3. Perubahan

181 17 2
                                    

"Luna sekolah dulu ya Pah." Sambil mencium tangan Pak Ari, dan pintu mobil sedan warna hitampun berjalan menuju kampus tempat ngajar Pak Ari

Namun, orang-orang mulai melihat Luna dengan aneh. Karena semakin hari punggung Luna mulai miring ke kiri dengan parah.Selama menuju ke kelas, banyak mata yang melihat dengan tatapan yang membuat Luna tidak nyaman
"Mereka kenapa sih.. ngelihatinnya kaya gitu banget. Seaneh apa sih tubuh gue?." Sambil menaiki anak tangga. Luna juga sudah lama tidak melihat Acha dan Nela, Karena mereka tidak satu kelas, dan hanya Luna yang ada kelas 3-C.

Yap, 3-C hanya anak-anak yang terpilih, maksudnya anak-anak yang sedikit tersingkirkan. Jadii.. teman-teman sekelasnya pun tidak bisa sesuai harapan Luna

"Heh! Kalo jalan lihat-lihat dong." Protes laki-laki yang suka membuat onar. Namun setelah melihat punggung Luna dia pun mulai membuat keributan
"Woy... punggungmu napa tuh.. kok kaya keluar gitu? Hiiii monster." Sambil menirukan gaya zombie.

Luna hanya jengkel dan diam, karena dia tidak ingin memeperpanjang masalah. Untunglah Guru langsung masuk dan memulai pelajaran.

"Ya Anak-anak, saat ini mari membuat sebuah cerita tentang keluarga..." Perkataan keluarga membuat mata Luna mengeluarkan air mata dan diapun menangis, namun tidak ada satu orangpun yang mengetahui dia sedang menangis. Luna langsung terbayang masa indah dulu bersama keluarganya.

"Mah...Pah.. Kapan kita kaya dulu lagi?." Lirih Luna.

Luna pun langsung meminta ijin untuk ke kamar mandi. Karena dia tidak ingin terlalu larut dalam kesedihannya. Setelah dari kamar mandi dia kembali ke kelasnya
"Luna.. kamu kenapa nak? Ada masalah? Kalo ada cerita sama ibu." Tanya Bu Rizqi, Wali kelas 3-C ini sangat sabar dan orangnya sangat halus.
"Emm.. saya engga kenapa-napa kok bu. Cuma saya capek aja. Hehe." Dengan senyum palsu dari bibir Luna. Sedang Bu Rizqi mengetahui berjuta keluh kesah di wajah Luna.
"Jujur!! Tolong cerita sama Ibu." Sambil menggenggam tangan anak didik kesayangannya itu.
"Orang tua saya bercerai bu... saya sangat ingin kembali seperti dulu." Air mata Lunapun sudah tidak dapat dibendung dan tumpah dihadapan wali kelasnya. Bu Rizqi sedikit tidak enak hati karena membetikan tugas tadi kepada murid-murid kelas 3-C.
"Maafkan ibu ya.. kalau tadi sempat menyinggung perasaan kamu." Sambil memeluk dengan hangat dari seorang guru yang berhati lembut itu.

Waktu pulangpun berbunyi. Seperti biasa Luna menunggu jemputan dari Papanya, namun tidak lama seperti waktu terakhir Papanya menjemput Luna. Pak Ari emlihat wajah anaknya yang murung dan lesu dan Pak Ari langsung mengajak Luna ke suatu tempat.
"Lho Pah.. kok engga belok? Kita mau kemana?." Tanya Luna
"Kita makan diluar yuk, kamu pasti mau kan, Bakso mau kan?."
Luna hanya menjawab dengan anggukan dan Pak Ari merasa sedikit heran, biasanya bila Luna diajak makan diluar sangat bersemangat dan girang namun saat ini seperti hambar, seperti tidak ada semangat pada diri Luna.
Sesampai ditempat makan, Luna langsung menemukan tempat duduk yang pas, selama makan pun tidak ada perbincangan antara sosok ayah dan anaknya, dan hanya sekedar makan bersama.
"Sayang.. ada apa?? Coba cerita sama Papah." Sambil memegang tangan putri kecilnya itu.
"Engga kok Pah... engga kenapa-napa kok." Sambil menarik tangannya dari genggaman Pak Ari. Saat Luna memalingkan pandangannya disebrang mejanya ada keluarga yang bahagia sedang makan siang bersama, hati Luna tambah teriris melihat pemandangan yang sedang dia lihat.
"Kamu... masih ingin keluarga kita kembali ya sayang?." Tanya Pak Ari
"Tapi.. kenapa pah jalan keluarnya hanya itu!."
Pak Ari terkejut mendengar anak seusia 8 tahun berbicara seperti itu. Tiba-tiba saja Luna merasakan nyeri kembali pada punggungnya, Luna sedikit menyandarkan tubuhnya di kursi dan berhenti sejenak untuk menghilangkan nyeri di punggungnya.

"Kenapa sayang? Kok berhenti makannya?." Tanya Pak Ari
"Emm.. nyeri lagi pahh.. udah yuk kita pulang. Ntar tidur juga hilang kok nyerinya." Jawab Luna
Setelah itu Pak Ari bergegas kembali ke rumah bersama putrinya, sesampainya di rumah Luna hanya ingin langsing tidur.
"Pah, Luna langsung tidur aja yah. Night Dad."
"Okay, tidur yang nyaman ya sayang."

Luna mengganti bajunya dan menggosok gigi dan langsung berbaring diatas kasurnya. Dia memegang kepalanya, seperti tidak tahan menompang beban yang sangat berat.

"I miss you so badly, Mom." Sambil melihat foto keluarga yang tertinggal satu-satunya dibrumah. Air mata rindu seorang anakpun langsung menetes deras dipipi Luna.

Tak terduga Mama dan kakak-kakak Lunapun datang ke rumah. Hati Luna sangat senang melihat kehadiran keluarganya sudah berkempul lagi. Mereka sarapan bersama dengan canda dan tawa yang hangat.

"Dek.. ayoo berangkat Sekolah sama Kakak." Ajak Kak Ryan dan Kak Ardhi
"Ayoo... tumben kalian mau anter gue?." Sambil menganbil tas slempangannya
"Wooyyy... gue jangan ditinggal dong." Sahut Kakak paling gendut, yap kak Arwi
"Kita berangkat dulu ya Pah, Mah." Sambil mencium tangan Pak Ari dan istrinya
Mereka pun bahagia melihat buah hatinya berangkat Sekolah dengan semangat.
"Kita naik apa nihh... ?." Tanya Kak Ardhi
"Gimana kalo sepeda, kita kan udah lama engga sepedaan bareng." Saran Kak Ryan
"Oke, boleh jugaa." Kata kak Ardhi
" Dek, kamu bonceng aku aja ya." Kata Kak Ryan.
" oke Kak."
"Yahhh gue sama gembrot dong." Cloteh Kak Ardhi
"Apa lo bilang!." Jengkel Kak Arwi.

"Pagi ini sangatlahh menyenangkan".

"Kakakk.. " sambil terbangun dari tidurnya, Luna hanya bermimpi dan langsung termenung kembali.

Note :
Ternyata cuma mimpi Luna, ehm... kelanjutannya gimana ya? Terus ikutin ya... masih banyak cerita dibalik hidup Luna :D

I'm Scoliosis's Girlजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें