SATU

5.1K 161 2
                                    

"JANUARY IRHAM PRATAMA!!" teriak guru sejarah yang sedang mengajar di kelas 12 ips 7.

"Apasih, Bu? Astaga, saya heran deh Bu. Dari dulu Ibu teriak terus, tapi pita suaranya ngga putus putus." ucap Ary polos.

Nggak, sok polos.

"Ary, keluar kamu dari kelas saya."

"Kelas Ibu? Ini mah kelas 12-7. Dan ini kelas punya sekolah, terus sekolah punya pemerintah. Atas dasar apa Ibu Erika mengakui bahwa ini kelas Ibu?"

Seketika tawa murid-murid pecah. Ary memasang wajah bego-nya, membuat Ibu Erika semakin memanas.

"KELUAR KAMU ARY!" teriak Ibu Erika sambil menunjuk arah pintu.

"Ah, Ibu mah. Yaudah deh, saya juga mau jajan. Bye Ibu kiyot, kaya anak kucing." ucap Ary lalu pergi keluar kelas.

January Irham Pratama. Seorang cowok pembuat onar. Mending kalo pinter? Nah ini udah bandel, playboy, nachkal, bego lagi. Tapi jangan lupakan bahwa dia ganteng.

Nah, itu aja kelebihan Ary. Ganteng doang.

Ia melangkahkan kakinya menuju kantin. Dengan santai ia mengeluarkan rokok dan koreknya.

Saat ingin menyalakan rokok tersebut, tiba-tiba seseorang menarik rokok itu keluar dari mulut Ary, lalu melemparnya.

"Shit! Apa sih mau lo?!" Ary merasa kesabarannya habis ketika menghadapi gadis yang satu ini.

Gadis itu hanya memutar bola matanya malas. "Apa sih mau lo." ia menirukan ucapan Ary dengan nada mengejek.

Emang, ini cewek suka mancing serigala.

Ahelah, dikira ggs apa?

"Boleh pinjem sepatu lo nggak, Al?" tanya Ary, mencoba mengontrol emosinya.

Alya mengernyit heran. "Buat apa?"

"Buat getok pala lo." Ary yang gemas dengan Alya, menarik rambut panjang Alya.

"Anying, sakit woy." Ary hanya tertawa melihat kelakuan Alya yang berusaha menggapai tangan Ary.

Memang, Alya ini bocel.

Atau Ary yang genter.

Hanya tuhan yang tau.

"Ary Alya. Berhenti." teriak Pak Banu, guru bp kesayangan mereka.

Kesayangan palelu, thor. - Ary

Iya, thor. Paan sih lu sok tau. - Alya

Ish yauda si, khilaf.

"Ikut saya keruang bp. Se-ka-rang!"

Karena sifat Ary yang dodol bin tolol, ia meraih minuman botol dan

"Sekarang eike terasadarr, cinta yang eike tunggu tak kunjung datang~"

Dengan segera, Alya mengambil sendok dan memukul kepala Ary berkali-kali.

"Sakit nyet, woy udah oy, sakit, babi."

"Setan ompret keluar dong dari Ary. Kesian kan dia udah bego idiot bin tolol. Pliz dumz." Alya berkomat kamit, berjinjit untuk bisa memukul jidat Ary.

"Sialan." Ary dengan cekatan memegang tangan Alya dan menariknya keatas, sehingga Alya harus berjinjit.

"Ar lepas dong, keram kaki gue."

"Bodo amat. Buruan ke ruang bp."

Dengan tangan yang tetap terangkat serta berjinjit, Alya mengikuti Ary menuju ruang bp.

--

"Monyet, buruan kerjain bagian lo."

Kali ini, Alya dan Ary mendapat hadiah.

Hadiah dari hongkong?

Mereka membersihkan gudang sekolah. Alya bagian kanan, Ary bagian kiri.

"Gak, gue ga mau. Tukeran dong Al."

Alya menaikkan alisnya. Baru kali ini, ia melihat Ary merengek manja cem cabe goceng.

"Ogah, buruan."

"Ayolah, Al."

"Nggak."

"Alya cantikkk."

"Apa sih-"

"Aaaaaaaaaaaaa." Ary melompat dan berlari kearah Alya. Ia bersembunyi di belakang Alya, dan mencengkeram bahunya kuat.

"Al, gue takut."

"Takut apa sih? Sakit bego." ucap Alya sambil memukul tangan Ary.

"Ada kecoa, Al." ucap Ary pelan.

"APA?!" Seketika Alya tertawa terbahak-bahak.

Ya siapa sih yang nggak ketawa? Ary sang trouble maker takut ama hewan kecil gituan?

Halah, gue juga takut sih.

Eh, tapi ini cowok gengs. Beda!

"Sial, gausah ketawa, mak lampir."

"Anjing, perut gue sakit."

"Diem, bego. Gue takut beneran."

Alya semakin mengeraskan tawanya.

Kesal, Ary langsung keluar gudang meninggalkan Alya yang masih terbahak-bahak. Ia tak akan menyadarinya, karena Alya menutup matanya saat tertawa.

Aneh? Emang.

Ary mengunci gudangnya. Ia tidak tega, jadinya tetap menunggu Alya didepan gudang yang ia kunci tadi.

Tak lama, terdengar suara gaduh. Alya menggedor-gedor pintu gudang. Ia mengumpat, dan bersumpah akan memberikan 5 kilo kecoa idup buat Ary.

"Woy, babi. Bukain pintunyaaa..."

"Bodo, ngga peduli."

"Gelap disini. Buruan bukaaaa."

"Ogah."

Ary tetap menunggu di depan pintu. Ia akan membukakan pintu saat Alya memohon mohon padanya.

Ary mengernyit heran saat tidak terdengar suara lagi dari dalam. Ia penasaran, lalu membuka pintunya.

"Alya lo kenapa diem -sialll."

Ketika Ary membuka pintu, tanpa diduga Alya yang membawa kursi -untuk mendobrak pintu- laru, sehingga kursi itu menabrak dan mengenai anunya Ary.

"Lo kenapa buka pintu mendadak sih, Ar?!"

"Sakit, monyet." ucap Arya

"Ya sorry, kan gue ngga tau lo buka pintu." Alya hanya menyengir polos.

"Tanggung jawab. Lo udah menghancurkan masa depan gue, bego."

"Bodo amat."

^^
Sorry for the typo(s)
Enjoy it.

January (AI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang