drunk

6.2K 616 28
                                    

March 2017

Gue udah bilang belum kalau Syira itu baik?

Yaudah, gue bilang lagi ya. Syira itu baik, pake banget. Meski dia agak kurang sopan karena gak mau manggil gue pake 'kak' sementara yang lain-kecuali Danish, karena seumuran sama dia-dipanggil 'kak'. Jelas-jelas gue paling tua.

Ah. Tua.

Ya, oke, intinya Syira baik karena mau nurutin permintaan bodoh kita buat keliling kampusnya di tengah hari bolong. Termasuk permintaan khusus gue buat nyobain belajar di kelas. Lucunya, tadi dia apes kena tanya dosen, padahal jelas-jelas dia bukan mahasiswi fakultas itu. Untung gue ngerti, jadi gue bantu. Dan katanya dia merasa berhutang budi.

Btw, gue mau tau, kenapa sih namanya 'siang bolong'? I really want to know. Syira gue tanyain juga nggak ngerti, jawabnya malah, "Gara-gara mataharinya terang banget kali, langitnya kayak bolong."

Gue pengen toyor tapi nggak tega, akhirnya cuma gue acak rambutnya. Terus dia marah-marah, katanya, "Ahelah, lepek nih rambutnya, jangan diacak lagi dong."

Galak banget kayak ibu kosan gue di Bandung.

Oh ya, gue mempelajari sesuatu lagi tentang cewek ini. Dia nggak banyak omong, gak bisa inisiasi diskusi. Buktinya sekarang kita berdua kepisah dari empat temen gue yang entah kemana, dan dia gak ngomong apa-apa kecuali gue tanya. Kadang dia jalan duluan di depan gue buat menghindari diskusi.

Ngeliat punggungnya yang kecil, gue jadi makin gemes, pengen meluk, tapi pasti dia ngomel lagi nanti karena gerah.

"Syira, ke mall yuk. Makan, sekalian ngadem."

"Hmm." Gue liat dia mengernyit dibawah sinar matahari yang bikin wajahnya jadi terang banget. "Yuk deh."

Terus dia jalan. Tau juga enggak mobil gue dimana. Sok tau deh ini cewek.

"Hey, girl. Do you know where ya goin'?"

"Tau, ke Margo kan?"

"Ya, lo mau jalan kaki kesana? Silahkan sih, tapi gue bawa mobil."

"Oh..." Tuh, muka bloonnya muncul lagi. Tuhan, bantu gue buat nggak nyubit pipinya.

Gue langsung narik tangannya dan jalan ke tempat gue parkir mobil tadi, dia cuma ikut aja. Gue jadi khawatir, kayaknya dia rentan terhadap penculikan.

"Lo nggak mau telepon temen-temen lo?" Tanya Syira pas masuk mobil.

"Gak usah, mereka udah gede, bisa nyari sendiri."

Lagian gue mau berdua sama lo kali.

---

Ale, Surya, Danish, sama Brian langsung nyusul pas liat Path Update gue kalau gue lagi di Margo, setelah puas leaving salty comments there.

Yang ternyata semakin asin pas kita ketemu disana.

"Udah kek, anjing, protes mulu, udah disini juga."

"Panas, jir. Kita udah hampir jadi gingerbread kepanggang matahari pas jalan kesini." Protes Brian yang gue nggak tau udah berapa kali refill ocha dingin.

"Yaudah, sebagai permintaan maaf, gue traktir di BG."

"Anjiiir mantep juga nih, Jae." Ale keliatan berbunga. Gue bisa liat bunga di matanya.

Surya seperti biasa cuma istigfar, Danish ragu-ragu, Brian udah biasa gue ajak kesitu.

Tapi kemudian gue liat Ale ngasih sinyal sesuatu, dan itu ke Syira. Asli gue benci banget kode-kode begini, gak ngerti. Gue cuma natap Surya minta bantuan, dan dia langsung mouthing 'Syira gimana, tanya dulu'.

for: sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang