Ya kadang Arkan sama Gibran suka berantem gak jelas ngerebutin Milea. Sampe mereka pernah taruhan tapi kegep sama Milea akhirnya Milea puasa ngomong sampe sebulan sama mereka berdua.

Ya tapi kesamaan diantara mereka berempat ini adalah mereka sama-sama ganteng.

Ngomong-ngomong, percuma kalo gue bacot begini kapan gue makannya?

"Le, gue mager kesitu." Kataku ke Milea yang tengah terdiam ngelatin kerumunan abe. Serius, ini abe bukan cabe karena cabe terlalu mainstream.

Ponselku tiba-tiba bergetar. Pertanda bahwa ada sebuah pesan masuk. Yaela kalo bukan bokap nyokap paling si Revan.

Kan bener Revan ngeline.

Revan Hadinata : Sini anjir

Kara Valera : Males anjir

Kara Valera : Rame

Kara Valera : Nanti kalo gue masuk situ trs sesek nafas keabisan oksigen trs mati gmn?

Revan Hadinata : Y peduli amat w

Revan Hadinata : Gue beliin somay deh asal lo pura2 jadi pacar gue

Revan Hadinata : Janji deh. Plis bantu gue ra

Setelah mendapat tatapan mata tajam dari Revan, udah dah gue gak berani buat nantangin adu bacot di line lagi. Akhirnya gue jalan ke arah kerumunan itu.

Mau gak mau. Ini demi siomay gratis. Kalo gaada siomay juga gue mana mau nyamperin dia.

Author Pov

Akhirnya demi siomay gratis yang Revan janjikan, Kara berjalan ke arah kerumunan itu dengan ogah-ogahan. Menatap seluruh siswi genit dengan tatapan matanya yang tajam.

"Misi ya, misi tante." Kara meminta izin untuk melewati mereka dan menyindir mereka secara terang-terangan.

Sungguh, Kara muak dengan penampilan mereka. Memakai make-up tebal di sekolah. Lalu tebar pesona. Cih, andai Kara bisa memusnahkan mereka.

Di ujung sana, Revan tengah tersenyum seraya menatap Kara dengan lekat. Kemudian berjalan menghampiri Kara dan merangkulnya. "Maaf ya, gue udah punya pacar. Kara pacar gue. Jadi, tolong jangan ganjen sama gue. Makasih." Kata Revan diiringi wajah datarnya.

"Sejak kapan kalian pacaran?" Tanya salah satu fans-nya empat primadona sekolah itu.

"Lo gak perlu tau." Jawab Revan. "Sorry."

Terdengar decakan kesal terlontar begitu saja dari mulut mereka. Perlahan, membalikan tubuh dan berjalan menjauhi meja itu.

Terdengar helaan nafas lega dari Revan, Ardian, Gibran dan Arkan. "Njir, lega banget gue. Terbebas dari mereka. Pengap anjir." Keluh Arkan seraya mengipas-ngipaskan bungkusan gorengan di hadapannya.

"Jadi, kemaren lo mau bantuan ke gue itu buat pura-pura jadi pacar lo, Van?" Tanya Kara setengah berbisik.

Revan mengangguk dan tersenyum kikuk. Setelahnya ia melirik jam tangannya dan menepuk keningnya pelan.

Hujan & Semesta [completed]Where stories live. Discover now