Chapter 23

31.1K 1.4K 2
                                    

AUTHOR POV.

Nizam, Naura, Nizar, dan Nazira sedang berkeliling pusat perbelanjaan di daerah Jl. Magelang. Mereka tampak bahagia, hingga pada akhirnya...

"Emmm...Zam, kamu bawa mobilkan?" Tanya Naura

"Kebetulan aku naik taksi, Ra. Mobilku masih di bengkel,"jawab Nizam yg sedang menggendong Nazira yg tertidur saat mereka menuju ke basement tempat parkir.

Akhirnya mereka sampai di tempat Naura memarkirkan mobil. Tanpa sadar Nazira yg tertidur di gendongan Nizam, mencengkram erat jas yg dikenakan Nizam, sambil mengigau.

"Papa..." rancau Nazira.

Seketika Nizam dan Naura saling menatap,

"Mama, biarin uncle Nizam ikut pulang, kasihan Ira, dia ngga mau lepas dari uncle Izam,"ucap Nizar membuat Naura hanya sanggup mengangguk pasrah.

"Aku aja yg bawa mobil, kamu tetep pangku Ira," ujar Naura.

Akhirnya mereka melaju hingga tiba di rumah Naura. Nizam menggendong Nazira yg tertidur, sedangkan Naura menggendong Nizar yg sejak tadi tertidur dalam perjalanan pulang.

"Mereka tumbuh dengan baik," ucap Nizam setelah merebahkan Nazira di dalam ranjangnya.

"Iya, mereka sangat cerdas, mereka telah menjadi malaikat hidupku, saat kamu tak menginginkan mereka," sahut Naura sambil menahan isak tangisnya.

"Ra, aku minta maaf, aku ingin memulainya bersama kamu, dan anak anak kita," suara bariton milik Nizam akhirnya membuat kedua anaknya menggeliat.

"Maaf, Zam bisa kita bicara di ruang tamu saja, kasihan mereka," pinta Naura sambil membuka pintu kamar kedua anaknya.

"Kamu mau minum apa?" Tanya Naura.

"Biarkan aku menatapmu, memastikan ini bukan mimpi," pinta Nizam sambil menahan lengan Naura yg hendak mengambilkan air minum untuk Nizam.

"Zam,"...

"Aku merindukanmu Naura, sangat, setelah kamu meninggalkan foto USG itu, aku mulai merasakan getaran getaran yg mungkin tidak dapat aku rasakan saat bersama wanita murahan itu," ujar Nizam sambil mengeratkan pegangannya di pinggang Naura.

"Wanita murahan? Aku!," sentak Naura karena ia teringat kata kata Nizam saat kejadian itu terjadi.

"Bukan sayang, tapi Kirana,"jawab Nizam sambil merekatkan pelukannya pada Naura, deru nafas Nizam terasa begitu melekat ditengkuk Naura,
Naura begitu tenang saat Nizam memeluknya dari belakang seperti ini.

Tak diduga 2 bocah kecil sedang memperhatikan Naura dan Nizam sejak lama,  sambil mengerjapkan mata mereka.

"Naura, will u be my wife, i love you," ucap Nizam sambil membalik tubuh Naura.

"Anak2 butuh kita, aku ayah mereka bukan yg lain, aku ingin bersama anak2ku hingga tua, bersamamu sampai nafasku berhenti berhembus. Naura aku sangat mencintaimu, mencintai Izar dan Ira," ucap Nizam.

"Mama...." panggil Nizar dan Nazira.

"Sayang,..." balas Naura pada kedua anaknya yg langsung membuat Nizam melepaskan pelukannya.

"Mama, jadi uncle Nizam ?" Tanya Ira dengan mata yg membulat.

"Bukan uncle sayang, call me Papa," jawab Nizam sambil mendekat ke Nizar dan Nazira.

"Papa..."hambur kedua anak itu kepelukan Nizam disambut dengan air mata Naura yg sudah tidak bisa ditahan lagi.

"Mama, mama kenapa nangis, papa disini kan ma, " ucap Ira sambil menarik tangan Naura.

"Mama..." henti Naura sambil berlari ke kamarnya.

Nizam dan kedua anaknya hanya bisa tertunduk lemas, dan mereka pun beranjak duduk di sofa di ruang tengah sambil memikirkan apa yg harus mereka perbuat untuk membujuk Naura.

"Papa, mama itu suka bunga lily, kenapa papa ngga beliin buat mama," ucap Nizar.

"Ide bagus sayang, kita tidak perlu pergi ke toko bunga, papa akan pesannya lewat online," balas Nizam

"Papa pesankan pizza dan rainbow cake Pa," rengek Ira pada Nizam yg sedang memesan bunga lewat aplikasi Go-Flower.

"Benar Pa, "sahut Nizar.

"Oke anak papa," balas Nizam sambil menekan tombol pemesanan ke kedai kue dan pizza langganannya.

Merekapun tampak begitu akrab, sampai sorepun Nizam mencoba untuk mengulik kehidupan kedua anaknya selama Nizam tidak bersama mereka. Tak terasa pesanan mereka pun datang...

NAURA POV.

Apakah Nizam sadar mengatakan itu semua padaku, ahh mengapa semuanya seperti ini. Aku sadar kedua anakku membutuhkan Nizam, namun bagaimana dengan perasaanku, harus bahagiakah aku atau malah aku takut untuk memulainya bersama Nizam.

Aku mengurung diri dengan lama di dalam kamarku, membayangkan semua yg telah terjadi padaku selama aku mencintai Nizam, aku lelah, aku benci, aku cinta, aku menginginkannya, perasaan yg sangat merumitkan.

Hingga sebuah ketukan pintu kamar membuyarkan lamunanku.

"Tok...tok....tok...."






Hello! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang