I love u princess 15 of 4-3

2.5K 28 1
                                    

"Maafkan hamba pangeran Alfado, hamba tidak berani berbohong" Paman Gheral memandang lurus lawan bicaranya.

"Lancang, menyerahlah kalian sekarang juga" geram pria itu.

"Tangkap mereka!!"

Pria itu berteriak, sesaat empat pengawalnya nampak kaget lalu segera maju menyerang dengan cepat.

Paman Gheral berusaha secepat mungkin menarik pedang dari sarungnya.

"Pangeran lindungi princess!"

Paman gheral berseru, Alex mengeluarkan pedangnya kemudian segera berdiri melindungi Evelyn.

Pria itu tertawa melihat sikap Alex yang waspada.

"Anak muda, serahkan gadis itu padaku"

Pria itu berjalan perlahan, suara tawanya menggema.

Alex menatap tajam ke arah pria itu, hatinya sakit bercampur rindu melihat wajah pamannya yang sangat mirip dengan lukisan ayah kandungnya.

"Langkahi dulu aku"

Alex berkata dingin, matanya menatap tajam.

Pria itu kembali tertawa, kemudian mengeluarkan pedangnya.

"Cih, aku tidak suka di bantah"

Pedang mereka beradu, Evelyn duduk meringkuk sambil menangis.

Alex berusaha menangkis dan menyerang pria yang sangat mirip dengan ayahnya ini.

"Katakan, siapa kau sebenarnya?"

Pria itu terus mendesak, Alex hanya menanggapinya dengan diam.

Semakin lama bertarung Alex semakin mengalah, konsentrasinya hilang karena timbul perasaan ragu dan rindu di hatinya. Wajah pria itu membuatnya terus teringat akan ayah kandungnya.

Alex kaget pedangnya telah terlepas dari tangan. Pria itu membuang pedangnya dengan emosi lalu mencengkeram kerah kemeja Alex.

"Cepat jawab pertanyaanku, apa kau tuli?!"

Teriak pria itu marah, kesabarannya sudah habis. Kemudian pria itu mendorong tubuh alex ke tembok, Evelyn khawatir melihatnya.

Mata mereka saling bertatapan, pria itu terus memperhatikan bola mata Alex yang berwarna hitam kebiruan.

"Cih, aku benci melihat matamu"

Pria itu menarik Alex lalu mendorongnya ke lantai.

Evelyn berteriak histeris melihatnya.

Alex tercekat mendengar jeritan Evelyn dan kata-kata dingin dari pria itu. namun bibirnya masih kelu dan hatinya masih ragu sehingga yang di lakukannya hanya diam. Selama beberapa saat Alex pasrah dan terus memperhatikan wajah pria itu, ia berusaha meyakinkan hatinya dan menguatkan jiwanya, bahwa pria yang kini tengah berdiri angkuh di hadapannya ini bukan ayahnya.

"Kenapa? Kenapa kau membenci mataku?!"

Sekuat tenaga Alex bangkit berdiri dengan tegap.

Pria itu memandang tidak suka kemudian memejamkan matanya, berulang-ulang ia berusaha memasukan oksigen ke dalam paru-parunya.

"Kenapa?" ulang pria itu sarkatis lalu tertawa seperti orang gila.

"Kau mau tau kenapa?" tawanya tiba-tiba berhenti.

"Karena matamu sama persis dengan orang yang ku rindu sekaligus ku benci, dan tatapan matamu membuat aku benci pada diriku sendiri !"

Pria itu melempar semua buku yang ada di hadapannya ke lantai sambil terus tertawa, matanya nampak liar.

Alex terkejut mendengar jawaban dari pria di hadapannya ini, banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul di otaknya.

"Kenapa?"

Alex binggung harus mulai bertanya dari mana. pria itu langsung menghentikan tawanya saat mendengar suara Alex yang bergetar.

"Kenapa? cih, anak kecil sepertimu tidak akan mengerti !"

Bentak pria itu, matanya memandang tajam.

"Kenapa? Kenapa kau mencelakai orang tuaku?!"

Alex berusaha merangkai kata-kata yang ada di dalam pikirannya.

Suasana menjadi hening seketika, pria itu terdiam kemudian matanya memandang bulan purnama dari jendela.

"Kalau saja cinta itu tidak ada, aku tidak akan menderita. Kalau saja perasaan cemburu tidak ada, mungkin aku tidak akan gelap mata. Kalau orang yang merebut cintaku bukan saudara kembarku, aku tidak akan membenci diriku sendiri !"

Teriaknya marah kemudian melempar kursi di hadapannya ke arah kaca jendela.

Evelyn menjerit ketakutan mendengar pecahan kaca itu.

"Lalu kenapa kau berpura-pura menjadi ayahku?"

Alex menatap wajah pria itu, terlihat olehnya bahwa orang yang tengah berdiri di hadapannya ini juga sangat menderita dan tersiksa batinnya.

Pria itu kembali tertawa, matanya berkilat penuh amarah.

"Aku tidak suka mendengar orang-orang menyanjungnya, aku benci melihat orang-orang menghormatinya. Kau tahu? aku juga benci melihat gadis yang aku cintai lebih memilihnya!"

Bentak pria itu lalu menghantamkan tangannya ke tembok berulang-ulang, tatapannya kosong dan napasnya memburu.

Evelyn terkejut melihatnya, karena Alex juga memiliki kebiasaan yg sama bila menghadapi sesuatu masalah yang sangat membebani hati dan pikirannya.

Alex berusaha memahami jawaban dari pamannya ini, entah mengapa otaknya menjadi agak lambat malam ini. Alex berjalan perlahan menghampiri pria itu, kemudian menariknya lalu mendorongnya kuat-kuat ke lantai.

"Lihatlah mata ini paman Alfado, lihatlah! bisakah kau hilangkan semua rasa bencimu pada mataku ini? Bisakah kau tidak membenci orang tuaku lagi?"

Alex mencengkram kerah baju pria itu kuat2 sambil memandang lurus ke matanya.

Pria itu membelalakan mata melihat tatapan mata Alex yang sama dengan tatapan Alfard kakaknya.

Tanpa sadar pria yang di panggil paman oleh Alex itu menitikkan air mata.

Alex melepas cengkramannya perlahan, pria itu bangkit lalu merangkul Alex sambil terisak-isak.

"Kau tau? kesalahanku telah banyak, aku benci pada diriku sendiri, aku bersalah pada keponakanku sendiri, aku malu pada semua orang, akan tetapi sampai kapanpun aku tidak bisa berhenti membenci matamu ini, aku benci!!!"

"Awas pangeran"

Paman gheral melempar pisau lipatnya tepat mengenai punggung pria itu.

"Alex...!"

Evelyn menjerit lalu segera berlari mendekati Alex.

Pria itu kemudian meringis sambil berusaha terus tertawa.

I love u PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang