Mrs. Perfectionist

1.1K 316 92
                                    

"Periodisasi sangat penting dalam historiografi karena merupakan batang tubuh dari sejarah selain itu periodisasi juga mengungkapkan ikhtisar sejarah dan didalamnya harus dapat dikenali jiwa atau semangat setiap zaman...."

Pak Anton sang Guru Sejarah sedang mendongeng tentang periodisasi dengan serius tetapi tidak ditanggapi serius oleh murid-murid di kelas X IPS 1.

Banyak yang mengobrol sendiri, memperhatikan dengan tatapan kosong alias melamun bahkan ada yang menguap karena sangat mengantuk tetapi lain halnya dengan siswi berambut cokelat sebahu yang sibuk mencatat dan mata hitamnya yang bening memperhatikan setiap kata yang diucapkan gurunya itu.

"Rin, lo ngapain masih nulis penjelasannya Pak Anton sih, toh itu bisa dibaca di buku," ujar cewek berwajah oriental yang duduk disampingnya.

"Kalo dicatet kan gue semakin inget, Jessie," jawab siswi yang dipanggil 'Rin' itu.

"Iya kan si Karin nggak malesan kayak lo, Jess," sindir siswi bertubuh gemuk yang duduk di belakang Karin dan Jessie.

"Lo sendiri juga malesan gitu, Ndut," balas Jessie.

"Tapi meskipun gue nggak suka pelajaran sejarah tapi gue masih bisa ngeliat mukanya Pak Anton, nah lo melek aja nggak bisa," kilahnya.

"Teganya dirimu padaku, Ndut." Jessie berbalik menghadap Mela sembari memasang muka sedih.

"Mela! lo sama Jessie ini tengkar mulu kayak kucing sama anjing, mending kalian nyatet kayak si Karin atau nggak memperhatikan Pak Anton tersayang kayak gue," gerutu siswi berambut hitam yang dikuncir ponytail yang merupakan teman sebangku Mela.

"Bener tuh kata Krisya," ujar Karin.

"Hoaaamm.. Males gue," gumam Mela.

"Iya, tangan gue lagi capek buat nulis," lanjut Jessie.

"Rin, gue pinjem buku catatan lo aja deh," kata Mela.

"Jangan, Rin, kalau Mela yang minjem buku lo bakalan ilang nanti. Mending pinjemin ke gue aja," celetuk Jessie.

"Lo maen nyerobot aja, Jess. Gue yang punya ide buat minjem," gerutu Mela.

"Biar adil mereka berdua jangan dikasih pinjem buku lo, Rin," kata Krisya.

"Kalau kalian berantem terus nggak akan gue pinjemin buku," ancam Karin.

"Terserah lo deh, Rin, lagipula sebenernya buat apa sih kita belajar sejarah? kan katanya hidup ini harus move on alias ngelupain masa lalu," tukas Jessie.

"Sejarah beda sama mantan pacar, Jess," kilah Krisya.

"Bener tuh kata Krisya, memang hidup itu harus melihat ke depan tetapi kita kan dapat menjadikan masa lalu sebagai hikmah dan pedoman agar kita berubah menjadi lebih baik lagi," terang Karin.

"Dan sama dengan sejarah yang salah satunya jelasin tentang betapa sulitnya perjuangan bangsa indonesia yang bikin kita termotivasi," sambung Krisya.

"Iya juga sih, okay gue bakal berusaha buat nggak males-malesan lagi," jawab Mela.

"Iya gue juga deh, emang lo berdua paling jago kalo soal ceramahin gue sama si Ndut ini." ujar Jessie membuat ketiga kawannya itu tertawa.

KRIINGGG....KRIINGGG

Bel istirahat berbunyi dengan keras membuat Pak Anton mengakhiri materi yang ia berikan.

"Baiklah, pelajaran ini saya akhiri sampai disini dan jangan lupa kerjakan PR yang saya berikan,"

"IYAA, PAK."

Sebelum berjalan keluar kelas, Pak Anton menuju ke bangku yang ditempati Karin dan Jessie.

"Karina, tolong berikan hasil ulangan ini ke kelas X IPA 5 ya," ucapnya sambil menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Karin.

"Baik, Pak."

"Terimakasih ya." Pak Anton pun berjalan keluar dari kelas X IPS 1.

"Aduuh, Pak Anton itu pake nyuruh lo segala, padahal gue pengen cepet-cepet ke kantin," gerutu Jessie.

"Iya dan juga masa' dia ngajar sejarah di kelas IPA juga ?" lanjut Mela.

"Di kelas IPA ada peminatan sejarah, kalo di kelas kita kan Biologi. Ngomong-ngomong kalian ke kantin dulu aja nanti gue nyusul," jelas Karin.

"Yaudah deh kalo gitu. Ayo guys kita ke kantin," ajak Jessie.

"Hmm.. gue ikut Karin aja ke IPA 5. kasihan masa' dia sendirian,"

"Tumben lo, Kris, biasanya paling males diajak keluar kelas kecuali kalo ke kantin doang," cibir Mela.

"Iya dulu waktu gue ngajak lo kelas 11 IPA 3 lo nggak mau ikut," sambung Karin.

"Itu kan dulu, buruan yuk ke kelas IPA 5," ujarnya bersemangat sambil menarik tangan Karin meninggalkan kedua temannya yang menatap kebingungan.

"Gue jadi curiga sama si Krisya, Ndut." Jessie menatap Krisya dari belakang sebelum berbisik di telinga Mela.

Mela mengangguk, "Iya Jess, nggak biasanya dia semangat banget kayak gitu."

********

Karin sudah terbiasa sering diminta bantuan oleh para guru,tetapi harus mengantarkan kertas ulangan ke kelas X IPA 5 membuatnya sedikit jengkel karena letak kelas itu yang bisa dibilang sangat jauh dari kelasnya, selain itu berjalan ke sana membuat waktu istirahatnya berkurang. Tetapi yang dia rasakan sepertinya berbeda jauh dengan orang yang berjalan di sebelahnya.

Krisya terlihat sangat bersemangat menuju ke kelas itu. Karin dapat melihat rona merah sedikit menjalar pada wajahnya yang putih mulus itu bahkan sesekali cewek yang selalu mengikat rambutnya dengan model ponytail ini bersenandung pelan.

Gue jadi penasaran apa yang bikin Krisya jadi kayak gini. batin Karin.

Sesampainya di depan kelas X IPA 5 yang jauhnya berasa kayak sabang-merauke itu, Karin dan Krisya pun masuk ke kelas tersebut.

My Girl (just) Friend ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang