PART 1 - PERJODOHAN

42.8K 1.8K 27
                                    

"Listen your parents, because God was saying to you.."

oOo

Tidak ada yang berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Pagi hari di isi dengan kegiatan kuliah dan pulang ke rumah mengerjakan tugas kuliah. Mungkin pengecualian untuk hari sabtu dan minggu.

Inilah rutinitas mahasiswi setiap harinya ketika sudah memasuki bangku kuliah semester akhir. Berangkat kuliah, mendapat materi dari dosen, pulang ke rumah, mengerjakan makalah, atau jika ada waktu senggang, mengapa tidak di manfaatkan untuk pergi bersama sahabat? Setidaknya me-refresh otak yang lelah seharian berpikir. Dan beruntungnya dosen di semester ini tidak terlalu ketat memberikan materi.

Pukul 8 adalah waktunya untuk bersiap-siap. Namun sebelum jarum panjang tepat di angka 12, ia sudah siap dengan pakaian kasual khas anak perkuliahan. Hanya mengenakan kaos berlengan panjang, celana jeans, rambut di gerai, namun tidak memperlihatkan bahwa seperti ingin pergi bermain. Bisa di bilang cukup sopan untuk sekedar bertemu dosen di kelas. Ia tahu batasan-batasan pakaian yang akan di kenakan untuk di segala kegiatan.

Setelah semuanya siap, ia menyampirkan tas punggungnya di sebelah bahu dan keluar kamar menuju meja makan. Pantang untuknya pergi keluar rumah di pagi hari sebelum sarapan, setidaknya itulah yang Ibunya sejak kecil ajarkan untuk selalu mengisi perut agar lebih fokus belajar. Dan memang setiap orang tua mengajarkan itu bukan pada anak-anaknya?

Jika sudah jam seperti ini, meja makan sepi. Mungkin hanya ada Bi Inah yang sedang bersih-bersih di dapur. Walau ia tetap saja menemukan makanan di atas meja makan yang tertutup tudung saji. Tidak mungkin tidak ada yang menyiapkan atau paling tidak menyisakan makanan untuknya. Pasti akan selalu ada walau hanya selembar roti di sana.

Ia pun menarik kursi lalu duduk di sana. Menunya pagi hari adalah roti selai coklat dan segelas susu. Ia tidak terbiasa makan nasi seperti yang Ibu dan Ayahnya biasa makan setiap paginya sebelum memulai aktivitas. Tapi, tidak ada yang melarang itu. Yang penting perutnya terisi.

Kemudian datanglah Bi Inah yang membawakannya segelas susu. Ia bahkan belum memerintahkan untuk membuatkannya segelas susu. Tapi, ia tersenyum melihat kedatangan Bi Inah itu.

"Padahal aku belum nyuruh bibi buat bikinin susu." Ujarnya. "Tapi makasih ya Bi. Bibi yang terbaik." Di susul sebuah senyuman sebelum akhirnya meminum susunya.

"Gapapa Non. Kebetulan aja tadi Bibi liat non lagi mau sarapan, yaudah Bibi langsung bikinin susu. Itukan menu kesukaan non buat sarapan." Kata Bi Inah dengan logat jawanya yang khas. Ia hanya tersenyum dan segera menghabiskan sarapannya.

"Oh iya." Ia berkata namun meletakkan dulu gelasnya di meja. "Mama dimana bi? Lagi pergi?"

Bi Inah menggeleng. "Ada kok non. Terakhir bibi liat 'sih ada di halaman belakang. Kalo Tuan udah berangkat kerja tadi pagi. Mau bibi panggilin?" Tawarnya.

"Oh nggak usah bi. Biar aku sendiri aja yang ke sana."

Lalu ia segera membereskan sarapannya sebelum menemui Mamanya untuk berpamitan. Bersamaan dengan itu, Bi Inah mengangguk mengerti dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

"Ma.." Panggilnya lembut. Bi Inah benar, ia menemukan Mamanya tengah duduk santai di kursi dekat kolam renang di belakang rumahnya. Ia tersenyum lalu menghampiri Mamanya untuk mencium tangan sebelum pergi kuliah. Membiasakan diri untuk selalu berpamitan kepada orang tua agar selalu mendapat kemudahan di setiap kegiatan yang ia lakukan. "Aku berangkat kuliah dulu ya ma. Mungkin hari ini bakal telat pulang, ada tugas yang harus di selesain bareng temen di kampus." Pamitnya sopan.

Ambar mengangguk ketika anak gadisnya berpamitan. Selalu ada rasa bahagia saat melihat anaknya yang kini semakin beranjak dewasa, dan ia bersyukur bisa menjadi orang tua yang berhasil mendidik anaknya hingga menuju bangku universitas. "Iya sayang. Belajar yang rajin ya, bentar lagi kamu wisuda kan?"

My Happiness (Sudah Terbit!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang