Chapther 2

6.5K 318 1
                                    

War day 1

Senin, 04:30

Suara 4 helikopter terlihat dari kejauhan, semenjak penyerangan itu Bandar udara Kualanamu menghentikan seluruh aktifitas penerbangan sipilnya untuk dialihkan menjadi Markas Komando pasukan dikota medan.

Suara helicopterpun makin keras terdengar. Menstabilkan helicopter agar dapat mendaratkanya.

Jalan darat sudah diblokir dari aktifitas umum. Barikade barikade militer bertebaran. Wargapun sudah diungsikan menjauhi medan tempur.

4 helicopter Puma dan bell itu tak sendiri. Mereka dikawal 2 helicopter Apache yang masih mengudara diatas helicopter kami.

Setelah itu kami pun masuk dan bersiap take of ke medan tempur.

Jangan bilang selama perjalanan kami tenang. Kami terbang rendah agar tidak terlihat oleh musuh. Tak lama terdengar ledakan hebat.

Helicopter didepanku meledak menjadi api, dengan cepat Apache langsung mencari dari mana arah tembakan itu.

Pikiran ku makin menjadi setelah salah satu helicopter kami ditembak jatuh oleh musuh, hanya tersisa 3 helicopter sekarang, ditambah 2 helicopter tempur.

Seketika aku ingat kata kata istriku kemarin "tepatilah janjimu, karna kau akan menjadi seorang ayah"

***

Kami melanjutkan penerbangan kami dengan waspada, Serda Rio temanku tampak memegang Senjata 50 cal yang terpasang pada helicopter ini.

Tak berselang lama helicopter kami kembali ditembaki musuh. Dengan sigap Rio membalas tembakan mereka dan dibantu oleh Apache yang sedari tadi mengawal kami.

***

Helicopter mendarat di alun alun kota Medan. Kami turun dan mengambil posisi penjagaan sembari menunggu semua personil turun.

Suara tembakan dan ledakan sudah bergema dari sini. Jaraknya hanya 2km dari Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) berada.

Pasukan kami ditugasi untuk membantu PPRC untuk mencegah pasukan musuh tidak masuk lebih dalam.

Dengan menggunakan night vision yang terpasang dihelm. Kami berjalan dengan waspada.

Tak lama kami ditembaki dari arah samping kanan. Baku tembak pun terjadi.

Hasan mengontak markas meminta bantuan karna tak sebandingnya jumlah dan kekuatan musuh dengan kami.

Aksi saling menembak terus terjadi. Sampai Serda Rio yang ada disampingku gugur tertembak tepat dibagian Mata sebelah kanan.

Refleks aku berteriak "SNIPER...!!" Memberi peringatan kepada seluruh temanku untuk bersembunyi.

Pasukan kami hanya menembak seperlunya, tidak seperti tadi kami bersembunyi. Bukan karna takut. Tapi lebih memilih untuk menghemat pelurj kami. Kami hanyak menembak musuh yang terlihat.

Pilot tempur Apache mengontak pasukan kami. Meminta tanda penyerangan. Kapten Heri langsung melempar Bom Asap bewarna merah tanda tempat penghancuran total.

Dia melemparkanya kesebuah gedung bertingkat 3 yang kami yakini ada sniper dan pasukan musuh lain disana.

Sniper menjadi momok menakutkan bagi seluruh pasukan. Karna kemampuanya menembak yang tak diragukan lagi "ONE SHOT, ONE KILL" adalah moto mereka. Ditambah kemampuanya bersembunyi sehingga menjadi sulit untuk diketahui keberadaanya.

Terdengar lagi suara ledakan dan tembakan senjata tak henti, tanda Helicopter Apache sudah mulai menyerang.

Tak perlu waktu lama gedung itu sudah rata dengan tanah. Baku tembak terus terjadi. Serangan tadi tak serta merta membunuh semua pasukan musuh.

Hasan kembali mengontak pasukan PPRC menanyakan dimana lokasi mereka. Namun tak ada yang menjawab.

Kami langsung menuju lokasi terakhir mereka dilaporkan ada. Dengan menggunakan tiang tiang gedung untuk berlindung. Perlahan kami meninggalkan medan tempur.

Setelah sekitar 5 menit berjalan dengan baku tembak yang tak henti. Kami sampai ketempat PPRC berada.

Senin, 06:02

Matahari sudah mulai terbit. Dan baku tembak kami terus terjadi. Hasan sudah meminta Blbantuan pasukan dan logistik. Karna peluru kami sudah hampir habis.

Bantuan tak kunjung datang, menyadari posisi kami yang terdesak. Kapten Heri meminta kami mundur dan masuk kedalam sebuah gedung Pertokoan yang terlihat kokoh.

Didalam gedung Hasan terus mengontak Pusat Komando untuk meminta bantuan. Tapi nampaknya komunikasi kami terputus.

Senin, 09:00

Bantuan tak kunjung datang. Kami memutuskan keluar gedung menyadari posisi kamu yang makin terdesak.

Sudah 3km kami berjalan dan bertemu dengan lusinan Tank dan pasukan berjalan beriringan menyusuri jalan.

Kapten Heri melaporkan didepan banyak musuh. Dengan segera tank dan pasukan mengambil formasi penyerangan.

MEDAN TUGASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang