeda Zeva. Aku akui selama hidup kau berbeda dari semua yang pernah kutemui. " Ucap Zaver menenangkan sembari mengelus punggung Zeva.

" Jika kau merasa hidupmu sia sia itu salah. Ingat bagaimana kau diterima dengan baik disini, berapa banyak orang yang bersedia mengorbankan dirinya untuk melindungimu? Seharusnya aku tidak berhak bicara seperti ini karena faktanya aku tidak banyak menolongmu " sambung Zaver. Gadis itu tidak merespon, namun Zaver merasakan tubuhnya masih bergetar.

Diana menghapus bulir bening yang mengalir disudut matanya. Dirinya pun ikut merasakan sulit nya berada di posisi Zeva. Sejak ia dibawa kesini hingga sekarang Diana lah yang menemani Zeva. Selalu berada disampingnya bahkan saat gadis itu terbangun dan menangis karena mimpi buruknya. Najendra pun hanya menyaksikan tanpa berkata apapun.

" Kau menjadi orang pertama yg menyelamatkan ku dulu. Jika tidak ada kau aku mungkin sudah mati oleh orang asing itu. " Sahut Zeva pelan. Ia menghapus bulir bening yang membasahi pipinya. Seharusnya ia tidak menangis seperti anak kecil lagi. Ia harus belajar lebih kuat agar tidak digoyahkan oleh siapapun.

" Lihat betapa tegasnya dirimu. " Zaver tersenyum lalu membelai pipi Zeva dengan ibu jarinya. " Kau akan selalu diterima dengan hormat di Zangerus. Jika ada yang berani bertingkah kurang ajar maka akan musnahkan dia saat itu juga. " Kata Zaver meyakinkan.

Zeva bergidik ngeri. Zaver sepertinya sama kejamnya dengan dua Yagami di dalam sana. Sudah berapa kali ia melihat kematian di depan matanya berasal dari ayah dan juga kakaknya. Tidak lupa dengan tingkat kesadisan yang berbeda juga.

" Ugh jangan berlebihan aku tidak semudah itu dijatuhkan. " Keluh Zeva, ia memilih duduk dan menikmati sinar bulan diatas mereka. Zaver menyerit heran, "apakah itu termasuk berlebihan? Lalu apa kau terbiasa ditindas Zev? Kau bercanda?" Zaver mengusap wajahnya gusar. Benar benar gadis aneh.

" Sudah jangan dipikirkan. Besok kau sudah ingin pergi bukan? Duduklah Zaver. Setidaknya disini aku bisa menahan dirimu untuk beberapa menit kedepan " pinta Zeva. Pemuda itu menurut dan duduk disebelah Zeva. Mereka terdiam untuk beberapa saat. Menyelami pikiran mereka masing-masing, tidak ada yang tau.

Malam semakin larut, bulan pun semakin tinggi jaraknya namun mereka berdua masih tetap dalam posisi sama. Diana dan Najendra sepakat mendekat dan mengajak tuan mereka untuk masuk dan istirahat. Tanpa kata perpisahan berarti merekapun berpisah. Zeva kembali ke kamarnya dan Zaver kembali ke kamar khusus tamu.

" Mungkin besok saja ku temui dia " ucap seorang pria menatap dari kejauhan. Ia tidak ingin mengganggu walaupun sebenarnya ingin. Pria itu berbalik melangkah menjauhi kamar Zeva. Dalam diam ia menyeringai tipis, sepertinya ia memiliki beberapa kejutan tambahan untuk seorang gadis manusia yang telah mencuri banyak perhatian orang itu..

To be continue

My Little  Vampire (REMAKE)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon