lost

3K 244 14
                                    

DIGO

Aku mengurangi kecepatan laju motorku dan dengan mulus memarkirkannya di garasi rumah. Pintu rumah tertutup rapat, mudah-mudahan Bunda tidak menyambut kepulanganku dari sekolah. Bisa gawat jika Bunda melihat aku tidak pulang bersama Sisi.

Aku mematikan mesin motor dan bergegas masuk ke dalam rumah. Perlahan sekali aku melangkah, membuat sesedikit mungkin suara gaduh. Rumah sangat sepi. Aku melangkah masuk dan mendapati si Mbak tengah membersihkan debu dari pajangan-pajangan kristal milik Bunda.

"Mbak?", panggilku pelan.

"Eh, Mas Digo sudah pulang.", jawabnya lalu menghampiriku.

"Iya Mbak. Bunda mana?", tanyaku sambil mengedarkan pandangan ke seluruh rumah.

"Bapak sama Ibu lagi keluar Mas. Baru aja.", jawabnya lugas.

"Oh.", jawabku lega. Bunda tak perlu tahu bahwa Sisi tidak pulang bersama denganku.

"Mbak Sisi nya mana Mas?", tanya si Mbak sambil celingak-celinguk ke arah belakangku.

"Eh, si Mbak jangan bilang sama Bunda, ya. Sisi ngga bareng aku. Dia sama Cliff, pacarnya. Sebentar lagi juga sampe kok.", jawabku mewanti-wanti si Mbak.

"Oh, iya Mas.", jawabnya sambil mengangguk.

"Bener ya, jangan sampe Bunda tau.", ulangku menegaskan.

Si Mbak lalu mengangguk sekali lagi. Aku baru saja akan beranjak ke kamar, saat kemudian terdengar suara klakson mobil dari depan rumah. Aku lantas menghampiri jendela dan mengintip keluar. Mobil Cliff berhenti perlahan tepat di depan pagar.

"Mbak, tolong taro tas saya di kamar ya.", kataku sambil mengulurkan tasku pada si Mbak.

Si Mbak mengangguk lagi, lalu bergegas menuju kamarku dengan tasku di tangannya. Aku pun membuka pintu dan melangkah keluar, menghampiri Sisi dan Cliff yang tengah memasuki pagar. Mereka tampak sedang berbincang akrab, sesekali tertawa dengan senyum yang tak lekang dari wajah Sisi.

"Eh, udah sampe lo? Kirain masih nganter Mala.", kata Sisi saat menatapku.

"Udah. Gue kan naik motor. Jadi cepet.", jawabku singkat.

"Mampir dulu Cliff?!", tawarku pada Cliff.

"Eh, ngga usah 'Go. Gue cuma mau nanya, kira-kira kalo Sisi berangkat dan pulang sekolah sama gue, gimana? Jadi lo bisa bareng Mala.", tanya Cliff padaku.

Aku terdiam sejenak, lalu melempar pandangan pada Sisi yang juga tampak bingung mendengar kalimat Cliff barusan.

"Hmm, gimana ya? Mesti nanya Bunda dulu sih.", jawabku jujur, namun kuakui memang ada sedikit rasa keberatan dalam kalimatku.

"Gitu ya? Apa gue mesti ngomong langsung? Minta ijin gitu?", tanya Cliff.

Kuakui dia berani juga, dan terdengar sangat serius menjaga Sisi sampai dia ingin meminta ijin pada Bunda untuk bisa mengantar jemput Sisi ke sekolah.

"Nanti gue coba ngomong sama Bunda deh. Mungkin gue bisa kasih beberapa alasan biar Sisi bisa pulang dan pergi sama lo. Lagipula kan gue juga udah ada Mala. Mungkin gue juga bisa anter jemput Mala.", jelasku panjang lebar.

"Bener nih? Thank you ya 'Go. Tolong kabarin gue kalo emang nyokap kasih ijin.", jawab Cliff tampak lega.

"Sip.", jawabku cepat.

"Aku pulang dulu, ya.", kata Cliff sambil menoleh pada Sisi.

Sisi mengangguk sambil tersenyum.

"Makasih ya udah nganterin aku.", jawab Sisi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 26, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TWINSWhere stories live. Discover now