Beberapa hari ini gua sering mengikuti Raya diam-diam. Entah apa alasannya. Raya gadis yang berbeda dan dia begitu susah untuk dijangkau. Karena setiap gua menyapanya dia hanya menatap dengan datar. Hei, apa dia tidak terpesona dengan gua? Oke katakan kalau gua narsis tapi emang itulah kenyataannya. Seluruh siswi disini selalu berharap dapat dekat dengan gua namun sepertinya itu tidak berlaku pada Raya.
Saat ini tengah jam kosong dan gua sekarang udah ada dipintu rooftop sekolah. Gua tersenyum senang ketika tahu ada Raya disana. Dia sedang menggambar di sketch booknya. Gua benar-benar terpana melihat hasil gambaran Raya.
"Gambar lo bagus," puji gua.
Dia terlihat kaget dan langsung menutup sketch booknya. Dan seperti sebelum-sebelumnya, dia langsung merapihkan barang-barangnya berniat untuk pergi. Tapi, gua langsung tahan tangannya yang akan meninggalkan rooftop.
"Kenapa kabur mulu dari gua sih? Emangnya gua menyeramkan sampe lo selalu kabur kalo ketemu gua?" tanya gua.
"Lo emang nyeremin karena selalu muncul tiba-tiba. Lagian kenapa sih lo seneng banget ketemu gua?" balasnya dengan nada datar seperti biasanya.
"Gak usah datar-datar begitu mukanya. Senyum kek sekali-kali. Kayaknya jarang liat gua lo senyum," ucap gua.
"Senyum gua Cuma buat orang-orang tertentu doang bukan buat orang gak jelas kayak lo!" ucap Raya ketus.
Astaga, dia benar-benar membuat gua penasaran. Dia terlalu tertutup dan sulit terjangkau.
"Udah ah gua mau balik kekelas. Jadi, lepasin tangan lo dari lengan gua, Dav!" perkataan Raya membuat gua terdiam beberapa detik.
Dav. Raya memanggil gua Dav disaat yang lain memanggil gua Vin. Dan, entah mengapa itu membuat gua merasa senang.
"Dav, hei! Davin! Gua mau balik kekelas!" seruan itu membuat gua kembali tersadar.
"Buru-buru banget sih. Guru-gurunya juga masih pada rapat. Disini aja dulu," ucap gua berusaha untuk menahannya tetap di rooftop.
"Gak. Gua mau balik sekarang. Lebih baik lo lepasin tangan lo. Gua gak mau pacar lo marah-marah gak jelas sama gua, Dav,"
"Pacar? Gua gak punya pacar,"
Dia mencibir, "Cowok macem lo itu gak mungkin banget kalo gak punya pacar. Apalagi yang gua tau dari Tristan kalo lo itu playboy kelas kakap! Jadi, gua harus jauh-jauh dari playboy macem lo!"
"Gua bukan playboy kayak yang lo bilang, ya. Gua Cuma—"
"—seneng main-main sama mereka itu kan pasti yang mau lo omongin? Tapi, menurut gua itu sama aja. Dan, saran gua sebaiknya lo mulai coba untuk menjalin hubungan serius karena karma bakal menghampiri lo kalau lo gak berubah-ubah. Udah ah, Dav gua mau balik,"
Tangan gua pun tanpa sadar melepaskan lengannya. Sebelum dia pergi dari rooftop gua berkata sesuatu.
"Gua bakal buktiin ke elo kalau gua bukan playboy kayak yang lo kira, Raya. Dan, gua juga bisa menjalin hubungan yang serius,"
Dia hanya mengangkat bahu tak peduli lalu pergi meninggalkan rooftop. Di rooftop gua memikirkan kembali perkataan Raya. Apa yang dikatakannya ada benarnya juga. Ya, gua harus mencobanya.
TBC
***
A.n.
Hai, akhirnya bisa post part ini juga. Sorry jika lama, karena minggu ini aku sedang melaksanakan UKK. Dan, sebenarnya aku juga masih ada 1 hari lagi UKK nya tapi aku menyempatkan untuk update. Semoga pada suka ya!
Please vote+comment!
Regards,
annisanrl
YOU ARE READING
LDR (PENDING)
Teen Fiction(VERY SLOW UPDATE) LDR dalam cerita ini bukanlah Long Distance Relationship melainkan Love Different Religion. Ya, kisah ini bercerita tentang pacaran beda agama. Dimana kedua anak manusia dipertemukan dan dibuat jatuh cinta hingga saling takut untu...
