Berjauhan

2.9K 190 37
                                    

(Disini ada tiga POV. Eren Pov, Mikasa pov, Levi pov.)

Mikasa pov.

Hari ini aku berusaha untuk tidak bersama Eren. Aku bersama Sasha dan Christa akan sarapan bersama dengan mereka berdua.

"Halo Mikasa!" Sapa Armin padaku.

"Halo Armin, mau sarapan juga?" Tanyaku.

"Ah, iya. Mau sarapan bersama?" Tanya Armin halus.

"Armin! Oh, Mikasa!" Eren melambai lambai kearahku. Aku langsung membuang muka.

"Makasih Armin, tapi aku akan sarapan bersama Sasha dan Christa. Dan aku harus cepat, selamat tinggal." Aku langsung berlari ke arah Christa dan Sasha.

"Maaf aku telat." Aku menundukkan diri sebagai tanda maaf. Jarang sekali aku seperti ini.

"Tidak apa apa, aku sudah mengambilkan roti dan kentangmu. Mari makan." Ajak Christa. Ah, baiknya hatimu Christa.

Aku pun makan sambil melakukan kebiasaanku, melihat orang lain makan. Namun, saat aku melihat kursi Armin, Eren memberiku senyuman, senyuman tertulus yang ia buat. Namun aku membuang muka saja. Biarlah dia seperti itu, rasakan apa yang kurasakan Eren!

Aku lalu mengobrol, bercanda, tertawa, dan curhat. Ah, senang sekali rasanya. Berbeda dengan Eren. Hanya Armin yang mau mendengarkanku. Ternyata, anak perempuan lebih baik dibanding Eren.

Eren pov.

Aku berjalan ke arah Armin. Dan oh, betapa beruntungnya aku! Ada Mikasa! Aku bisa meminta maaf kepadanya.

"Armin! Oh, Mikasa!" Panggilku. Namun, sayangnya Mikasa membuang mukanya kepadaku. Sepertinya Mikasa sangat sakit hati.

Aku harus mengejarnya agar dia mau memaafkanku!

Akh, sialan! Mikasa keburu pergi! Matilah aku. Bagaimana jika ibuku tahu aku membuat Mikasa sakit hati. Ya.. meskipun ia di surga sana, ia tetap bisa melihat kelakuanku kan?

"Armin, apa Mikasa masih marah?" Tanyaku kepada Armin.

"Entahlah Eren. Ini juga ulahmu sih. Berdoa saja supaya Mikasa memaafkanmu. Ku usahakan aku berbicara padanya." Jawab Armin.

Aku lalu mengambil roti dan sup dengan Armin lalu mencari tempat duduk.

"Connie, bolehkah kami duduk disini?" Tanya Armin.

"Oh, silahkan saja. Tumben Mikasa tidak bersama kalian." Connie mempersilahkan kami duduk.

Lalu kami makan bersama Connie. Aku diam diam memerhatikan Mikasa. Nice timing! Dia akan melihatku!

Saat dia melihatku, aku tersenyum kepadanya. Senyuman kedua yang aku buat untuknya. Namun, wajahnya menampakkan wajah aku-membencimu-Eren kepadaku. Dia lalu memalingkan wajahnya.

Kulihat dia. Dia tertawa riang, wajahnya kelihatan ia tidak peduli dengan masalahku. Tawanya, tawa yang tidak pernah kudengar selama aku bersamanya. Candaannya, ternyata ia pandai melawak juga. Aku tersenyum mendengar bagaimana ia melucu. Dan terakhir, senyum yang ia buat selama ia bersama anak perempuan. Aku tidak pernah melihat senyum semanis itu. Hei, ada apa denganku?

Mikasa pov.

Aku sedang berada di lapangan tempat aku biasa bersama Armin dan Eren. Tapi aku kali ini sendiri, karena jam ini prajurit wanita bebas. Aku merangkai bunga liar yang tumbuh, seperti biasa.

"Oi Ackerman!"

Aku menengok. Ternyata kapten cebol, eh, Levi.

"Ada apa Kapten, anda memanggil saya?" Tanyaku sopan. Yah, seperti yang kubilang. Aku tidak peduli lagi soal Kapten yang menghajar Eren saat itu. Karena aku sudah tidak peduli dengan Eren, aku tidak peduli masalahku dengan kapten Levi.

Tired!Where stories live. Discover now