a new comer

3.1K 290 2
                                    

SISI

Cuaca di hari Minggu siang ini begitu terik. Bunda sedang pergi dengan teman-teman arisannya. Sementara Ayah memang sedang berada di London sampai dua bulan kedepan untuk mengurusi bisnisnya. Karena terlalu bosan di rumah, aku mengajak Digo untuk pergi. Aku memulai drama panjang, merengek-rengek dan menarik-narik kaosnya, Digo akhirnya beranjak dari garasi dan meninggalkan motor tuanya yang entah sudah berapa lama diutak-atiknya itu. Sampai sekarang aku tidak mengerti apa gunanya melakukan entah apa pada motor itu. Sementara motor sport yang biasa dipakainya ke sekolah justru masih bagus dan tidak perlu diutak-atik.

"Ini namanya hobby.", seloroh Digo masih sibuk dengan entah obeng atau apa di tangannya.

Aku mendudukkan diriku di lantai, tepat disampingnya, lalu menarik-narik tepi kaosnya.

"Jalan yuk!", ajakku akhirnya.

"Jalan kemana?", tanya Digo tanpa menoleh padaku.

"Kemana kek.. Boseeeeeeen..", gerutuku masih sambil menggenggam tepi kaosnya.

"Panas tuh, ngga liat mataharinya kayak gitu? Males ah.", ucap Digo sambil mengedikkan kepalanya ke arah pintu garasi yang terbuka sebagian.

"Yaa.. Ke tempat adem ajaaa.. Ayo dong.. Boseeeeenn..", tambahku lagi.

"Kemana? Ke mall? Ngga bosen-bosen sih, lo ke mall.", seloroh Digo.

"Ke toko buku kek.. Ke mana kek.. Atau kita nonton aja, gimana?", ucapku berusaha memberinya banyak opsi.

"Nonton apaan?", tanya Digo datar.

"Apaan kek.. Ayolah..", rengekku lantas menarik-narik kaosnya yang berlepotan oli mesin.

Digo bergeming, masih sibuk dengan motor tua itu.

"Nonton Allegiant aja, gimana?", tanyaku akhirnya teringat betapa kembaranku ini menyukai Shailene Woodley.

"Emang udah tayang?", tanyanya lagi, masih sambil mengutak-atik motornya.

"Udah. Kemaren. Ayoooo..", rengekku lagi.

Digo akhirnya menghentikan aktivitasnya. Ia menurunkan tangannya yang masih memegang perkakas motor, lalu menoleh ke arahku. Ia menghela napas panjang sambil menatapku. Aku lantas memasang wajah memelas sambil mengedip-ngedipkan kedua mataku.

"Hadeh.. Iya, iya.", katanya sambil meletakkan perkakas di tangannya kembali ke kotak peralatan lantas bangkit berdiri.

"Yeeeeeeey!!!", teriakku senang sambil bangkit dari lantai.

Digo menoleh dan tertawa melihatku yang bersorak kegirangan.

"Hahaha. Norak lo, gitu aja teriak-teriak. Yaudah, gue mandi dulu ya, mbemm..", ucapnya lalu mengulurkan tangan kanannya dan menangkup kedua pipiku, meninggalkan noda oli di kedua pipiku.

"DIGOOOOOOO!!! Meper lagi loooooo!", omelku ketika Digo lantas berlari meninggalkan aku yang masih berdiri di garasi sambil menghapus noda hitam dari pipiku.

***

Aku sibuk menyusuri buku demi buku di rak novel fiksi. Sementara Digo mungkin masih berada di area bioskop, karena tadi dia sendiri yang memilih untuk membeli terlebih dahulu tiket nontonnya. Seperti yang kubilang dia takkan menolak menonton Shailene Woodley.

Aku sudah menggenggam satu buku di tanganku, sementara aku masih menimbang satu diantara dua buku lain yang cukup menarik minatku. Aku sampai tidak memperhatikan sekelilingku, bahkan aku tidak sadar ada seseorang memperhatikanku sejak tadi.

TWINSWhere stories live. Discover now