Trevian Hayden

4.3K 158 1
                                    

Trevian Pov

Kurasa ini benar-benar sesuatu yang aneh dan ajaibnya ini terjadi padaku. Padahal aku belum bisa move on sepenuhnya. Bagaimana bisa move on kalau kenyataannya aku masih sangat mencintai mantan kekasihku itu. Fira Andevan, aku benar-benar tidak tahu dimana letak kesalahanku sehingga dengan teganya dia meninggalkanku menikah dengan lelaki pilihan orangtuanya.

Sinetron sekali!

Dia dijodohkan dan bodohnya lagi Fira malah menerima perjodohan sialan itu dengan senang hati. Oke, mungkin sebagai lelaki aku merasa dicampakkan oleh seorang wanita. Dan wanita itu adalah kekasihku sendiri. Tapi apa yang bisa aku lakukan saat ini kalau pada kenyataanya nanti malam mereka berdua akan melangsungkan pernikahan.

Sedang pusing-pusingnya memikirkan masalahku, tiba-tiba mataku melihat seorang gadis sedang melamun ditepi pantai.

Aku melihatnya sedang berdiri sendirian di tepi pantai dengan pandangan seperti orang yang sedang menanggung beban berat di pundaknya. Entah apa yang dia lakukan disana, yang aku tahu dia terlihat menyendiri dan tidak memperdulikan orang-orang yang berada disekitarnya.

Pandangannya lurus kedepan menatap dari kejauhan laut yang menghampar luas dihadapannya. Kupikir dia sedang menghayati nyanyian ombak yang mendayu-dayu di tengah laut sana.

Aku tersenyum kecil saat melihat tubuh mungilnya terkena deburan air laut yang bergulung nakal ke arahnya. Gadis itu berjengit kaget dan tak lama kemudian ia berlari kecil menjauhi deburan ombak yang masih asik bermain-main di tepi pantai. Walaupun dia sudah menjauhi bibir pantai tapi sepertinya sang ombak masih senang menciprati tubuhnya yang sudah terlihat basah kuyup terkena air.

Entah sihir apa yang dipakai oleh gadis itu sehingga tak sadar kakiku sudah melangkah mendekat kearahnya, "Sepertinya anda ingin mati nona ... berlama-lama di tepi pantai dengan pakaian tipis yang sudah basah seperti itu?!" kataku dengan sinis yang membuatnya menoleh kearahku seketika.

Tanpa diduga, bukannya menjawab dia malah terpaku memandangku cukup lama. Mungkin dia terpesona melihat ketampananku, barangkali.

"Sudah puas mengagumi ketampanan saya, nona-" kataku terputus dan gadis di depanku itu dengan entengnya menyodorkan tangan kanannya kearahku.

"Kinan. Panggil saja aku kinan." ujarnya sedikit ketus sambil mengulurkan tangan mungilnya kearahku. Aku pun menyambut uluran tangannya dengan malas tanpa menyebutkan namaku padanya. Tidak sopan memang tapi biarlah, toh dia tidak menanyakan namaku.

"Dengar ya? siapa juga yang mengagumimu tuan sok tahu. Mau anda tampan kek, mau anda jelek sekalipun ... itu bukan urusanku!" katanya dengan sebal sambil mencebikkan bibir tipis nan merahnya lucu.

Eh! ternyata dia masih membahas ucapanku tadi. Baiklah, akan kuladeni.

Aku tersenyum tipis menanggapinya, "Saya juga tadi tidak bertanya siapa nama anda, nona Kinan. Anda-" lagi-lagi ucapanku terputus dan gadis mungil itu sudah berkacak pinggang didepanku.

"Cukup! aku bilang cukup. Aku tidak mau lagi ya mendengar suaramu yang sangat menyebalkan di telingaku." teriaknya sambil melotot tajam kearahku. Aku mengerutkan dahi mencoba memahami kata demi kata yang coba dia katakan padaku tadi. Tapi sebelum-

"Permisi!" sambungnya ketus dan mulai berjalan menjauhiku.

Seketika aku ingat apa tujuanku datang kesini, dan sedetik kemudian aku langsung mengejarnya lalu membopongnya membawanya ke tempat penginapanku. Gadis cantik di gendonganku ini masih saja meronta-ronta meminta di turunkan. Bukannya melepaskan, aku malah menghiraukannya seakan tidak mendengarnya sama sekali. Biarlah dia menganggapku gila asalkan dia mau menemanku nanti malam. Kalau bukan terpaksa mana sudi aku menculik anak gadis orang yang baru kutemui 15 menit yang lalu.

Unrequited LoveWhere stories live. Discover now