EPILOG

3.5K 305 12
                                    

*PLAYLIST UNTUK BAB INI*
-TAHITI 80 - 1000 TIMES
- HIVI - SIAPKAH KAU TUK JATUH CINTA LAGI
- DHYO HAW - ADA AKU DISINI


Sebuah bunga Lily segar di masukan Arinka kedalam vas bunga kaca. Cahaya matahari di balik jendela membuat bunga itu tampak cantik. Senyum Arinka mengembang. Matanya tertuju pada sebuah bingkai foto di dekat vas bunga tersebut. Ada wajah Radhian yang di cetak disana. Radhian yang sedang tersenyum bahagia dengan setelan jas berwarna abu-abu. Seketika hati Arinka mencelus. Di sentuhnya foto itu dengan lembut. Air di sudut matanya bersiap untuk meluncur.

"mas Radhi, bagaimana kabarnya?" bisik Arinka lirih. Angin berhebus sesaat. Menerbangkan helaian rambut Arinka. Membuat duka mengembang di pikirannya. "Rinka rindu." Ucap Arinka menahan air mata.

Decakan kesal terdengar di belakang Arinka. "uluuh, dek Arinka jahara! Kok gayanya kayak abang sudah tiada aja!" gerutu Radhi kesal. Tangannya di lipat ke dada. Wajahnya masam melihat Arinka yang terkekeh di samping jedela. "itu Genesh sama Ghilman juga, becanda kelewatan. Jenguk orang sakit itu bawain buah kek, bunga kek, ini malah bingkai foto gue. Mana gede lagi. Suka kali, ya, gue mati!"

Arinka kembali tertawa lebar sambil menarik kursi di samping ranjang Radhi. Tangannya meraih apel, piring dan pisau kcil. "ini juga di bawain buah sama Kinan dan Satrya, mas." Kata Arinka sambil mengupas kulit Apel. "mas mau?" tawar Arinka.

Radhi mengangguk sok manja. "iyah, dedek. Asal di suapin." Sahut laki-laki itu sambil tersenyum jahil. Arinka hanya mencebik di kursinya. Tapi tangannya tetap mengupaskan kulit apel untuk Radhi. Sekarang macannya sudah jinak. Mungkin memang butuh kekuatan setara gempa 4,7 SR untuk membuat hatinya bergetar buat Radhi. Diam-diam Radhi tersenyum legowo. Harus di tikam dulu, ya biar gadis cantik di hadapannya ini jinak?

"dek," panggil Radhi.

Arinka tampak jegah di panggil begitu terus-terusan sama Radhi. Tapi orang sakit mah bebas, ya sudah lah, kali ini aja nih kadal jantan dibiarkan bebas ngomong! "mmmh?''

"kalau gue beneran mati kemarin, gimana?"

"kok nanya gitu? Gak bersyukur nih di kasih Allah kesempatan buat hidup." Tegur Arinka sebal, memukul lengan Radhi. Ia sendiri gak suka membayangkan kejadian itu. Cukup penantian panjang dalam tangisan di depan ruang OK kemarin yang ia rasakan. Cukup bahu Kinan yang basah oleh air mata Arinka, ketika cemas dengan keadaan Radhi saja. Jangan sampai Radhi di ambil darinya juga.

"hehe, kan gue berandai-andai, Rinka." Sahut Rhadi sambil mengelus lengannya yang pedas di pukul Arinka. "dan lagi, mungkin gue belum kembali kepada sang Pencipta karena tugas gue belum selesai, Rinka."

"tugas apa?"

"memberi nyokap gue mantu, hihihi"

Arinka langsung meronggoh kantong celananya. Radhi tampak bingung dengan perilaku perempuan itu, namun ketika tidak mendapatkan apa-apa di kantong, Arinka berkata, "yah, gak ada gopek ni, mas."

Langsung aja wajah Radhi jadi asem. "aduh dek, masa atas segala yang kita lewati kemarin, gombalan mas masih seharga gopek sih? Naikin harga dong."

"yaudah, seribu, mau?"

"cium aja, mau." Sahut Radhi sebal

"eh, apa itu cium-cium?" sesosok wanita tanpa di sadari berdiri di antara mereka. mamanya Radhi yang tadi mengambil baju ganti untuk Radhian, ternyata telah kembali. Arinka kelabakkan berdiri lalu menunduk malu. Sedangkan Radhi nyengir tanpa dosa.

"eh, mamah. Kebetulan mah. Kenalin, calon mantu mama, nih." Kata Radhi menarik tangan Arinka lalu menyodorkan ke tangan mamanya.

Arinka kemudian tersenyum malu dan memperkenalkan diri. "nama aku Arinka, tante."

"wah, cantik, ya? Yakin kamu gak salah, milih Mamat?" tanya mama Radhi keheranan. Wajah Radhi berubah kecut. Sedangkan Arinka hanya tersenyum geli. Baginya mungkin hari ini kesempatan keduanya untuk membuka hati lagi. Sebuah awal untuk memulai hal yang baru. Mudah-mudahan di restui. aaamiin


Lelaki Pilihan  #GiveAwaySKdPL #RadhinkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang