Ch9 : Is It Love?

Mulai dari awal
                                    

Jaden mendengus saat mendengar Sonya bicara, lalu menunduk kembali diatas pedangnya. Disisi lain, Keylan justru menaikan sebelah alisnya saat mendengar kenyataan yang baru saja Sonya katakan.

Dia tau, Bibinya itu bukanlah tipe orang yang mau sibuk-sibuk demi orang lain, apalagi demi para manusia Normandia yang sudah jelas-jelas menimbun dendam bagi bangsa Darkenwald.

Dan benar saja, saat perhatian Jaden telah sepenuhnya teralih kembali pada pedangnya, Sonya memelankan suara dan kembali bicara dalam bahasa Inggris. "Apa dia tidak pernah meninggalkanmu tanpa dijaga sebentar saja? Sejak pagi aku sudah sangat ingin mengatakan ini padamu, tapi bajingan Normandia itu selalu menugaskan bawahannya untuk berada disampingmu."

Keylan membuat isyarat agar Sonya berhenti bicara sambil menolehkan kepalanya pada Jaden, tetapi Bibinya itu menggeleng dan langsung mengoceh kembali.

"Orang kasar itu tidak mengetahui bahasa kita. Dengar ini Keylan, aku sudah menyusun rencana untuk kabur dari kekangan pedang mereka, dan aku ingin kau ikut bersamaku."

Sang surai tembaga menggeleng pelan, menatap mata hitam Bibinya dengan pandangan memohon. "Kita tidak bisa melakukan itu, Jaden adalah orang yang tegas dalam perintahnya, dan aku tidak mau mati dibawah pedangnya. Jika Bibi ingin pergi, pergilah sendiri, masih banyak warga Darkenwald disini, aku tak bisa meninggalkan mereka begitu saja."

Sonya beralih menatap Jaden lalu kembali mengunci mata Keylan pada pandangannya. "Kau gila? Sebenarnya apa yang sudah keparat itu lakukan padamu? Mengapa kau sebegini tunduk? Apa kau lupa jika dia musuh kita?"

"Tidak, Bi. Mungkin iya untuk dulu. Tapi tidak lagi sekarang." Kepala Keylan menunduk, menatap baju Jaden yang berada dalam pangkuannya. "Darkenwald telah tunduk dibawah perintahnya. Apalagi yang bisa kita lakukan selain menerima Pria itu sebagai Lord baru kita?"

Sonya mendengus kasar saat mendengar jawaban keponakannya, beralih menggenggam tangan Keylan dengan erat. "Apa yang telah anak haram itu lakukan padamu? Dia membunuh keluargamu dan kau bisa dengan mudah menerimanya?"

"Iya, Bi. Dia memang anak haram. Tapi tidak dimataku. Dia baik, bahkan lebih dari itu. Jika kita tidak berulah, dia tak akan mengayunkan cambuknya."

Sonya tak habis fikir tentang mantera apa yang sekiranya masuk kedalam otak Keylan dan menggerogiti isinya hingga keponakannya ini menjadi sangat bodoh dan tumpul. Saat mulutnya terbuka untuk kembali mencela, Keylan telah lebih dulu berbicaraㅡ

"Lebih baik Bibi juga memulai untuk tunduk padanya dan berhenti memikirkan hal semacam itu."

ㅡmendahului sang bibi sekaligus menutup pembicaraan mereka.

Selanjutnya, tak ada jawaban berarti yang terlontat dari bibir Sonya saat wanita itu memilih undur diri dan keluar dari kamar sang Lord, kembali menutup pintu dan meninggalkan dua sejoli tersebut didalamnya.

Tangan Keylan kembali menekuni baju Jaden dan sedikit berhenti saat pria itu beranjak dari kursi, berjalan keluar dengan wajah santai. Keylan sempat bertanya dalam hati kemana Jaden akan pergi dengan baju seperti itu, namun berakhir mengangkat bahu dan menghilangkan pertanyaan itu dari kepalanya.

Tak beberapa lama setelah itu, Keylan selesai menjahit baju terakhir Jaden, lalu menyimpan kain itu berasama kemeja lain kedalam peti pakaian sang Lord. Peralatan menjahit dikumpulkan menjadi satu dan memasukannya kedalam keranjang kecil, berniat menaruhnya didalam laci nakas dekat perapian sebelum sebuah teriakan ㅡyang sangat Keylan kenal sebagai suara Sonyaㅡ mengalun sampai kekamarnya.

Keranjang yang tadi dia bawa langsung diletakkan asal, kedua kakinya bergegas melangkah keluar kamar dan menuruni tangga dengan tubuh bergetar dan nafas terpacu kencang.

Passion Of The Wolf (ManxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang