PROLOG

17K 1.2K 152
                                    

26 Juni 2006


"eh, jangan temenin dia yah! masa namanya kayak anak laki-laki!" mata Karel sudah berkaca-kaca saat salah satu teman bus jemputannya meneriakinya dari arah depan.

disusul dengan gelak tawa dari kebanyakan anak laki-laki yang berada satu bus dengannya.

"kamu gak boleh gitu sama temen aku! emangnya kenapa kalo nama dia kayak anak cowok?" tanya seorang anak laki-laki yang duduk di samping Karel. "nanti gedenya dia jagoan kayak cowok tau!"

si bocah yang mengolok nama Karel tidak tinggal diam. ia membalas pembelaan dari teman Karel tersebut. "ah, kamu bilang gitu karna sering dikasih permen aja sama Mama-nya dia! coba kalo enggak, pasti kamu gak mau temenan sama dia!"

si anak cowok yang duduk di samping Karel menyipitkan matanya. membantah tuduhan tersebut. "kata siapa? kalo aku cuma mau permen dari mama-nya, aku pasti gak mau ngasih bekel aku yang dari Mama aku ke dia."

perdebatan kedua anak itu berhenti ketika seorang guru datang menghampiri dan menasehati keduanya. Karel yang hanya diam, ikut dinasehati oleh sang guru. 

tak lama setelah itu, bus yang mereka tumpangi sampai di sekolah. Karel yang  berdampingan dengan anak laki-laki yang membelanya tadi, langsung mengajaknya berbicara sambil berjalan. "eh kamu, makasih ya."

anak laki-laki itu hanya mengangguk sambil tersenyum. "iya sama-sama! kamu jangan nangis dong, nanti kakak aku ngiranya, aku yang nangisin kamu. mama aku bisa marah nanti kalo aku nangisin kamu."

karel tersenyum. teman bermainnya ini memang sering mengejeknya juga karna namanya seperti anak laki-laki. tapi, ia pasti akan membela Karel kalau ada anak lain yang mengganggu Karel. "iya deh. makasih! tapi kamu janji ya, kalo meleka nakalin aku lagi, kamu bantuin aku," ucap Karel. "aku takut kalo sendilian."

anak laki-laki itu mengacungkan jempolnya sambil tersenyum. janjinya terhadap Karel akan ia tepati. "janji. tapi kamu bilang ke mama aku ya, jangan bawain aku bekel lagi. kan aku udah SD. masa masih dibawain bekel sih? kan malu sama temen-temen."

"yaudah, bekel kamu buat aku aja. Mami aku kan gak suka bawain bekel."

"oke deh."


****


Karel dengan raut wajah yang ceria melangkahkan kakinya lebar-lebar. tak sabar ingin bertemu dengan sahabatnya.

seperti biasa, mereka akan bertemu di rumah Karel atau di rumah anak laki-laki itu. namun nampaknya, siang ini adalah giliran rumah anak laki-laki itu yang dijadikan tempat bermain bagi keduanya. "tante alaaa! tante!" Karel memanggil nama ibu dari bocah laki-laki tersebut.

tak lama, yang dipanggil pun keluar dengan raut wajah yang sedih. Karel tahu itu.

"tante, kok tante nangis sih? dijahilin sama anak nakal ya?" dengan polosnya, Karel bertanya.

tante Ara hanya menggeleng sambil mengusap sisa air matanya. kemudian, ia berjongkok dan membelai pipi Karel lembut. "tante besok pindah sayang."

karel diam. otaknya yang masih belum bisa berfikir sempurna tidak dapat mengerti alur pembicaraan tante Ara. "tante pindahnya sama Ado?"

yang ditanya mengangguk.

karel juga ikut mengangguk. "pindah kemana? enggak jauh kan? nanti Ado masih bisa main baleng sama Alel kan?" tanyanya. "Ado sekarang mana? Aku mau main congklak sama dia."

tante ara cuma bisa menarik nafasnya panjang sambil memegangi pundak Karel. "Ado udah pindah sayang, maaf ya, Ado-nya gabisa pamit sama kamu. buru-buru."

Karel masih mengangguk sambil membulatkan mulutnya. tatapan polos dari Karel membuat Ara ingin memeluk anak perempuan itu.

"gapapa tante, besok aku ketemu sama Ado aja di sekolah." Karel dengan semangat, membalas ucapan Ara.

Ara mendekap Karel dalam pelukannya. dalam hati, ia tak tega melihat putri kecil dari temannya tersebut. "Ado-nya juga pindah sekolah. kamu udah gabisa ketemu Ado lagi."

dari situ, Karel untuk pertama kalinya, merasa sendirian, takut, dan sedih karna di tinggal sahabat baiknya. ia bingung, siapa yang akan membelanya lagi saat anak nakal di sekolahnya mengolok-olok dirinya. ia juga kehilangan sosok teman yang sering membuatnya menangis dan tertawa.

namun pada saat itu, Karel masih terlalu polos, lugu, serta terlalu kecil untuk mengerti dengan sempurna dari arti kehilangan yang sebenarnya.

 

selamat siang wahai readersku yang baik hatinya! yaps! jangan kaget kalo kalian dapet notifikasi SFC Prolog update yach! aku lagi ingin mengedit dan memperbaharui beberapa part dari Stranger From Chatous ini.

kenawhyyy gitu Thor kok di perbaharui?

pertanyaan simple tapi bikin aku mikir panjang banget nih sebenernya. kalian tau kan, ada beberapa hal disini yang terkait sama masa kecilnya Karel? nahhh i just wanna make it clear. because, kalo aku re-read lagi SFC, ada beberapa bagian yang syulit dicerna. kayak, maksud yang sebenernya ingin aku sampaikan di cerita ini tuh gak tersampaikan secara sempurna gitu ke readersku.

contoh, Thor kok aku gak ngerti yah kok tiba-tiba si ini tuh ternyata begini-begini. terus si ini tuh katanya gak inget gini-gini gini di part sebelumnya.

well, thats the point! aku akan memperbaharui cerita ini agar lebih gampang dimengerti. jujur sih, aku pas nulis ini cerita, kayak gambling. kenapa sih kok gambling? ya gambling aja, di bab sebelumnya aku gamau bikin cerita ini tuh kayak gini-gini-gini. tapi pas nulis bab setelahnya, aku kayak mikir, eh tapi kalo gini tuh bagus juga.

jadi ada beberapa hal yang komitmennya patut untuk dipertanyakan.

so, i decided to edit beberapa part yang sekiranya agak tidak komit pada plot yang ingin aku sampaikan. and there you go, i started it from the prolog. so enjoyy!

Stranger From ChatousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang