PART 39

4K 390 15
                                    

'Hanya takdir yang menentukan apakah kau dan aku akan menjadi kita atau tidak'
.
.
.

Pagi ini cuaca sudah stabil. Udara tak sedingin kemarin. Dan matahari pun terlihat menyinari dengan porosnya.

Iqbaal duduk menatap matahari sejauh pandangnya. Menikmati suasana yang sunyi di dalam kamar itu lebih baik dari pada ia keluar dan tanpa sengaja melihat kiki yang ia yakini pasti masih kecewa dengannya.

"Baal mau sampe kapan kamu diem disini. Sibuk sama fikiran negatif yang selalu tergiang di otak kamu ? Niat kamu kesini itu mau memperbaiki semuanya kan ?" ody terus berusaha menyadarkan iqbaal agar tak termenung seperti sekarang ini.

Iqbaal merasakan ketukan di hatinya yang membangkitkan keberanian dan tekat awal yang sudah ia bangun untuk mengubah semuanya. Namun semua itu sirna ketika rasa takut melewati tekatnya.

"Iqbaal cuma takut bakal gagal teh" ucap iqbaal yang masih menatap matahari di luar sana yang tak akan bisa ia gapai.

"Ngga akan kalo kamu ga pesimis gini. Ayo baal rubah semuanya seperti yang kamu mau sebelumnya" ody menghampiri iqbaal dan menepuk pundaknya sebagai penyemangat.

Iqbaal menatap kakanya itu dan tersenyum "iqbaal coba"

****

Rumah sakit. Rumah sakit dan Rumah sakit.

Apa tak ada tempat yang lebih bagus dari pada rumah sakit ? (Namakamu) merasa jenuh. Ia selalu merasa dikasiani oleh semua orang.

Ia tak butuh kasian dari siapa pun yang ia butuhkan hanya ketentraman hidup.

Kapan semua ini berakhir ? Bahkan ia menyesal karna ia telah sadar. Kenapa tidak mati saja ? Mati itu lebih baik dari pada hidup di tengah ke bisingan dunia yang selalu datang silih berganti.

Iqbaal satu nama yang tergiang diingatannya. Kenapa ia masih setia dengan nama itu ? Sedangkan orang yang ia cintai itu saja mencintai orang lain.

Sakit rasanya jika melihat kenyataan yang terjadi. Lebih baik ia tidur dan bermimpi indah selama mungkin.

Oh ayolah berhenti memikirkan iqbaal yang jelas jelas sudah milik orang.

Apakah setelah ini (namakamu) akan bertemu dengan iqbaal ? Jawabanya tak tau bahkan bisa dibilang tak mau.

Ia merasa takut jika bertemu dengan pemilik nama itu. Takut hati yang ia jaga selama bertahun tahun yang telah retak ini akan hancur berkeping-keping.

Bahkan ia telah mengucapkan selamat tinggal untuk selamanya secara tak langsung pada surat yang ia berikan kepada salsha.

Oh iya. Apa surat itu sudah diberikan ? Apa iqbaal sudah membacanya ? Semoga iqbaal sudah membacanya dan tak menemuinya lagi.

"Assalamualaikum" salam dari mama menyadarkan (namakamu) dari lamunannya.

"Waalaikumsalam" jawab (namakamu) seraya senyum.

"Sayang. Mama mau pamit pulang ke jakarta karna papa butuh bantuan mama. Perusahaan lagi banyak masalah dan butuh dana secepatnya jadi mama mau ambil dana dari butik mama. Maaf ya sayang mama harus pulang" pamit mama dengan berat hati. Terlihat dari wajahnya yang khawatir.

"Gapapa ma. Aku juga udah enakan lusa juga aku udah bisa pulang kali. Mama tenang aja kan ada abang yang jagain aku disini. Jangan mikirin aku terlalu berlebihan nanti malah ganggu konsentrasi mama" ujar (namakamu) pada mamanya agar tenang.

Mama memeluk (namakamu) dengan erat bagai tak ingin meninggalkannya.

"Aku baik baik aja ko ma. Mama tenang aja pecaya deh sama aku"
Ujar (namakamu) sekali lagi menenangkan.

ONLY ONEWhere stories live. Discover now