Sense Of Loss

1.1K 100 9
                                    

Kehilangan yang sangat menyakitkan, membelengu, hingga membuat hidup hanya terlihat sebatas bayang-bayang semu yang tak nyata~

oOo

Siang itu matahari begitu terik, YongHwa yang sedari tadi membantu menyiapkan makanan untuk para pasien akhirnya bisa duduk tenang.

YongHwa mengecek jam yang berada di dinding. Ia bangkit--karena harus mengantarkan makan siang untuk pasien di ruang 303.

YongHwa berjalan menuju kamar 303. Ia membuka pintu dengan perlahan. Terlihat seorang yeoja cantik dengan mata sayu-nya melirik ke arah YongHwa. YongHwa tersenyum, walaupun tetap di tatap dengan tatapan kosong oleh yeoja itu.

"Saatnya makan siang nona," seru YongHwa sembari menyodorkan wadah makanan ke yeoja bernama ShinHye tersebut.

ShinHye meraih wadah makanan tersebut, kemudian meletakkannya di meja. Ia mulai melahap makanan di wadah itu.

YongHwa masih berada di dalam ruangan itu. Memperhatikan dengan seksama ShinHye yang sedang menikmati makanannya.

ShinHye menghentikan kegiatan makannya. Kemudian menatap tajam ke arah Yonghwa. "Kenapa kau tidak keluar?"

YongHwa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ah, em ... apa aku mengganggumu?"

Tidak ada jawaban

"Baiklah, aku keluar." YongHwa hendak bangkit dan berjalan keluar, tapi--ShinHye kembali membuka mulutnya.

"Kau tidak perlu keluar, temani aku disini. Aku tidak suka sendirian." ShinHye berkata masih dengan makanan yang memenuhi mulutnya.

YongHwa kembali duduk, ia kembali memandangi ShinHye. Setelah selesai makan, ShinHye masih sama seperti biasanya.

Menatap kosong ke arah jendela selama berjam-jam.

.
.
.
.

YongHwa hampir saja tertidur karena memperhatikn ShinHye selama berjam-jam. Tapi-- ShinHye masih memandang kosong ke arah jendela. Ia bahkan tak merasa jenuh sama sekali.

YongHwa kembali mengecek jam. Karena pada sore hari--jadwal para pasien adalah berjalan-jalan di taman. "Nona ShinHye," panggil YongHwa.

ShinHye menoleh ke arah YongHwa. Menatap YongHwa tanpa mengeluarkan satu patah katapun. YongHwa kemudian beranjak dari tempat duduknya. "Ayo jalan-jalan ke taman."

ShinHye kembali mengalihkan pandangan ke arah jendela, ia tak menggubris ajakan YongHwa. YongHwa mencoba mencari cara agar ShinHye tertarik pergi ke taman.

YongHwa akhirnya ingat sesuatu, ya. Satu yang sangat disukai ShinHye. Cupcake. ShinHye pasti tidak akan menolak cupcake. "Bagaimana kalau nanti, aku belikan cupcake."

ShinHye kembali menatap YongHwa. Tatapan sedikit bersemangat, pertanda ia menyetujui tawaran YongHwa. ShinHye beranjak dari kasurnya kemudian berdiri di samping YongHwa.

YongHwa berjalan ke arah taman, sementara ShinHye mengikutinya dari belakang. YongHwa sengaja menghentikan langkahnya.

Pluk!

ShinHye menabrak punggung YongHwa. Ia memegangi hidungnya yang terlihat memerah.

YongHwa tertawa lepas. Ia gemas melihat wajah kaget ShinHye yang benar-benar lucu. Tapi--ShinHye hanya menatap YongHwa dengan tatapan mata sayu-nya seperti biasa.

"Ah, mian." YongHwa kembali berjalan menuju ke taman.

Cuaca sore ini sangat mendukung, tak ada tanda-tanda akan turun hujan. YongHwa duduk di rerumputan hijau, diikuti oleh ShinHye yang duduk seraya menjulurkan kakinya ke depan. ShinHye menutup matanya, menengadahkan kepalanya menghadap langit--menikmati udara segar sore ini.

YongHwa menatap ShinHye, ia tersenyum. Memang tak bisa di pungkiri betapa cantiknya yeoja yang kini duduk di sebelahnya. Rambutnya yang terhalai oleh angin semakin memperlihatkan kecantikannya.

