Chapter 11

33K 1.7K 0
                                    

NIZAM POV.

Hari ini aku berangkat menuju kantorku, aku merasa tidak enak hati, aku tidak bisa berhenti memikirkan Naura selama beberapa hari ini. Bukan hanya Naura namun juga anak yg Naura kandung, apa benar ia anakku. Apa benar aku telah menghamilinya,

Ah, sudahlah hari ini aku sedang sibuk membereskan semua berkas berkas kantor ini, aku lelah sekali,

Namun

Drrrt....David is Calling...

"Halo bro..."sapaku

"Zam, elo harus tau,"balas David

"Kenapa bro, gue lagi sibuk banget," jawabku

"Bro Naura hilang, dia kabur, tadi pagi bokapnya telfon istri gue, dan Armani dateng ke rumah gue, dan sekarang Armani sama Sekar lagi nyari si Naura," jelas David, ymg langsung membuatku menghentikan semua aktifitasku

"Dia hilang, dia Kabur, bukan dia tapi mereka," batinku

"Oke bro, gue cuma mau ngabarin itu aja gue mau bantu Sekar cari si Naura semoga aja dia di Indonesia" Tambah David yg diikuti suara akhir sambungan telfon yg diputus.

Naura kabur, Naura, Naura Naura dan Naura,

Brakk...

Ahh, sialan buku2ku berjatuhan,
Tetapi saat aku memunguti buku2ku, ada satu hal yg membuatku merasakan kegelisahan dan kecemasan serta penyesalan yg mendalam.

Benda itu adalah, Foto USG, anakku

Akhirnya aku mngucapkannya.

"Nak, apa kamu anakku," ucapku sambil menatap foto USG itu.

"Kalau kamu anakku, maafin aku, aku belum siap nak, aku belum siap, semua itu terjadi karena pengaruh alkohol," tambahku lagi.

Pikiranku begitu kacau, apa yg akan terjadi nanti, kalau semua tau dia anakku, lalu dimana Naura sekarang. Aku menyesal, telah melakukannya.

Seminggu kemudian...

AUTHOR POV

"Hiks...hiks...hiks..." tangis Winda saat menatapi foto Naura.

"Udah ma, Naura pasti sehat sehat aja"ucap Rahman

"Ini semua karena papa, papa suruh Naura gugurin anaknya, papa itu jahat, anak yg dikandung Naura itu, Cucu kita, darah daging kita juga," Bentak Winda

"Maafin papa ma, papa nyesel ma,"rutuk Rahman sambil memeluk Winda.

Tok...tok...tok...

"Mari non, masuk, tuan dan nyonya sedang ada di ruang tengah,"ucap Bi Ntin sambil mempersilahkan masuk Armani dan Sekar.

"Makasih Bi," Balas mereka.

"Om, Tante..." Sapa Armani.

"Eh, Sini nduk, ada apa ini?" Sahut Winda sambil mengusap air matanya.

"Kedatangan kami, mau memberi tau om dan tante suatu hal yg penting," Ucap Armani yg membuat Winda dan Rahman bersiap

"Begini om tante kita mau kasih tau, siapa yg sudah menghamili Naura" tambah Sekar.

"Siapa dia!" Tanya Rahman dengan emosi

"Tenang dulu Om," reda Armani

"Siapa nduk, kalian tau?" Tanya Winda.

"Nizam Ahmad Lubis," jawab Sekar yg membuat Rahman menjadi geram.

"Anak Lubis, dia CEO Lubis Inc, dia lelaki brengsek itu, yg telah menghamili putriku," geram Rahman, yg langsung melenggang mencari kunci mobilnya.

"Pa, papa," teriak Winda dengan tidak digubris oleh Rahman,

"Udah tante, om emang seharusnya ngasih pelajaran si Nizam, yg bahkan ngga mau bertanggungjawab," timpal Armani yg sama geramnya.

Sesampainya Rahman di Kantor Nizam

Tanpa diduga setelah Rahman memasuki lobby perusahan iti, ia langsung bertemu Nizam yg sedang keluar dari lift.

"Hey kamu, "Gertak Rahman

"Ada apa ini?"tanya Nizam

"Oh, Tuan Rahman Wijaya, pasti anda kesini untuk memberikan kabar bahwa Wijaya Corp, akan menerima kerjasama dengan Lubis Inc, benar begitu tuan,"Tambah Nizam

"Cih, percaya diri sekali anda lelaki bajingan,"Bentak Rahman yang membuat seluruh lobby memperhatikan kearah dua pria yg bersitegang itu.

"Saya bahkan tidak sudi bekerjasama bersama Lubis Inc, karena CEOnya adalah lelaki yg tidak bertanggungjawab," tambah Rahman yg semakin membuat Nizam terpojok, yg pada akhirnya Rahman langsung keluar meninggalkan Nizam yg kalut dengan kemarahan yg tersulut.

NIZAM POV. 

Seminggu berlalu, David memberikanku kabar bahwa dia benar benar kabur dari Indonesia, tak kusangka wanita itu begitu cerdas. Bahkan selama yg sudah David kabarkan kepadaku, Naura bahkan sudah mengubah identitasnya.

Aku berniat untuk meminum kopi di kedai sberang perusahanku, aku bergegas menuju lift dan setelah pintu lift terbuka.

"Hey kamu,"Gertak lelaki paru baya itu.

"Ada apa ini?"tanyaku

"Oh, Tuan Rahman Wijaya, pasti anda kesini untuk memberikan kabar bahwa Wijaya Corp, akan menerima kerjasama dengan Lubis Inc, benar begitu tuan,"Tambahku setelah menyadari bahwa lelaki itu adalah salah satu calon rekan bisnisku, Rahman Wijaya, pemilik bisnis besar di Jogja.

"Cih, percaya diri sekali anda lelaki bajingan,"Bentaknya yang membuat seluruh lobby memperhatikan kearah kami. Akupun begitu malu dibuatnya

"Saya bahkan tidak sudi bekerjasama bersama Lubis Inc, karena CEOnya adalah lelaki yg tidak bertanggungjawab," tambah lelaki itu, yang segera meninggalkan perusahanku, dengan perasaanku ikut tersulut emosi.

Jadi Rahman Wijaya itu adalah Ayah Naura Balqis Wijaya, ya aku tau itu, namum beberapa minggu yg lalu aku mengajak perusahannya untuk bekerja sama. Betapa makin aku merasakan rasa bersalah itu semakin menguap.

Tuhan kemana Naura?
Aku harus mencarinya.

Hello! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang