Karin dan Krisya melangkah keluar dari kelas X IPA 5 dan bergegas menuju ke kantin. Tiba-tiba dia teringat cowok aneh bermata cokelat terang di kelas tersebut memandangnya sangat lama seolah Karin adalah kawan lamanya yang baru berjumpa dengannya.
Tapi gue gak pernah punya temen kayak dia deh.
Cowok yang tadi melihatnya bisa dibilang cukup atau bahkan sangat tampan menurut Karin. Dengan tulang pipi yang tegas, hidung yang mancung, kulit putih, rambut hitam bergelombang dan wajah aristokratnya tersebut semakin menambah pesonanya.
Kenapa gue jadi perhatiin dia sedetail itu. batin Karin.
"Love me like you do...lo-lo-love me like you do~~"
Nyanyian cewek yang berjalan di sampingnya membuyarkan lamunan Karin.
Abaikan sejenak cowok aneh di kelas X IPA 5 itu. Sedari tadi Karin dibuat penasaran dengan tingkah Krisya yang hari ini terlihat sangat gembira wajahnya terlihat merona merah dan dia tetap bersenandung riang.
Apa yang membuat Krisya yang biasanya selalu serius ini bisa bertingkah konyol seperti ini seperti orang yang lagi dimabuk cinta.
CINTA.
Karin menyadari sesuatu, dia pernah membaca di Internet kalau cinta itu dapat mengubah sikap seseorang terkadang sampai mengubahnya menjadi seseorang yang sangat berbeda dari biasanya.
Apa Krisya sedang jatuh cinta ya? batinnya sambil memperhatikan kawannya yang masih senyum-senyum sendiri itu.
"Kris, lo lagi jatuh cinta ya?" tanya Karin to the point.
"Eh k-kok lo tiba-tiba tanya gitu ke gue?" jawab Krisya gugup.
"Soalnya sikap lo beda dari biasanya aja. Gue rasa sikap lo berbeda sejak 5 hari yang lalu, tapi hari ini lo paling aneh menurut gue." jelas Karin.
"Gimana ngomongnya ya, malu gue yang mau ngomong sama lo," ucap Krisya yang membuat wajahnya semakin memerah
"Ngomong aja nggak usah bingung,"
"J-jadi g-gue p-punya...," ucap Krisya tersendat dan masih mengambil nafas dalam-dalam.
"Gue punya?"
"guepunyapacarnamanyaroni." jawabnya dengan kecepatan 0,3 detik.
"Gue nggak bakal ngulangin kata-kata gue lagi," ucap Krisya lagi sambil tersenyum.
"Lo punya pacar namanya Roni, bener kan?"
Krisya mengangguk singkat.
"Wah, temen gue gak jomblo lagi dong. Ciee selamat ya," ujar Karin sambil memegang pundak sahabatnya itu.
"Makasih, Rin, akhirnya gue bisa ngomong juga. Dari kemaren-kemaren gue malu yang mau ngomong sama lo dan yang lain," terang Krisya.
"Ngomong aja kali, jangan malu toh itu berita bahagia."
"Iya sih, tapi tetep aja gue malu," jawab Krisya.
"Gue tebak si Roni itu anak kelas X IPA 5 ya?"
"Yaps lo bener, kok lo bisa tau sih?"
"Pertama, tumben banget lo semangat banget mau nganterin gue ke kelas X IPA 5. Kedua, muka lo merona banget waktu kita mau masuk ke kelas itu. Dan yang ketiga, abis dari kelas itu muka lo semakin sumringah kayak yang abis menang undian 1 Milyar," jelas Karin panjang lebar.
"Hahaha, lo ini emang detail banget kalo merhatiin orang, ini pasti gara-gara lo kebanyakan baca komik Conan deh." Krisya terkekeh karena semua yang dikatakan Karin itu benar.
"Entar gue jadi Detektif Karin Edogawa dong," ujar Karin.
"Betul--betul--betul,"
"Oiya ngomong-ngomong tadi di kelas IPA 5, si Roni itu yang mana ya?" tanya Karin.
"Yang duduknya nomer 2 dari pojok belakang, yang matanya sipit itu."
"Oh, tapi gue tetep nggak tau," kata Karin.
"Kirain udah tau, dasar lo!" Krisya mendorong pundak cewek berambut cokelat itu.
Kantin terlihat sangat ramai, semua tempat duduk di sana penuh sampai-sampai Karin dan Krisya tidak bisa menemukan Jessie dan Mela.
"Hmm.. Duo menjes di mana ya?" tanya Karin.
"Nggak tau nih, mana kantin rame banget lagi, kan gue ga bisa keliatan mereka. Mela yang badannya melar gitu tapi tetep gak kelihatan," jawab Krisya
"HEI KARIN! KRISYA!" Seseorang berteriak sambil melambaikan tangan pada mereka.
"Ah itu si Jessie!" seru Karin.
Dua cewek cantik itu segera menghampiri Jessie yang duduk di bangku kantin paling ujung.
"Hei! ternyata kalian duduk di paling ujung," ujar Karin sambil menepuk punggung Mela yang membelakangi Karin.
Karin pun duduk di sebelah Mela sedangkan Krisya duduk di sebelah Jessie.
"Sudah melaksanakan tugas dari Komandan Anton, Rin?" goda Jessie.
"Sudah, Bu Jessie," jawab Karin.
"Tumben kalian duduk di paling ujung gini, nyampe gue nggak keliatan sama lo berdua," celetuk Krisya.
"Iya, gue sama si Mela hampir ga dapet tempat duduk di Kantin soalnya rame banget. Jadi cuma tinggal tempat di paling ujung yang kosong," terang Jessie.
"Nyampe si Jessie tadi rebutan sama kakak kelas loh buat duduk di sini," sambung Mela.
"Waduh, gila lo, Jess. Akhirnya tuh kakak kelas gimana?"
"Dia akhirnya ngalah soalnya dia sendirian. Untung aja ada si Mela jadi 3 lawan 1 ya kalah dong dia," ujar Jessie sambil tersenyum penuh arti.
Karin dan Krisya yang langsung mengerti langsung tertawa terbahak-bahak sementara Mela sepertinya belum "peka" dengan omongan Jessie.
"Iya bener lo, Jess.. APA 3 LAWAN 1?! Lo ngeledek gue, Jess,"
"Hahaha baru peka rupanya, Mel,"
Mela merenggut kesal kepada temannya itu. "Enak aja lo ngitung gue ada 2,"
"Setidaknya meskipun gue nggak langsing *baca : gendut* gue kan montok," lanjut Mela.
"Iya deh lo montok banget, Mel.
Iya kan girls?""Pastinya hahaha," jawab Karin sambil tertawa.
"Oiya kalian cepet sana pesen makanan! keburu masuk nih," ujar Mela.
"Pak Dul, bakso 2 mangkok!" teriak Krisya kepada penjual bakso di Kantin.
"Es teh 2 juga, Pak!" lanjut Karin.
Pak Dul, si penjual bakso di Kantin pun segera menghampiri Karin dan teman-temannya serta memberikan dua bakso.
"Ini bakso-nya, Neng," ucap Pak Dul.
"Pak Dul, ini saya mau bayar langsung sekalian juga bakso yang dipesen sama 2 temen saya yang tadi."
"Semuanya plus minumnya semuanya 28 ribu, Neng." kata Pak Dul
Krisya menyerahkan beberapa lembar uang kertas pada Pak Dul yang lalu melangkah pergi. Jessie dan Mela masih tercengang dengan Krisya sementara Karin hanya tersenyum.
"Thanks, Kris, gue doain lo langgeng sama dia." seringai Karin yang sengaja membuat Mela dan Jessie semakin bingung
"Rin, maksud lo langgeng?"
"Krisya temen kita ini udah nggak jomblo lagi girls alias punya pacar," jelas Karin yang membuat Krisya tersipu malu.
"APAAAAA?!"
Segitu dulu guys, semoga suka sama cerita ini.
Ditunggu kritik & saran-sarannya yaps :)
YOU ARE READING
My Girl (just) Friend ?
Teen FictionSegala hal tentang cinta di masa putih abu-abu itu menarik tetapi tak semenarik cinta dalam persahabatan - Ega Arkha Wardana