Chapter 1 : As Always

Start from the beginning
                                        

Mungkin aku sudah menunggu sekitar satu jam sejak aku membangunkannya. Kurasa Jeonghan juga sudah siap. Ia sudah mulai menata tasnya. Ini bukan kencan, aku hanya memintanya untuk menemaniku ke perpustakaan pusat untuk meminjam beberapa buku bahan skripsiku. Yah, kami memang mahasiswa tingkat akhir. Aku di jurusan bisnis dan Jeonghan di jurusan seni. Kurasa dia pantas saja di bidang itu, sejak kecil ia memang pandai menggambar dan itu selalu saja membuatku terpukau. Dia cantik, kreatif, dan menawan. Hanya saja laki-laki.

"Kau melamun terus. Kapan kita berangkat?"

Kulihat ia sudah memakai topi fedora hitam kesayangannya. Ah.. itu hadiahku dulu. Aku bangkit dari kasur dan tersenyum. Berjalan menuju pintu dan menginstruksikan agar dia mengikutiku.

Jeonghan POV

Kami sudah tiba di perpustakaan beberapa menit yang lalu dan Seungcheol sudah berputar-putar mencari buku-bukunya. Tapi entah mengapa jantungku masih tak karuan. Dia tadi memelukku dan mencium rambutku. Kurasa ia tak mengerti bagaimana perasaanku yang sesungguhnya. Walaupun aku senang, aku berusaha tak melewati batas kami. Kami sahabat.

Pandanganku teralih pada sudut ruangan dekat jendela dengan kursi yang nyaman. Kurasa aku dapat mengerjakan ilustrasi yang ayah pesan. Aku memang mahasiswa tingkat akhir, tapi nantinya aku juga akan bekerja sebagai ilustrator di kantor ayahku. Kupandangi perpustakaan itu dari kursi nyaman dan mulai ku buka buku sketsaku, mencari-cari objek yang bagus untuk digambar.

Sudah hampir beberapa menit aku mengamati ruangan dari sudut itu. Namun tak juga ku temukan inspirasi ataupun objek yang pantas kugambar. Kulihat Seungcheol yang baru saja duduk di sebelahku membaca bukunya dengan seksama. Menggarisi beberapa kalimat dengan pensil lalu menyalinnya dalam bukunya. Tipikal mahasiswa bisnis rajin yang ingin cepat lulus. Aku hanya bisa mengamatinya tapi aku merasa ada sesuatu yang indah dari diamnya. Ku ambil buku sketsaku dan kuputuskan untuk menggambarnya. Ku pastikan ia tak melihatku yang sedang menggambarnya. Dari sudut ini, ia sangat tampan. Mata indahnya memandang lembut namun serius. Aku sangat suka pandangan itu.

Sejam mungkin dua jam, aku menyelesaikan sketsaku. Ku foto dan ku kirim pada ayah dengan subyek Kamu. Ayah sangat mengenal Seungcheol, jadi kurasa ia tidak heran jika sebagian ilustrasi yang ku kirim mengenai Seungcheol. Kututup buku sketsaku dan memasukan kembali ke tasku.

"Hannie, apa kau mengirim pesan ke appa?"

Aku mengangguk pelan, kurasa dia mengamatiku. Aku hanya berharap ia tak sadar aku telah mengirim ilustrasiku tentangnya.

"Appa kapan ke Amerika? Appaku bilang kalau Yoon ahjussi akan ke Amerika."

Ah... aku baru ingat. Ayah bilang minggu ini ia akan datang.

"Minggu ini... tapi entah kapan."

Seungcheol hanya mengangguk pelan. Kurasa ia rindu ayahku. Yah.. mereka memang dekat dan ayah menganggap Seungcheol sebagai anaknya sendiri. Mereka semakin dekat sejak orang tua Seungcheol memutuskan untuk menetap di Hong Kong karena pekerjaan dan aku serta Seungcheol memilih ke Amerika untuk melanjutkan sekolah beberapa tahun yang lalu. Kalau ayah datang, kami akan berkumpul di rumahku. Begitu juga Seungcheol. Kami menghabiskan waktu bersama.

Sejak pesanku ke ayah satu jam yang lalu, aku tak menerima balasan apapun. Kurasa ada sesuatu yang mengganjal. Ku tarik baju Seungcheol. Bergelayut manja mengganggu konsentrasinya. Ia menoleh ke arahku.

"Seung-ah.. ayo kita pulang. Firasatku appa baru saja sampai. Ia tak membalas pesanku sejak tadi."

Seungcheol pun terdiam dan merapikan buku-bukunya. Mengambil beberapa buku yang belum sempat ia baca lalu membawa ke petugas untuk meminjamnya. Firasatku benar-benar mengatakan kalau ayah sudah di rumah. Bukannya aku takut ayah marah atau bagaimana, hanya saja tadi pagi aku mengunci pintu rumahku. Ayah tentu tak akan bisa masuk.

Langsung saja aku menyambar lengan Seungcheol dan mentautkan jari kami. Kami berlari dan aku mengabaikan jantungku yang berdetak kencang selama tanganku menggandeng tangan Seungcheol. Pikiranku hanya kita cepat sampai dan dapat membukakan pintu untuk ayah.

Setelah beberapa menit kami berlari, aku dapat melihat ayahku yang terduduk di tangga rumah. Firasatku benar. Aku berlari sekuat tenaga dan memeluk ayahku.

"Appa!!!"

Aku memeluknya erat. Sudah sekitar 2 tahun aku tak menemui ayahku karena kami berada di negara orang. Ayah hanya tertawa melihat tingkahku yang kekanakan.

"Appa"

Suara berat nan dalam Seungcheol mengejutkanku. Dia tersenyum dan menatap teduh. Ah... matanya benar-benar menenangkan. Ayah menghampiri Seungcheol dan mengatakan bahwa Seungcheol semakin tampan. Aku pun hanya bisa tersenyum, tak menampik perkataan ayahku.

"Seungcheollie, kau malam ini temani Appa dan Hannie. Appa kangen dengan kalian."

Kata ayah sambil mengacak-acak rambut Seungcheol yang disambut dengan senyum khasnya. Senyum lebar yang menunjukkan gusi dan deretan gigi indahnya. Ayah mengajak kami masuk dan tanpa ragu sahabatku ini mengikuti ayah. Kurasa mereka benar-benar cocok dan... mungkin malam ini akan terasa sangat berbeda. Mungkin akan jauh lebih menyenangkan.

***

Makasih banget buat yang udah baca chapter 1 ^^
Oiya, cerita kali ini cuma sebagai prolog dari cerita besar yang Author buat
Perjalanan kisah mereka masih sangat panjang
Semoga kalian betah dan sabar menunggu :')
Jangan lupa Vommentnya ;)

Only You 「COMPLETE」Where stories live. Discover now