Trouble Maker

6.8K 377 32
                                    

Hai! Siapa yang lagi nungguin cerita ini?! Btw, sorry saya nggak bisa janji cepat-cepat update yah ;)
Thank you..
NB : Yang dimulmed fotonya Jere! Gimana? Dapet nggak kesan badboy-badboy nya? Castnya : Marlon Teixeira. Itu menurut saya ajasik.. Kalau kalian mau bayangin yang lain pun ga papa ;)

With♥, AL.

~•~•~•~

"FABIAN JEREMY PETERSON!! APA SEBENARNYA YANG KAU INGINKAN HUUUHH??!!!" Teriakan dari suara berat itu menggelegar di seantero kediaman Mr dan Mrs Peterson. Tuan Bernard peterson sudah sangat geram sekali rupanya dengan kelakuan gila yang kesekian, yang dilakukan oleh anak semata wayangnya itu.

Mereka langsung pamit dari acara penggalangan dana tadi, sesaat setelah Darys menarik paksa Jere yang hampir saja terkena 'santapan malam' oleh Nicholas Sean Ferraro. Sebelum undur diri, Bernard Peterson benar-benar membungkuk dan meminta maaf yang sedalam-dalamnya kepada keluarga besar Ferraro dan Alexander atas kelancangan putranya.

Sementara semua orang yang berada dirumah itu kelihatan diam dan tunduk karena takut akan kemurkaan Mr Peterson, Jere, yang notabenenya adalah anak dari Mr Peterson tampak sangat tenang sembari mendengus sinis dan membuang mukanya kearah lain.

'Waktu! Yang ku BUTUHkan hanya waktumu!' Teriakan Jere hanya sampai diujung tenggoroknya. Anak itu lebih memilih diam dan tak menghiraukan kemarahan ayahnya.

"Tatap aku anak muda!! APA KAU TAK PUAS MEMBUAT AYAHMU INI MALU UNTUK KESEKIAN KALINYAAA?!!" Bernard tampak terengah-engah akibat emosinya yang meluap-luap. Sementara Angeline, istrinya, hanya mampu diam sembari mengelus sabar punggung suaminya.

"KAU SELALU MEMBUAT KU MALUUUU! APA MAU MU SEBENARNYA FABIAN?! KATAKAN!"

That's it! Teriakan terakhir dari Bernard Peterson, mampu membuat Jere memalingkan wajahnya kearah sang ayah. Matanya menatap ayahnya dengan penuh  kobaran api yang terpancar didalamnya. Ada berbagai rasa yang hanya dapat dipendamnya seorang diri. Kerinduan, kekecewaan, kebencian, kemarahan, semuanya bercampur menjadi satu paduan yang sempurna. Jere mendengus sinis sekali lagi, kali ini lebih kepada ia yang sedang menertawakan kesialannya.

"Fine! Maafin Jere ayah" Ucap anak muda itu dengan wajah yang terlihat tanpa penyesalan sama sekali. Ia malah sudah tampak anteng duduk di sofa panjang yang berada di ruang tengah rumahnya itu, sembari cengengesan dan mengunyah-ngunyah kacang telur yang ada di toples diatas meja kaca dihadapannya.

"OH TUHANKU! Aku telah gagal mendidik anakku!" Geram Bernard sembari memejamkan matanya erat-erat serta mengusap wajahnya dengan gusar. Sementara Angeline senantiasa mencoba mengingatkan suaminya itu agar tetap sabar dalam menghadapi anak mereka. Wanita itu tidak membela siapapun dan lebih memilih menjadi penengah dalam situasi seperti ini.

"Maaf juga untuk yang satu itu" Balas Jere dengan santainya, masih sembari mengunyah kacang telurnya. Bernard yang tadinya sedang menatap Jere, hanya bisa menghela napasnya dengan berat sembari menggeleng frustasi.

"Masuklah ke kamarmu sekarang, sebelum ayah mulai menghajarmu Fabian!" Geram Bernard dengan gigi yang bergemeletuk menahan emosinya yang hendak keluar dan memaki-maki anak lelakinya itu.

"Pas banget! kebetulan Jere juga sudah sangat lelah dan mengantuk. So.. Thank you ayah atas pengertiannya!" Balas Jere dengan nada suara mengejek, lalu mulai beranjak dari sofa nyamannya tadi menuju ke kamarnya yang jauh seribu kali lebih nyaman.

Daddy's Enemy 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang