***

Aku dan Fitri tengah duduk di tengah kerumunan lautan manusia sekarang. Aku menganga ditempatku duduk saat Fitri mengajakku kemari, aku tidak menyangka jika acara amal kali ini digelar begitu besar. Ya Tuhan, kukira acara ini digelar biasa saja. Tapi ternyata mereka juga membuka acara pelelangan. Dan disamping kanan dan kiri kami sudah duduk orang-orang berpakaian rapi yang mengikuti acara pelelangan.

"Emangnya kamu mau ikut pelelangan, Fit?". Tanyaku pada Fitri yang tengah membawa papan nomor entah digunakan untuk apa, aku belum pernah mengetahui acara ini sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya aku mengikuti acara ini, meskipun Fitri pernah bilang bahwa kegiatan ini diadakan setiap tahun. Astaga? Kemana saja diriku selama tiga tahun ini?.

Fitri menunjuk ke arah panggung, menunjuk sebuah perhiasan. Kalung. Kalung itu bergambar merak, disekeliling ekor merak yang mekar itu terdapat berlian berwarna-warni yang menempel disana. Mataku berbinar melihatnya tetapi kemudian aku bergidik. "Itu Asli?".

Fitri mengangguk mantab. Aku tak mau membayangkan berapa uang yang harus dikeluarkan Fitri untuk memiliki kalung itu, aku tidak mau mengatakannya tapi yang harus kalian tahu. Bahkan Fitri jarang memiliki uang tunai didompetnya, semuanya kartu debit dan kredit. Astaga, aku tidak mau menghitung kekayaan orang tua Fitri itu membuatku pusing.

Sudah beberapa barang telah dilelang, bahkan Mug yang katanya pernah dipakai putra mahkota kerajaan solo dibawa kesini. Membuatku berpikir dari mana mereka mendapatkan itu?

Dan kini mereka membawa kalung itu, kalung berlian begambar merak yang diinginkan Firtri. Kulirik Fitri tersenyum melihatnya tangannya pun sudah gatal ingin mengangkat papan yang digenggamnya. Kini aku tahu apa gunanya papan berisi nomor itu, itu memudahkan mereka memilih pelelang yang ingin mengajukan harga yang diinginkan mereka.

"Baiklah. Akan saya perkenalkan sedikit tentang kalung ini.. kalung ini ditemukan beberapa tahun lalu terpendam dibawah gowa di sumatera, masih tersimpan rapi didalam Gentong yang terkubur bersama kalung ini....". Begitulah kira-kira penuturan MC yang menjelaskan asal-usul berlian itu. Aku sudah tidak bisa memikirkan apa-apa lagi. Astagaa bisa kalian bayangkan harganya? Itu indah, sangat sangat indah. Aku akan berpikir dua kali jika ingin mendapatkannya. Mungkin saja uang sakuku selama tiga tahun tidak akan cukup untuk mendapatkannya.

"Dua ratus juta!". Teriak Fitri disampingku sambil mengangkat papan nomornya. Kepalaku pening membayangkan seberapa banyak uang dua ratus juta. Aku tidak cocok berada disini. Bertepatan saat aku berdiri terdengar suara tembakan yang membuat kerumunan manusia itu berteriak histeris dan berlarian tak tentu arah.

Aku ingin segera pergi dari situ saat semua keributan itu semakin menjadi, suara tembakan-tembakan itu semakin lama semakin intens terdengar. Aku menjerit ditempat memanggil seluruh keluargaku, air mataku sudah tak bisa kutahan lagi. Aku ingin lari tapi kerumunan massa ini membuat langkahku terhenti. Aku terjebak. Dan bodohnya aku hanya menangis.

"Hiks... minggir!!!". Teriakku ketakutan, dan semua orang tidak memperdulikanku mereka tetap saja mendesakku. Mereka memikirkan keselamatan mereka sendiri, membuat dadaku terasa sesak. Teriakan dan tangisan terdengar di seluruh penujuru. Membuat kepalaku kembali terasa pusing. Aku akan ambruk saat seseorang menahanku dan mengangkat tubuhku. Wangi tubuh orang ini sangat menenangkan saat aku menghirupnya dan Saat itupun semua duniaku terasa gelap.

***

Nafasku terasa mendesak dan aku menghirupnya dalam-dalam membuat dadaku kembali sesak. Saat kusadari aku telah membuka mata dengan nafas yang terengah-engah. Menyadari sesuatu jika ini bukanlah tempat yang kukenal, aku segera bangun dari tidurku. Membuatku menyadari ada sesuatu yang menempel dihidungku dan merasakan jarum yang menusuk di tangan kiriku.

The POLiCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang