Partner?

42 1 0
                                    

"I don't care how hard being together is, nothing is worse than being apart" --Starcrossed by Josephine Angelini--



"Alea, Tunggu dulu" Panggil Devan.

Aku tidak mengindahkan panggilannya dan terus berjalan melewati koridor bangsal anak. kembali ke Nursstation tempatku bekerja.

Tadi setelah Dokter Indah memperkenalkanku padanya aku langsung pamit pergi dengan alasan ingin melanjutkan pekerjaan. Tapi ternyata Devan malah ikutan pamit pada Dokter indah dan mengejarku.

" Tunggu Dulu Al" Dia meraih pergelangan tanganku. mencoba menghentikankau.

Dengan terpaksa tubuhkupun berbalik mengahadapnya.

" Jangan panggil saya dengan panggilan seperti itu. Tidak ada orang yang tahu tentang panggilan itu disini" ujarku memperingatkan. Merasa jengah karena dia masih saja memanggil nama kecilku. Entah kenapa rasa sakit yang kurasakan sekarang saat dia memanggilku seperti itu.

" Bagi aku itu adalah nama kamu. Dan selamanya aku akan manggil kamu seperti itu" ucapnya tegas.

Aku berusaha bersabar. Menahan amarah. Aku tidak ingin berdebat dengannya saat ini. karena walaupun tidak banyak orang yang berlalu lalang tetap saja ada beberpa keluarga pasien yang melirik aneh ke arah kami.

"Kenapa sih kamu mesti lari?" Tanyanya.

" Siapa yang lari" jawabku ketus. Tak terima dengan ucapannya.

" Terus apa namanya kalo gak lari ? Kenapa kamu seolah berusaha menghindariku ?" Tuduhnya

Aku merasa jengah dengan pertanyaannya.

" Maaf ya Dokter Devan Kalandra Nugraha yang terhormat. Saya tidak ada urusan dengan Anda. Dan saya juga tidak sedang berusaha untuk menghindar ataupun lari dari Anda. Saya sedang sibuk!" ujarku tajam.


Aku tau ucapanku terdengar sangat kasar. Tapi apa peduliku?
Aku tidak peduli walaupun dia terlihat frustasi menghadapi sikapku kali ini.

"Oke oke. aku ga akan ganggu waktu kamu " ujarnya mengalah "Tapi kamu tau kan kalau mulai besok aku yang akan gantikan posisi Dokter Indah. Nah seperti yang Dokter Indah bilang tadi sebagian pasiennya di rawat oleh kamu. Jadi secara otomatis kamu memiliki peran besar untuk membantuku menangani pasien tersebut" jelasnya.

Oh Tuhan. Aku lupa satu hal itu. Jika dia yang menggantikan tugas Dokter Indah. Jadi secara otomatis dia akan selalu berada di sekitarku.

" Ya. Saya tahu. Saya akan bersikap profesional dengan tugas saya. Tapi sekarang bisa anda lepaskan tangan saya" pintaku tajam. Dia melirik tangannya yang melingkari pergelangan tanganku dan perlahan melepaskannya

"Al, kenapa sih tiba-tiba kamu berubah seperti ini ?" Tanyanya tiba-tiba.
Air mukanya berubah. Dia terlihat seperti orang putus asa. Mungkin lelah meladeni sikap ketusku padanya.

" Tidak ada yang berubah dengan saya. Dan saya peringatkan sekali lagi. Jangan panggil saya dengan sebutan Alea! Alea yang anda kenal sudah mati!" ujarku skeptis

Dia lebih terkejut mendengar ucapanku kali ini. Terserah! Aku tidak peduli tentang apapun yang dia fikirkan tentang diriku saat ini.

" Please, Jangan kayak gini Al. Sampai sekarang aku masih gak ngerti. Apa yang salah dengan hubungan kita dulu? Kenapa kamu tiba-tiba memaksa minta putus dariku lalu setelah itu menghilang? kemana kamu selama ini ? Aku masih sayang kamu Al" katanya lemah.

Discovery Of LoveWhere stories live. Discover now