10. Ngaku Doi Tapi Kayak Tai

5.7K 632 206
                                    

Bel pulang sekolah sudah berkumandang. Semua siswa membubarkan diri dari kelas masing-masing. Tapi, tidak dengan Lova. Lova sengaja menunggu seseorang di dalam kelas. Dia menunggu Vegi untuk membicarakan masalah mereka yang tadi.

Pada jam pelajaran terakhir, Vegi memang tidak berada di ruang kelas. Vegi meminta izin untuk menemani Selina di ruang UKS. Karena biar bagaimanapun juga, Selina pingsan akibat ulahnya.

Di waktu yang sama, di lain tempat, Vegi mengatakan sesuatu pada Selina. Dia menyuruh Selina untuk mengambil tasnya, sementara Vegi masih harus mengurus sesuatu. Selina mengganggukkan kepalanya dan berjalan menuju kelasnya.

Vegi juga harus merapikan buku-bukunya yang berada di kelas. Ketika sampai di kelas, Vegi melihat Lova yang masih duduk di bangku mereka. Lova juga melihat Vegi yang sudah datang, namun Vegi hanya meliriknya singkat.

"Veg, gue mau ngomong sama lo." Lova memulai pembicaraan. Dan Vegi sama sekali tidak meresponnya.

"Veg?"

"Gue buru-buru. Nanti gue add id line lo. Gue pasti dateng ntar malem. Lo tenang aja."

"Ta—"

"Gue duluan."

Vegi pergi meninggalkan Lova sendirian. Dengan terpaksa Lova berjalan ke pagar sekolah sendirian. Dia menunggu taksi yang lewat, karena papihul belum mencari supir yang baru untuknya.

Sementara, Vegi segera menemui Selina di parkiran. Dia melihat Selina yang sepertinya sedang menelepon seseorang. Vegi membatalkan niatnya menghampiri Selina dan malah menguping dari belakang. Pastinya tanpa diketahui oleh Selina.

"Lo tau, gak? Tadi itu gue seneng banget. Parah."

"..."

"Gimana gue ga seneng, coba? Lo tau Lova yang most wanted itu, kan? Tau Vegi juga dong, pasti? Nah kan si Vegi biasanya nempel terus sama Lova, modusin si Lova. Tapi, tadi pertama kalinya Lova dibentak sama Vegi. Dan Vegi malah care banget sama gue. Hebat, kan? Siapa dulu? Untung aja gue punya seribu ide buat bikin Lova jelek di mata Vegi. Dan see? Berhasil."

"..."

"Tenang. Bentar lagi gue yang bakal gantiin posisi Lova. Kalau gue jadi pacar Vegi, gue pasti traktir lo. Ini gue lagi tahap nyingkirin Lova dan ngerebut hati Vegi."

"..."

"Udah dulu, ya. Gue hari ini pulang bareng Vegi. Bahaya kalau dia sampe tau. Bisa gagal rencana gue. Bye."

Vegi yang berdiri dua langkah di belakang Selina, benar-benar tidak menyangka. Dia tertipu oleh adik kelasnya sendiri. Dan yang lebih bodohnya lagi, dia membentak Lova-nya tadi. Dia sudah salah paham dengan apa yang telah terjadi.

"Puas lo?"

Selina segera membalikkan tubuhnya setelah mendengar suara seseorang yang dia kenal.

"Eh ka-kakak? Ka-kakak sejak kapan berdiri di situ?"

"Dengerin gue, ya. Jangan pasang tampang polos lo di depan gue lagi. Gue muak. Gue ini tipe orang yang ga bisa tinggal diem gitu aja. Gue suka ceplas ceplos. Maaf kalau lo tersinggung. Lo cantik, tapi otaknya kosong. Bahkan, Indonesia ga butuh generasi muda kayak lo."

"Kak, aku bisa jelasin."

"Asal lo tau, gue tadi sempet care sama lo bukan karena suka. Lo pikir lo siapa? Gue suka sama lo? Secepet itu? Never. Selamanya lo ga akan bisa gantiin Lova. Lo itu cuma sampah. Bahkan sampah aja ga pantes dibandingin sama lo. Soal gue yang tadi care sama lo, itu semata-mata karena gue menghargai cewek yang lagi sakit. Lo aja yang keduluan baper. Dikata apa kalau seandainya gue ngediemin lo yang pingsan gitu aja? Lo malah seenaknya manfaatin keadaan gue."

Jemuran Zone Kde žijí příběhy. Začni objevovat