"Eh, cepetan ke labas. Kita tanding lawan garuda sekarang!" Seru Revan yang langsung bangkit dari tempat duduknya.

"SOMAY GUE GIMANA EPAN?!" Palak Kara.

Revan meringis, "Abis gue tanding deh. Ya? Dua porsi buat lo." Bujuk Revan.

"Ngga. Maunya satu porsi aja tapi tambah ketoprak ya, Van?"

"Iyadeh. Asal lo harus jadi pendukung gue ya?"

Gadis itu tertawa, "Tiap saat gue jadi pendukung lo, Van. Gue semangatin di pinggir lapangan. Gue duluan booking tempat di labas!" Kata Kara sambil membalikan tubuhnya. Bermaksud untuk meninggalkan kantin.

"Eh, Ra!" Panggil Revan yang membuat Kara kembali membalikkan tubuhnya lagi. "Nih, roti buat lo. Biar lo gak pingsan nanti." Kata Revan diikuti gerakan tangannya yang memberikan sebuah roti.

Kara mengambilnya disertai senyuman manisnya. "Makasih ya, Van." Ucapnya seraya berlalu.

Menuju lapangan basket sekolahnya yang seringkali disebut 'Labas'.

》》》

Suara riuh para penonton menggema di lapangan basket indoor SMA Cendrawasih. Para pendukung dari masing-masing sekolah sudah bersiap di tribun. Menyiapkan berbagai slogan dukungan untuk mendukung sekolah mereka masing-masing.

"CENDRAAAA!!" Teriak para murid Cendrawasih yang sudah memadati tribun di pinggir lapangan.

"GARUDAA!!" Balas para murid Garuda yang tak mau kalah.

Di barisan paling depan, terdapat gadis cantik berambut cokelat sebahu yang tengah tersenyum. Melambaikan tangannya ke arah lelaki yang sudah berada di tengah lapangan. Lelaki itu tersenyum kemudian membalas lambaian tangan itu.

"Semangat Epan!!" Suara nyaring milik Kara itu membangkitkan semangat yang ada direlung jiwanya.

Seakan mendapatkan pasokan energi yang banyak, Revan langsung tersenyum sangat lebar.

Pertama kalinya, seorang Revan Hadinata menebar senyumnya di tengah lapangan. Tentunya senyuman itu untuk Kara dan hanya untuk Kara. Bukan yang lainnya. Namun ada saja beberapa murid yang kegeeran karena melihat senyum Revan itu.

"REVANN SEMANGAT!" Teriak Kara yang bersemangat sekali.

Kekuatan batin seakan menyatukan keduanya. Saling memberi dorongan semangat yang kuat. Saling merasakan apa yang tengah dirasakan. Mereka pantas untuk dipertemukan oleh semesta.

Mata Kara berbinar saat melihat Revan menge-shoot bola basketnya ke ring dan bingo! Tepat sasaran. Revan tersenyum tipis saat berhasil mencetak enam angka di awal permainan.

Seketika, Kara tersenyum miris. Setahun lalu, Tuan Penebar Tawa yang berada di posisi Revan. Memasukan bola basket ke dalam ring, hingga mencetak banyak angka. Membawa kemenangan bagi Cendrawasih.

Kini, itu hanyalah kenangan. Kenangan yang terkubur bersamanya di bawah tanah.

"Ra? Kenapa? Keinget lagi?" Tanya Milea yang seakan terbawa juga oleh suasana tahun lalu.

Yang ditanyapun menengok ke arah Milea seraya mengangguk dan memberikan seulas senyuman tipis.

"Kalo kaya gini, gue jadi keinget cerita nyokap pas masa SMAnya deh." Ia mengalihkan topik seraya memberikan kekehan pelan.

Milea tersenyum menatap Kara yang sepertinya, sedang menahan air matanya. "Gue tau, mengikhlaskan itu bukan hal yang mudah, Ra. Tapi, usaha terus ya buat ikhlas. Biarin sang kapten basket kebanggaan kita tenang disana." Nasihat Milea.

Kara mengangguk kemudian kembali memperhatikan pertandingan basket itu.

Selang lima belas menit kemudian, Kara tersenyum bangga. Revan berhasil mencetak banyak angka. Membawa Cendrawasih ke gerbang kemenangan.

Sejurus kemudian, Kara berlari menghampiri Revan yang tengah mengelap keringatnya. Memeluk Revan dengan rasa bangga yang menyeruak di rongga dadanya. Membuat Revan kaget dengan pelukan tiba-tiba ini.

"Selamat Evan!"

Sedetik kemudian, Revan menampakkan senyumnya. Senyum bahagianya. "Ra, peluknya tunda dulu, ya? Gue keringetan. Gak enak dipeluk orang cantik gini." Desis Revan.

Kara semakin tersenyum setelah mendengar perkataan Revan. Sebisa mungkin ia menyembunyikan senyumnya di dada bidang milik Revan.

"No problem." Sahut Kara dengan pelan.

Sejurus kemudian, Revan membalas pelukan Kara dengan tak kalah erat. Seakan meminta semesta agar tak memisahkannya dengan gadis periang ini.

Ibaratnya, Kara adalah oksigen yang Revan miliki.

a.n

Comment bawel ditunggu ya hehe

Hujan & Semesta [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang