"Ya kenapa dulu..." desak Yuki langsung. Jelas dia tidak mau meng-iya-kan begitu saja kata-kata kakaknya ini.

"Pokoknya kamu dengerin kakak sekali ini. Jangan banyak tanya, ok?!" Terpaksa pemuda itu sedikit menggunakan nada intimidasi pada adik bungsunya. Akhirnya gadis itu mengangguk, meski terlihat terpaksa.

Setelah mendapat anggukan persetujuan dari sang adik, Hito kembali menuju kelasnya. Meninggalkan Yuki yang masih diliputi tanda tanya.

Ada apa sih? Kenapa dia nggak boleh bilang kalo kak Hito itu kakaknya?

Baru saja gadis itu akan kembali ke tempat duduknya, seorang gadis bertubuh mungil dengan helaian hitam memanjang datang menghampirinya.

"Hei, Lo duduk di sini ya?" Sapanya ramah sambil tersenyum padanya dan mengulurkan tangan. Yuki membalas uluran tangan itu dan balas tersenyum.

"Yuki Kato. Iyaa, gue duduk di sini."

"Gue Illy. Prilly Latuconsina. Gue duduk di sebelah lo boleh?" Tanya gadis mungil itu sambil menunjuk bangku kosong di sebelah Yuki.

"Salam kenal." Senyuman ramah saling menghiasi wajah keduanya. 'Kayaknya dia baik. Alhamdulillah dapet temen baru.' Bathin Yuki senang.

Dan ketika kedua gadis itu terlibat percakapan seru dan saling berkenalan tentang asal usul sekolah mereka sebelumnya, beberapa teman sekelas Yuki juga datang menghampirinya.

"Yuki... lo kenal cowok tadi?" Seseorang dari mereka dengan berani bertanya padanya. Kalau tidak salah saat upacara perkenalan tadi namanya Una.

"Eh... emm, ng- nggak." Jawab Yuki gugup.

"Loh bukannya tadi lo dipanggil sama dia?" Seorang teman Una, yang Yuki tidak tahu namanya, datang menyela.

"Hmm, iya. Cuma kenal gitu aja, biasalah kakak kelas." Yuki mulai kebingungan. Gadis itu tidak pernah berbohong seumur hidupnya, dan ini kali pertama.

"Kalo lo kenal, kenalin kita dong..." para cewek-cewek itu terlihat antusias. Termasuk Una.

"I-iya... gampang, nanti gue kenalin." Jawab Yuki akhirnya. Dan gerombolan cewek-cewek itu pun pergi meninggalkannya.

"Mereka kenapa sih?" Tanya Prilly padanya. Dan jawaban yang diberikan Yuki hanya dengan mengendikkan bahunya.

Ternyata kakaknya populer juga.

.
.
.

Jam istirahat adalah jam yang paling membuat jantung gadis itu berdebar. Dia teringat janjinya pada pemuda itu, tapi ingin sekali Yuki bisa melanggar janjinya. Meski itu sama sekali bukan gayanya, tapi entah kenapa bertemu pemuda bernama Al Ghazali Kohler itu membuat jantungnya berdetak tak karuan.

Mungkin karena ini akan menjadi kali pertama gadis itu bertemu berdua saja dengan seorang pemuda. Selama ini Yuki tak pernah sekalipun berada berdua saja dengan pemuda manapun kecuali ketiga kakak lelakinya.

"Yuki, nggak ke kantin?" Tanya Prilly padanya. Yuki yang tengah melamun, karena memikirkan janjinya pada Al sedikit tersentak kaget.

"E-ehh.. hmm, duluan aja. Gue masih ada urusan." Jawab Yuki buru-buru. Tidak enak membuat gadis mungil itu menunggunya. Prilly tersenyum mengerti kemudian meninggalkan Yuki sendiri.

Duh, gimana ini? Apa dia harus ijin kak Gio atau kak Hito? tapi kak Hito sudah berpesan untuk merahasiakan hubungan mereka.

Saking seriusnya berpikir, Yuki tidak menyadari pemuda yang sedang dipusingkannya sudah berdiri di hadapannya. Al tampak menahan tawanya saat melihat wajah lucu gadis yang tampak sedang berpikir keras ini.

Our Sweet Little Girl [AlKivers] [Collaboration]Where stories live. Discover now