Beribu pertanyaan muncul di pikirannya, bagaimana yeoja secantiknya bisa sampai jatuh terpuruk sejauh ini? Apakah pantas seorang perawat menanyakan lebih lanjut tentang seluk-beluk kehidupan pasiennya? YongHwa hanya bisa menyimpan pertanyaan-pertanyaan itu di benaknya.

YongHwa bangkit, ia pergi membeli cupcake yang ia janjikan pada ShinHye. Ia segera pergi ke toko roti yang berada tak jauh dari Rumah Sakit ini.

Selang beberapa menit akhirnya YongHwa kembali. Ia tak hanya membawa cupcake. Ada beberapa minuman kaleng dingin yang ia beli. ShinHye masih berposisi sama. Ia tak bergerak sedikitpun.

YongHwa mengeluarkan satu minuman dingin. Ia menempelkan minuman itu di kening ShinHye.

"Kau--" YongHwa Menggantungkan perkataannya.

ShinHye tersenyum. Senyum yang selama ini tak pernah terpancar dari wajahnya. "Hyeon Jung-ah," ucap ShinHye lirih.

YongHwa mengernyitkan dahi. "H-hyeon Jung?"

ShinHye menyurutkan senyumnya. Tatapan bahagia itu perlahan kembali menjadi tatapan sayu. Seakan tersadar akan halusinasinya, ShinHye mengalihkan pandangannya dari wajah YongHwa.

"Ini." YongHwa memberikan se-kotak cupcake pada ShinHye.

ShinHye mengambil cupcake pemberian YongHwa. Ia kemudian mulai memakan cupcake itu. Setelah menghabiskan semua cupcake, ShinHye kembali melamun, seperti biasa.

Tiba-tiba saja ShinHye menatap YongHwa. Seperti ingin bertanya, tapi tak mengeluarkan argumennya. "Waeyo?" tanya YongHwa memecahkan keheningan.

ShinHye kembali menatap lurus ke depan. "Apa semua orang pasti kehilangan sosok yang ia cintai?"

"Hm?" YongHwa menatap kaget ke arah ShinHye. Baru kali ini, ada pasien yang bertanya hal seperti itu padanya. Pertanyaan dari seseorang yang depresi? Bukankah ia terlihat normal? "mu--" YongHwa kembali menggantungkan perkataanya, ShinHye tiba-tiba saja berdiri. Ia pergi masuk ke dalam rumah sakit.

***

Dokter Kang sedang memeriksa ShinHye, setelah selesai memeriksa ShinHye--ia menghampiri YongHwa. "Bagaimana? Apa ada perkembangan?"

"Perkembangan? Ah, sebenarnya tadi nona itu sudah mulai berbicara," ucap YongHwa.

"Benarkah? Bicara apa? Apa dia menceritakan masalahnya?" tanya dokter Kang antusias.

"Bukan. Dia bertanya 'Apa semua orang pasti kehilangan sosok yang ia cintai?' Aku sempat kaget saat mendengarnya. Apa nona itu mengalami depresi yang parah?"

Dokter Kang tersenyum. "Tidak, sebenarnya depresi yang ia alami tidak begitu parah. Mungkin untuk menyembuhkannya tak butuh waktu lama. Nona itu cantik bukan?" goda Dokter Kang.

YongHwa terkekeh. "Yaishh, kau tidak pernah berubah Dokter Kang."

Dokter Kang tersenyum. "Yasudah, masih banyak pasien yang harus ku periksa."--Dokter Kang menepuk bahu YongHwa--"lakukan prosedur dengan benar ne, agar nona cantik itu cepat sembuh dari depresinya."

YongHwa membungkukkan badannya. "Ne." YongHwa tersenyum mendengar kata-kata Dokter Kang, 'nona cantik'.

YongHwa kembali berjalan ke ruangan 303. Seraya membalas sapaan para perawat wanita yang melewatinya. Ia akhirnya sampai di ruangan itu, ia membuka pintu.

YongHwa membulatkan mata. "Nona ShinHye!"

YongHwa berlari, kemudian menyingkirkan beling dari pecahan gelas yang sudah di genggam ShinHye.

"Kenapa kau mengacaukan semuanya?" ShinHye mengacak-acak rambutnya frustasi, ia mulai terisak. "Aku ingin mati! Aku ingin mati! Hikss ... hiks ...."

To Be Continue~

•••

Maafkan author karena telat update~T_T~ author baru selesai ukk ←_←

Jan lupa voment yahh.. maaf kalo kependekan.. THANKSEUUUU♥

[2] DepressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang