"Mikirin gue?" Suara berat itu menyadarkan Yuki dari lamunannya. Tergeragap saat melihat pemuda itu sudah di depannya. Wajah tampannya tampak tersenyum jahil sambil mengangkat sebelah alisnya.

"I-ih, enggak. Apaan sih?" Elak Yuki buru-buru. Gengsi jika Al tahu dirinya sedang memusingkan pemuda itu.

"Ngaku aja. Ketauan di jidat lo ada nama gue." Cecar Al lagi. Yuki yang polos buru-buru membuat gerakan seolah mengelap jidatnya. Hal itu kontan memancing tawa Al.

"Hahahha... lo lucu banget sih." Gemas, pemuda itu tak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi chubby gadis di depannya.

"Yuk ikut gue." Ajak pemuda itu sambil menarik tangan Yuki dan tetap menggandengnya saat mereka berjalan. Yuki, yang sudah berusaha melepaskan jarinya dari genggaman Al namun tidak berhasil akhirnya memilih mengikuti pemuda itu.

"Kita mau kemana?" Tanya Yuki sedikit cemas. Masalahnya bisik-bisik tetangga mulai terdengar di sepanjang lorong yang mereka lewati. Terutama dari kelas-kelas tempat anak kelas 2 berada, atau kakak kelas Yuki, lebih tepatnya.

"Mau ke hotel." Jawab Al cepat. Kontan Yuki menghentikan langkahnya saat itu juga dan langsung berdiri diam. Al kembali tersenyum dengan tingkah gadis itu.

"Ya ampun... lo polos banget ya. Denger mau dibawa ke hotel langsung diem." Ledek Al padanya.

"Jadi... lo boong?" Tanya gadis itu dengan polosnya.

"Ya iyalah. Sekarang kan masih jam sekolah. Kalo pas pulang sekolah lain lagi ceritanya." Usil Al lagi.

"E-enggak. Gue nggak mau ke tempat begitu." Tolak Yuki mentah-mentah sambil menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Udah ayoo. Sekarang temenin gue makan, gue laper." Ujar pemuda itu sambil menarik tangannya. Al sama sekali tidak ambil pusing dengan tatapan orang-orang yang mengiringi dirinya bersama gadis itu.

Sementara seseorang menatap cemas dari balik pintu sebuah kelas. Orang itu adalah Giorgino Abraham. Teman sekelas Al. Sebagai teman sekelas pemuda itu sejak kelas 1, Gio sudah hafal tabiat pemuda tampan blasteran Jerman tersebut. Setiap kali ada gadis cantik yang menarik perhatiannya, Al akan langsung mendekatinya. Tidak peduli apapun status gadis itu, atau bahkan jika gadis itu tidak suka -meski mustahil rasanya menolak pesona seorang Al Ghazali Kohler- Al akan tetap menaklukannya.

Masalahnya gadis yang tengah pemuda itu dekati adalah adiknya. Dan Gio tak akan membiarkan adik kesayangannya itu terluka oleh pemuda player seperti Al.

Baru saja Gio akan menyusul kedua orang yang tampak menuju kantin itu, dirinya dikejutkan oleh pemandangan di depannya.

Caesar Hito menarik tangan gadis yang tengah digandeng oleh Al Ghazali.

Puluhan pasang mata menatap penuh minat dan tanya ke arah mereka.

"Jauhin Yuki !" Ucap Hito tegas. Kemudian menggandeng gadis itu menjauh dari sang Cassanova sekolah mereka.

" Seru nih. Cinta segitiga si Pangeran dan Cassanova sekolah." Teriak salah satu murid di kantin ke arah Al. Pemuda itu tampak santai saja menanggapi Hito, kakak kelasnya, yang membawa gadis itu dari gandengannya.

"Gue nggak salah pilih kali ini. Bahkan kak Hito yang biasanya cuek sama cewek sampe bereaksi dengan cewek itu." Gumam Al senang, untuk dirinya sendiri.

Dan Gio yang melihat semua itu dari kejauhan memilih menghampiri kakak serta adiknya yang berjalan menuju lorong sepi di sudut sekolah.

"Kamu ngapain sama dia?" Hito langsung mencecar Yuki dengan berondongan pertanyaan.

"Kamu kenal cowok itu?

"Kalian gandengan segala..."

Gawat. Kak Hito beneran marah. Batin Yuki sedih.

"Kakak nggak suka kamu berlaku kayak tadi," Hito menatap Yuki tajam. Gadis itu tak pernah dimarahi seperti ini oleh ketiga kakaknya, terutama kak Hito yang biasanya tak banyak bicara. Apa dia sudah melakukan kesalahan fatal?

Melihat sang adik yang mulai terlihat sedih karena menundukkan pandangannya dalam-dalam, Hito menjadi tidak tega. Tapi Yuki tidak boleh dibiarkan berhubungan dengan pemuda tidak bertanggung jawab itu. Untuk itulah Hito sedikit marah padanya.

"Udahlah dek. Dengerin kak Hito. Ini demi kebaikan lo juga." Gio merangkul bahu adik perempuan satu-satunya itu sambil mengusap punggungnya perlahan.

"Ini yang terakhir kali ya. Kakak gak mau liat kamu deket sama Al lagi," tegas Hito kemudian melangkah pergi. Meninggalkan Gio dan Yuki berdua saja.

Karena lorong ini terbilang sepi, Yuki langsung memeluk kakak ketiganya itu dan membenamkan wajahnya di dada sang kakak. Gio hanya mengelus kepala Yuki penuh sayang tanpa berkata-kata.

Dan seorang gadis, yang tampak baru saja kembali dari kantin dan ingin menuju kelasnya melihat mereka berdua tengah berpelukan. Gadis itu adalah Danisa, cewek yang tengah dekat dengannya.

Gio membeku saat Danisa menatapnya. Dia tahu gadis itu pasti salah paham melihat Yuki di pelukannya.

Danisa langsung melangkah pergi saat melihat Gio tengah memeluk seorang gadis yang tak dia kenal. Gio hendak menyusulnya, namun langkahnya terhenti saat Yuki mulai terisak di pelukannya.

"Kenapa kak Hito marahin gue?" Lirih Yuki. Gadis itu tak mengerti apa yang membuat kakaknya bersikap demikian.

Dan Gio pun melupakan kesalahpahaman Danisa. Yuki adalah prioritasnya. Dan akan selalu seperti itu.

****

mohon maaf jika bnyk kkurangan. Ngapunten. Mksh buat odes-senpai sing udh mau mbantu mikan bwt edit. Suwun. Bwt tmn2 sing wis mbaca, mikan tunggu tanggapan kalian :) salam

Our Sweet Little Girl [AlKivers] [Collaboration]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora