Ch9 : Is It Love?

5.8K 498 20
                                    

"Kau mengulang perkataanku, My lord."

"Oh, itu juga kekuranganku, My Jenuesse."

·

The Wolf & The Dove © Kathleen E. Woodiwiss
Passion Of The Wolf © Catylautic

·

Media : Sonya de Erland

·

Chapter 9
Is It Love?
·

·

Cahaya api berdansa disepanjang pinggiran pedang saat Jaden menguji ketajaman pusaka miliknya dengan ibu jari, lalu menunduk untuk memperhatikan lagi pedang itu lebih saksama. Sang Lord telah menanggalkan tuniknya dan sekarang hanya mengenakan celana putih berbahan katun dan kemeja merah marun dengan kancing yang sengaja dibuka demi mendapat kehangatan dari bara perapian.

Didekat kaki ranjang, Keylan bersender sembari menjahit salah satu kemeja Jaden yang terkena sabitan pedang. Tubuhnya hanya di lapisi selimut tebal, menyampir dari atas bahu dan menjuntai hingga menutupi kakinya yang bersila. Surai tembaga dikepalanya mengkilap bagai bara yang tersulut api, dengab beberapa helai dibiarkannya jatuh menutupi pelipis.

Jika dilihat, Keylan lebih memancarkan aura seperti para pengantin bangsa Viking dengan ketekunannya menusuk jarum bagai seorang ksatria perang yang menghunus pedang.

Benang terakhir Keylan gigit hingga putus, lalu melipat kembali kemeja itu dan menumpuknya dengan beberapa baju lain yang telah selesai dia betulkan. Tertinggal satu lagi kemeja berwarna hijau lumut disampingnya, lalu mulai kembali menusuk jarum pada bagian lengan kemeja itu yang terdapat sobekan panjang.

Kemeja ini lebih tebal dari baju Jaden yang sebelumnya, pada bagian lengan, seperti kain yang ditumpuk hingga membuat bagian itu sulit untuk ditusuk pucuk jarum. Saat Keylan memaksa jarumnya untuk menembus kain, bukannya berhasil, carinya justru terkena pucuk lancip alat penusuk, membuat bibirnya reflek meringis pelan.

Mata abu-abu Jaden menoleh kebelakang saat ringisan Keylan menubruk indra pendengarannya. "Ada apa denganmu?"

Keylan mengangkat jari pemuda itu untuk menunjuknya pada Jaden, "Tidak apa, jarum itu menusukku."

Dengusan pelan terlontar dari bibir sang pria yang masih setia duduk didepan perapian. "Sialan, aku saja belum pernah 'menusukmu', sedangkan benda kecil itu lebih dulu melakukannya." Perhatiannya kembali lagi pada pusaka tajam yang ada ditangan, menyapu gagang pedang tersebut dengan kain yang terlebih dahulu telah dicelup kedalam minyak khusus.

Masih pada kondisi yang sama, Keylan mengernyitkan dahi sembari melanjutkan pekerjaan menjahit pakaian Jaden, "Menusuk? Aku tau jika kita mengatakan satu kalimat yang berbeda makna disini, Lord."

"Kau tau benar maksudku, Keylan."

Setelah itu, tak ada lagi percakapan yang tercipta selain wajah Keylan yang merona bagai kayu perapian. Memilih kembali fokus pada pekerjaannya, Keylan tak ingin lagi terkena tajamnya pucuk jarum.

Pintu diketuk pelan dari luar, dan Jaden memberi jawaban pelan untuk mengizinkannya masuk. Saat pintu terbuka lebar, Sonya melangkah memasuki kamar dan menunduk pada Sang Lord, lalu beralih duduk didepan keylan.

"Bagaimana harimu, Keponakan?" Tanya Sonya pelan dalam bahasa Perancis yang sedikit gagap. "Aku tidak melihatmu seharian karena terlalu sibuk mengurusi para prajurit yang kelaparan."

Passion Of The Wolf (ManxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang