~4~ "You are Fine"

24 1 0
                                    

Vannessa's P.O.V

".....uh.." gertu Kiry menungguk air, aku melihatnya, gerumungnya membuatku berfikir berulang kali, kenapa dia sakit..? Kapan dia sembuh? Apa dia menderita..?

"Kau akan baik-baik saja.." seru Tera sambil mengelus kepala Kiry yang berkeringat, sedangkan diriku mulai melihat beberapa pasang roti coklat yang terbeli oleh uang yang kami miliki. Serta, beberapa koin dan uang kertas yang tersisa disakuku.

Sesekali aku melihat Ellia, terus saja dia menyatuh dengan kegelapan untuk memperkuat dirinya, aku tetap bertanya-tanya? Kebenaran yang menanti kami berdua, aku ingin membiarkannya pergi.. namun dia terikat denganku, jika aku bisa hendaklah aku membebaskannya, menjadi seseorang, menjadi sahabat, menjadi saudara..

"Vanne?" Sesaat panggilan Tera menyadarkanku dari pikiran jenuhku, aku melihatnya memberi sinyal untukku mendekat.

"Kiry..? Kau baik-baik saja..?" Tanyaku lembut, disaat seperti ini dia tersenyum dan mulai mengerakan bibir pucatnya.

"..apa kau ingin makan?" Tanyaku lagi sambil mengorek-orek isi kantung plastik yang berisi roti, dia mengelengkan kepalanya, aku merendah dan duduk disampingnya, dia mencium pipiku, membuatku menyadari betapa menderitanya ia.

Sesaat bagaikan ideologi, aku terbius oleh sedikit kasihnya, membuatku melihat kenangannya sedikit. Membuatku melihat keluarga yang mungkin miliknya, teman-temannya, atau cerah candanya.

"Kiry..?" Tanya Tera melihat keadaan Kiry, tubuhnya gemetar cepat, napasnya terengang-engang, kejang-kejangpun terlihat darinya, aku langsung memeluknya erat, dia terlihat tidak bisa melihat jelas. Sementara Tera disampingku kebingungan setengah gila, tidak tahu apa yang harus dilakukan, kami tidak memiliki obat atau apapun menyebabkan kami sama sekali tidak dapat menolongnya.

"ELLIA!!!" Hentakanku berteriak, walau apa yang kulakukan akan sia-sia, setidaknya Ellia.. dia dapat melakukan sesuatukan..? Ia mendekat bayangan itu memeluk tubuh Kiry, membuatnya sekali lagi terapung-apung di udara. Aku menangis dan Tera menangis, walaupun begitu aku tau Ellia ingin menangis walau tidak bisa.

"Va-Vannessa.. to-..long... tolon..g ban--.. tu Kiry.." aku mendengarkan suara rintian jering Tera, membuat remasan yang meremukan hatiku juga, setelah beberapa menit akhirnya Ellia melepaskan Kiry, terlihat tubuhnya menenang. Aku dan Tera sigap melihat tubuh anak kecil itu, tubuh yang lemah dan rusak yang menyiksanya.

"..Kiry...?" Panggil Tera pelan mengangkat kepala Kiry dengan tenaganya yang terasa gemetaran.

".....Uhuk.. Uhuk..." terlihat serakan-serakan batukan Kiry, kami melihatnya sadar.. namun dengan darah tersebar di seluruh mulutnya. Bagaimana ini..? Aku mengelapi darah itu dengan tanganku dan kain yang menutupi tanganku, terus saja ringisan terdengan dari mulutku yang tak berhenti bergetar, aku memekam bibirku berkali-kali, namun Elliapun bukan dewa..

"..Ka..ka..k.." disana suaranya menciut, aku melihat Tera dengan mata penuh dengan embun, dia terlihat pasrah kebingungan. Aku tidak bisa apa-apa, semua adalah salahku karena tidak membantu lebih keras.. andai saja aku bisa memiliki uang untuk membawa obat setidaknya untuk Kiry, mungkin aku.. aku.. aku..

"....Vann?"

"A..m..?" Aku melihat kearah belakang, dibelakangku berdiri Simon dengan tampilan kebingungan, dia melangkah mendekati kami, disana Kiry terus melihat kearah langit-langit dengan mata terbuka, aku menatap Simon dengan wajah orang tidak bisa apa-apa, wajah sengsara, dan wajah yang menjijikkan, aku terlihat bagaikan bajingan-bajingan dijalanan yang tidak tahu diri, berusaha menjadi penolong.

"..ada apa ini?!" Tanya Simon kebingungan mendekat, sementara Tera berusaha tidak menyadari kehadiran Simon sama sekali dan terus mengenggan tangan Kiry dan mengelus kepalanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 13, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

(Not) Mine ShadowWhere stories live. Discover now