SEPULUH

1.4K 115 2
                                    

"Makasih, Ar." ucap Alya setelah turun dari motor Ary.

"Lo yakin gapapa, Al?" tanya Ary dengan nada khawatirnya.

Aduh bang Ary kayanya udah ada rasa nih sama Alya:3

Bacot thor, ogah gue punya rasa sama harimau sumatra

Sialan lo ngatain gue harimau sumatra? Dasar lo babi utan.

-abaikan-

Alya mengangguk dan tersenyum jahil. "Lo khawatir ya sama gue? Suka ya lo?"

Iya.

"Astagfirullah. Gue bakal suka sama lo, kalo gue hamil." Alya menatap Ary kaget.

"Jadi lo cewek selama ini?!" teriaknya histeris. Ary dengan gemas menepuk(apaan gua kaga ngarti bahasanya) bibir Alya yang kelewat omes.

"Maksud gue, gak mungkin gue suka sama lo, blekok!" ucap Ary gemas.

Alua menggaruk tengkuknya, "ya abis gue kira lo cewek yang nyamar jadi cowok."

"Lo gapercaya gue cowok? Lo mau bukti hm? Rumah lo sepi kagak? Atau kalo ga ke apart gue aja." Ary mengedipkan sebelah matanya.

Kini Alya menatap Ary horor. Seketika raut wajahnya berganti dengan ekspresi malu.

Kenapa dia bisa mikir kalo Ary itu cewek yang pura-pura jadi cowok? Astoge oon banget dah lu, Al.

"Kok lo senyum-senyum sih Al? Dah kebelet ya? Ayok gue siap." Ary mencekal tangan Alya dan menariknya.

Alya segera menghempaskan tangan Ary, dan menatapnya sebal. "Dasar pedofil!"

Ary menggaruk kepalanya, gemas. "Kita seumuran, bangsyad."

"Ah nggak, gue sepuluh taun lebih muda dari lo. Gue pake pons." ucap Alya sambil tersenyum bangga.

Ary segera melajukan motornya, pulang tanpa pamit.

Jujur, dia udah lelah ngadepin si otak udang satu itu.

"Kampret." sungut Alya, lalu masuk ke dalam rumahnya.

--

"Ma, Pa, Oliv pengen jalan-jalan." 

Alya yang sedang melewati ruang tengah kemudian berhenti. Ia berniat menguping percakapan itu.

"Kemana sayang?"

"Lombok, mungkin?"

Alya terlonjak kaget. Matanya berbinar senang.

"Ma, Pa, Liv, aku juga mau ikut." pintanya

"Bol-" omongan Pliv terpotong karena Mirna mengangkat tangannya.

"Kalo kamu ikut, yang bersih bersih rumah siapa ha? Pembantu mahal, Lala. Kamu ngerti ga sih?"

"Ma tapi kan aku juga mau ikut."

"Nggak. Kamu jaga rumah. Bersih bersih rumah."

"Kenapa sih Mama segitunya sama Lala? Lala itu anak Mama bukan sih? Mama emang jahat."

"Stop, Lala! Pergi ke kamar sekarang!" teriak Herman.

"Papa sama Mama sama aja. Kalian jahat!" Alya berlari ke kamarnya, lalu membanting pintu kamarnya dengan keras.

"Kalian jahat. Aku benci kalian."

--

"Bolos ae lu kerjaannya." ucap Reon.

Saat ini Ary dan Reon sedang berada di club. Ary ada job, seperti biasa.

"Genting tadi bro."  Ary meneguk minumannya.

Reon mengernyit bingung. "Lu ngomong apa ibab? Jelas dikit kek."

"Tadi Alya dibully sama mak lampir. Untung ga kenapa-napa."

Reon melotot. "SUMPAH?!"

Ary tersentak. Ia kemudian melihat Reon dengan tatapan bertanya. Reon keceplosan. Ia kemudian menetralkan ekspresinya jadi datar cem triplek.

"Udah gue bilang kan Ar. Jauhin dia napa?! Lo ngeyel banget sih! Jauhin dia!"

"Kenapa? Sekarang kasih gue alesan kenapa gue harus jauhin dia?"

Reon tampak berpikir. "Dia pembawa sial."

"Lo ga tau dia. Jadi lo ga usah sotil."

Reon mendengus pasrah. "Serah lu, bangke."

"Ya emang terserah gue." Reon menjitak kepala Ary.

"Anjir, kalo gue bego gimana?!"

"Lo emang udah bego, Ar. Sadar dirii kek."

Ary berjalan meninggalkan Reon. Ia ingin pulang saja. Moodnya sedang jelek kali ini.

"Hai, Kak." sapa seseorang saat Ary keluar dari club tersebut.

"Hm."

"Kakak nggak-"

"Sayang? Kok udah pulang?" Marabel turun dari mobil dan berlari menghampiri Ary dan Oliv.

Marabel menatap Oliv tidak suka. Ia bergelanyutan kek orang utan di lengan Ary. Oliv menatap mereka cemburu.

Marabel tersenyum smirk. Ia berjinjit lalu mencium pipi Ary. Ary tersenyum.

Saatnya dia melakukan misi bejatnya.

"Bel, ikut gue."

Selanjutnya kalian tau lah ngapain-_-

--

"Mamaaaaaaaaaa." Oliv berteriak saat sampai di rumahnya.

"Apasih dear kok teriak?"

"Kak Ary punya pacar!" Oliv menangis memeluk Mirna.

Oliv lebay banget sumpah-_- gua kesell.

"Tikung dong."

Ahelah emak sama anak sama ja-_-

"Masalahnya, itu kakak kelas Oliv. Banyak antek-anteknya."

"Okey, Mama bakal bantuin kamu buat dapetin Aris Aris itu."

"Ary, Ma."

"Iya itulah apa sama aja."

"Makasih Mama. Oliv sayang Mama." Oliv lalu memeluk Mirna lagi.

Alya yang melihatnya dari ujung tangga, mengepalkan tangan.

Kenapa gue ngga pernah dapet kasih sayang Mama.

^^

Nyawnyaw
Gue masih bingung mau dibawa kemana~
Kalo bang Ary mah bawa aja kepelaminan wkwk
Kasih votenya yah! Biar gue tau pada suka nggak sama cerita gue:)
Baca juga cerita gua satunya wkwk
See ya!

January (AI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang