Second

8.1K 465 3
                                    

Alexia POV

Esok harinya, aku bangun dari tidur dan langsung berlarian karena jam sudah menunjukan pukul enam lebih dua puluh dini hari.

Setelah selesai bersiap-siap, aku segera turun ke bawah menuju
ruang makan.

Ibu terlihat sangat cantik dan memasak masakan untuk sarapan pagi, namun terlihat senyuman yang menyimpan akan kesedihan yang mendalam di dalamnya.

"Morning, my mom" sapaku pada ibu yang sangat aku sayangi.

"Halo sayang, ayo cepat makan makananmu" ucap ibu dengan senyuman yang terlihat dipaksakan.

Aku segera duduk di meja makan lalu memasukkan makanan yang telah ibuku buat ke dalam mulutku.

"Drrrttt..." terdengar suara telpon rumahku berbunyi.

Ibu segera berjalan mendekati telpon rumah lalu mengangkat telpon itu.

"Ah iya? Kalau begitu, aku pesan muffin-nya lima puluh untuk toko kecilku" terdengar ucap ibu pada orang di ujung sana.

Setelah selesai makan, aku bangkit dari kursi meja makan menuju ruang tamu.

Aku mengikat tali sepatu dan segera memakai tasku dan bersiap berangkat ke sekolah.

"Ibu! Aku berangkat ya, bu!" seruku memanggil ibu.

"Sebentar, sayang" ucap ibu diiringi langkah kakinya mendekat.

"Ada apa, bu?" tanyaku.

"Bawa ini" jawab ibu sambil menyodorkan sekotak bekal makanan.

"Apa ini, bu?" tanyaku.

"Berbagilah dengan teman-temanmu, Xia" jawab ibu sambil menyunggingkan senyumnya. Senyum yang masih menyimpan kesedihan mendalam.

****

Aku berjalan ke sekolah seperti biasanya. Tiba-tiba sebuah motor mewah yang tak lain adalah motor Alexanto, menghentikan perjalananku.

"Alexanto?" gumamku.

Alexanto melepaskan helm yang ia kenakan, tatapannya kini menatapku dengan lembut.

"Alexia, ayo naik" ajaknya yang langsung membuatku menggeleng.

"Kenapa, Xia?" tanyanya sedikit heran.

"Aku takut mereka..." ucapku terpotong.

"Mereka itu bukan siapa-siapa, apa takutnya kita sama mereka? Kita sama-sama manusia, kan? Dia bukan tuhan, kan? Di mata tuhan, kita semua itu cuma makhluk kecil tidak terkira. Apa yang ngebuat Nichole dan teman-temannya menjadi seperti itu?" ucap Alexanto membuat mataku membulat sempurna. "Lagipula, karma akan datang pada waktunya. Aku yakin suatu hari Nichole akan mendapatkan karmanya" lanjutnya sambil tersenyum.

Aku terdiam sejenak, lalu mengikuti ucapan Alexanto untuk menaiki motornya.

Kami sampai di sekolahan, para gadis memandangiku dengan tatapan iri, sementara para pria memandangiku dengan tatapan 'Hah? Xanto mau-maunya sama cewek abnormal itu'.

Nichole dan kedua temannya datang menghampiri kami yang baru saja turun dari motor.

"Xanto? Jangan bilang kamu naksir cewek kayak dia" cibir Nichole.

"Apaan sih Chole, apapun yang aku lakuin, itu bukan urusanmu!" seru Alexanto. "Oh ya, tentang yang kemarin, kalau kamu berani sekali-kali lagi bersifat seperti itu... Aku tidak akan segan-segan untuk melaporkan kepada polisi" lanjutnya dengan tatapan serius.
Nichole hanya terdiam mendengar ancaman Alexanto.

Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang